Minggu siang (17/11), di ruangan utama rumah tua terpancar sinar proyektor yang diarahkan ke sebuah layar. Orang-orang duduk mengelilinginya. Suasana rumah membawa siapa saja yang ada di dalamnya pergi nun jauh ke masa lampau. Rumah Kreatif Singali. Begitu Siddik menyebut rumah tua itu, sekaligus nama komunitas yang didirikannya. Berlokasi di Sababalik, Nagari Bahagia, Padang Gelugur, Pasaman, Sumatera Barat.
Lima belas kelompok/komunitas seni-budaya se-Pasaman berkumpul di sana. Mereka adalah Pasaman Boekoe Indonesia, G2NT Art Space, Rumah Kreatif Singali, Komunitas Rumah Mentari, Rumah Lentera, Rumah Kedua Studio, Apocolo Creative, Sanggar Ranah Saiyo, Sanggar Talang Barueh, Sanggar Limbago Papeh Sakato, Gen Z Book House, Beta Gallery Production, Komunitas Suaro Talago, Sanggar Si Prabu, Sanggar Seni Intan Baludu.
Rumah panggung berdinding berlantai papan itu terpilih sebagai tuan rumah kegiatan dwi mingguan yang mereka sebut sebagai program Bareh Ganggam. Sebuah program bersama yang dilaksanakan oleh Komunitas/Sanggar/ Kelompok Seni-Budaya yang ada di Kabupaten Pasaman. Tujuan utamanya sebagai ruang apresiasi terhadap karya seni (music/tari/film/ fotografi/kriya/rupa/teater/sastra) yang diciptakan oleh perorangan atau komunitas/sanggar/kelompok seni budaya di kabupaten Pasaman. Tujuan lainnya yaitu sebagai ruang silaturahim antar pelaku-pegiat komunitas/sanggar/kelompok seni-budaya se-Pasaman. Tempat pelaksanaan program Bareh Ganggam secara bergilir, dari satu komunitas ke komunitas yang lain.
Ini merupakan kegiatan kedua. Kegiatan perdana digelar pada Minggu 3 November 2024 di Komunitas Rumah Mentari-Sitombol-Padang Gelugur. Pada pertemuan sebelumnya mereka membincangkan lagu Asing karya Rumah Kedua Studio, produksi tahun 2022.
Pada kesempatan ini para pelaku/pegiat yang ada di Pasaman membicarakan Muara Tais sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh Apocolo Production (asal Rao). Film ini produksi tahun 2021. Sebagaimana pengakuan Tri Engga sebagai pimpinan produksi, Film ini dibuat saat ia baru saja tamat sekolah (SMA). Tri Engga adalah alumni jurusan DKV ISI Padang Panjang tahun 2024. “Pembuatan film menggunakan alat seadanya saja” terang Engga
Film Muara Tais menggambarkan bagaimana kondisi ‘miris’ masyarakat di kabupaten Pasaman yang terisolir secara aksebilitas, terutama infrastruktur jalan. Jika hujan berkubang, bila kemarau sesak oleh debu kering. Jalan berlubang sepanjang ruasnya. Nagari yang berada di dataran tinggi di kecamatan Mapattunggul. Memiliki potensi komoditas ekonomis yang menjanjikan seperti gambir dan nilam.
Mulyadi Putra dari Komunitas Rumah Mentari tampil sebagai pemantik diskusi. “ kalau masih SMA saja sudah seperti ini hasil karyanya, tentu setelah jadi sarjana seni, filmnya…” canda Mulyadi dalam diskusi. “ Kami bangga, ternyata Pasaman punya pegiat film” lanjut Mulyadi.
“Mari sama-sama saling mendukung putra-putri Pasaman dalam berkarya” ajakan Rizki Kurniawan (Komunitas Suaro Talago) pada sesi penutup.
Discussion about this post