Judul Buku : Siapa Aku? Bagaimana Aku?
Penulis : Nidhom Khoeron
Penerbit : Semesta Hikmah
Cetakan : I, 2019
Tebal : viii + 200 halaman
ISBN : 978-623-7076-10-0
Setiap orang penting untuk mengetahui jati dirinya sendiri. Jati diri yang dimaksud di sini bukan hanya sekadar mengetahui nama, garis keturunan, atau pun status sosial keluarga masing-masing. Namun, jati diri yang dimaksudkan di sini adalah berusaha mengenali kepribadian dan potensi diri. Lalu mengembangkan segala potensi tersebut untuk meraih sukses.
Manusia yang baik adalah yang mampu mengetahui atau memahami dirinya sendiri. Dengan mengenali segala apa yang ada di dalam dirinya, itu artinya ia sudah menemukan jati dirinya. Jati diri itu diibaratkan seperti identitas seseorang. Apabila ia belum tahu tentang dirinya, maka sudah dipastikan ia belum memunyai identitasnya sebagai manusia (halaman 2-3).
Buku ini menguraikan sederet langkah mengenali jati diri dan menemukan berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk meraih sukses. Langkah pertama adalah berusaha mengenali diri sendiri. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengenali diri sendiri. Misalnya, bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang disukainya dan apa yang menjadi cita-cita terbesar dalam hidupnya, untuk kemudian berusaha mewujudkannya dengan semangat pantang menyerah.
Langkah kedua, memahami bahwa setiap orang berbeda. Artinya, setiap orang memiliki potensi, cita-cita, dan pandangan hidup yang berbeda. Maka, saling menghormati perbedaan adalah hal yang mestinya dilakukan oleh setiap orang. Kebahagiaan sejati bisa diperoleh jika setiap orang mampu menerima setiap perbedaan yang ada di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Termasuk di sini tidak saling membicarakan kekurangan satu sama lain, dan mau berdamai dengan perbedaan yang bisa muncul sewaktu-waktu (halaman 9).
Langkah ketiga, menentukan tujuan hidup. Setiap orang tentu memiliki tujuan hidup agar terarah dalam menjalani kehidupan ini. Orang yang tak memunyai tujuan hidup ibarat sedang berlayar tanpa tahu tempat yang akan dituju. Orang yang tak memiliki tujuan hidup maka kehidupannya terasa monoton, cenderung berleha-leha, tak mau bekerja keras, cuek dan tidak peka dengan kondisi lingkungannya, bahkan tak peduli dengan kebahagiaannya sendiri.
Sangat jauh berbeda dengan orang yang memiliki tujuan hidup. Bisa dilihat dari caranya bersikap, seperti halnya pekerja keras, peduli terhadap sesuatu, selalu berusaha memberikan yang terbaik, dan usahanya total demi bisa meriah apa yang menjadi cita-citanya. Orang-orang yang memiliki tujuan hidup raut wajahnya akan terlihat lebih ceria, semangat, dan bahagia dalam menjalani hari-harinya (halaman 17).
Langkah keempat, berusah mengeluarkan setiap keahlian yang ada dalam dirinya. Setiap orang tentu memiliki bakat dan keahlian masing-masing. Bohong besar bila ada orang yang mengaku tak memiliki keahlian. Yang ada, ia hanya malas menggali keahlian dan kelebihan dalam dirinya.
Ironinya, ada sebagian orang yang belum dan tak menyadari dengan kelebihannya sendiri. Sebagian yang lain merasa kebingungan dengan kelebihan yang dimilikinya. Mereka pikir bahwa kelebihan itu hanya dimiliki oleh orang-orang berpendidikan tinggi, dan menganggap orang-orang yang tidak bersekolah tak memiliki kelebihan apa-apa. Anggapan semacam ini tentu salah kaprah dan harus diluruskan. Karena setiap orang diciptakan Tuhan sama; sama-sama memiliki potensi yang bisa diwujudkan dengan kerja keras pantang mneyerah. Setinggi apa pun pendidikan seseorang bila tanpa disertai semangat pantang menyerah dalam menggapai apa yang dicita-citakan, tentu hidupnya akan jauh dari kesuksesan dan kebahagiaan (halaman 24).
Langkah selanjutnya adalah berusaha melakukan kegiatan yang disukai. Kegiatan yang disukai di sini kelak dapat menjadi sebuah profesi yang menyenangkan. Tentu setiap orang ingin ketika melakukan pekerjaan itu sesuai dengan hobi atau kemampuan yang dimilikinya. Jadi, cintailah suatu pekerjaan dan berusaha total dalam menjalaninya agar kelak membuahkan hasil yang menjanjikan.
Masih banyak langkah-langkah yang dipaparkan penulis dalam buku ini yang dapat membantu generasi muda menemukan jati dirinya. Antara lain, jangan mudah menyerah dan merasa takut dengan kegagalan, jangan menjadi pribadi pembenci, memiliih sosok idola atau panutan yang baik, bersabar dan tak perlu membalas saat ada orang yang tak menyukai dan gemar mencemooh, mencari teman-teman yang baik, dan mengambil hikmah dari setiap kesalahan.
*Peresensi: Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post