• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Selasa, Mei 13, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Resensi: Empiris-Metafisis dan Conditio Sine Qua Non-Alter Ego | Ilhamdi Putra

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
9 Januari 2022
in Resensi
1.3k 26
0
Home Resensi
BagikanBagikanBagikanBagikan

Identitas Buku

Judul Buku : Anak Bunga, Anak Puisi

Penulis      : Fitra Yanti

Penerbit      : Indonesia Tera

Cetakan      : Pertama, Juni 2021

ISBN        : 9 789797 753214

Karya sastra secara diakronis berdiri di atas konstruksi realitas dan refleksi realitas, baik realitas titik pandang-rasa manusia secara umum maupun realitas subjektif dari titik pandang-rasa penulis. Kenyataan ini diselami Tjahjono Widijanto (2010), bahwa sastrawan senantiasa berada di antara dua titik ketegangan, pada satu titik ia tidak dapat hidup di luar kenyataan, sedangkan di titik lain ia tidak dapat menerima kenyataan. Akibatnya karya sastra secara paradoks bersifat mengagungkan sekaligus mengingkari untuk menyajikan seutas realitas ideologis yang merujuk realitas konkret. Hal itu meniscayakan keterhubungan antara pengalaman (empiris) dengan ide (metafisis) yang memberi keleluasaan imajinatif pembaca tanpa mendustai realitas, meski karya tampil sebagai antitesa.

Berangkat dari konstruksi realitas dan hakikat empiris-metafisis tersebut, keberadaan pembaca yang merangkai ulang fenomena untuk menarik makna tekstual merupakan kaidah posterior yang, sadar atau tidak, berupaya mengisi ruang anteseden antara karya sastra dan penulis. Upaya itu sejatinya mengupas penulis secara persona yang diawali dari indentifikasi karya. Dhakidae (2011) mengajukan dua pendapat klasik yang bipolar perihal karya dan persona, pertama, mengenal latar belakang kehidupan adalah conditio sine qua non sehingga karya bukanlah penjelmaan par exellence persona. Kedua, tidak dibutuhkan pengenalan persona karena ia menjelma ke dalam karya, sehingga karya merupakan alter ego persona.

Sekalipun Dhakidae mengajukan pendapat itu untuk menelusuri persona melalui tulisan yang semula bukan karya sastra komersil, namun diskursus karya-persona sebagai kaidah posterior dari konstruksi realitas dan hakikat empiris-metafisis tetap menjulurkan benang merah. Diskursus itu dapat diambil sebagai kacamata baca bagi Anak Bunga, Anak Puisi karya Fitra Yanti. Kumpulan cerpen yang memuat 14 cerita ini memang menyajikan ragam konflik yang dapat berdiri sendiri, tetapi suluruhnya tetap kandung dalam keterhubungan unit sosial terkecil, keluarga. Baik keluarga dalam definisi komposisi, maupun keluarga yang tidak memenuhi bahkan cacat definisi komposisi.

Keluarga pada hakikatnya sarat dimensi kasih sayang, kolektivisme, dan seksualitas yang menjadi awal dari “keluarga”, meski cacat definisi komposisi. Dimensi terakhir ini mendapat tempat terluas, dari 14 cerita, 7 di antaranya menyangkut isu seksualitas yang beragam; hubungan sesama sejenis, perselingkuhan, dan yang terperih, pemerkosaan. Luasnya wilayah yang ditempati isu seksualitas digagas cukup apik dengan menarasikan gairah (Ladang Bunga, hlm. 11) seraya persenggamaan secara prosaik yang tidak kehilangan daya melalui simile (Anak Ular, hlm. 113).

Namun keluarga tidak selalu digambarkan sebagai unit sosial tempat kasih sayang dihamparkan. Sejauh capaian hakikat keluarga sebagai titik berangkat sekaligus titik tuju manusia, Anak Bunga, Anak Puisi menghadirkan keluarga sebagai tempat di mana penerimaan menjadi mata air yang tak pernah kering (Anak Puisi, hlm. 63 dan Anak Bunga, hlm. 87). Di mana konflik diselesaikan secara metafisis.

***

Karya sastra bukanlah mantra sihir yang seketika dibacakan mampu memperbaiki keadaan, namun karya sastra secara ideal dapat dimanfaatkan sebagai peranti rekayasa sosial. Anak Bunga, Anak Puisi bisa diajukan sebagai contoh peranti tersebut, yang secara paradoks tidak diperdaya realitas konkret, tidak pula terkurung realitas idiologis. Penulis justru berupaya meneroka sisi lain tentang apa, mengapa dan bagaimana sebuah konflik terjadi, seraya merefleksikan bagaimana sebuah konflik (seharusnya) berakhir. Alih-alih menghadiahi pembaca dengan rupa klasik kebahagiaan, buku ini menggantinya dengan capaian metafisis (Anak Ikan, hlm. 1).

Sementara hakikat empiris-metafisis menyublim bersama realitas yang ditata cukup telaten berbekal nyaris segala daya; keadaan sosiologis, ingatan, harapan, kekecewaan hingga seksualitas. Hal itu menandai adanya pekawinan langgeng antara pengalaman (empiris) dengan ide (metafisis) yang menyiratkan kekhawatiran perempuan (ibu). Diskursus itu dapat dilihat dari tokoh utama seluruh cerita yang feminim, meski Ladang Bunga (hlm. 11) memasang laki-laki sebagai tokoh utama dengan ketertarikan seksual sesama jenis. Hal ini secara tidak langsung menjawab perihal keterhubungan antara karya dan persona, hanya saja ulasan ini berusaha menisbikan batas antara conditio sine qua non dan alter ego.


Penulis, Ilhamdi Putra lahir di Padang, Sumatera Barat. Bergiat di ruang riset sastra dan humaniora Lab. Pauh9 dan peneliti di LBH Pers Padang. Menulis puisi, resensi buku, catatan hukum dan analisa politik. Menghadiri beberapa pertemuan kesusastraan, salah satunya Ubud Writers and Readers Festival (2019) sebagai Emerging Writers.


  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943) - 11 Mei 2025
  • DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR - 10 Mei 2025
  • Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua - 29 April 2025
Tags: BudayaBukuIlhamdi PutraMarewaiResensiSastra

Related Posts

Ulasan Buku: Resensi Buku Tersesat Setelah Terlahir Kembali – Al Fikri

Oleh Redaksi Marewai
25 Februari 2025

Judul BukuTersesat Setelah Terlahir KembaliPenulisYoga ZenPenerbitCV Marjin KiriCetakanPertama, Januari 2025TebalIv + 170 halamanISBN978 – 602 – 0788 – 64...

Jurnalis Reformis; Pelayan Tuhan Tidak Pernah Arogan | Rori Aroka Rusji

Jurnalis Reformis; Pelayan Tuhan Tidak Pernah Arogan | Rori Aroka Rusji

Oleh Rori Roesdji
2 September 2024

Cakap Film - Maharaj 2024 Maharaj adalah film drama sejarah India berbahasa Hindi tahun 2024 yang disutradarai oleh Siddharth P. Malhotra. Film ini diproduksi...

RESENSI: ROMANTIKA KELUARGA BAHAGIA ALA TOLSTOY | Agung Nur Ikhsan

RESENSI: ROMANTIKA KELUARGA BAHAGIA ALA TOLSTOY | Agung Nur Ikhsan

Oleh Redaksi Marewai
25 Maret 2022

Judul Buku: Keluarga BahagiaPenulis: Leo TolstoyPenerjemah: Anton KurniaPenerbit: CV. Pustaka MarahitamTahun Terbit: 2022Jumlah Halaman: iv+68 halaman Angka tidak selamanya...

Mengeja Kisah Kiai Chariri: Tabah dan Bergairah | Chubbi Syauqi – Resensi

Mengeja Kisah Kiai Chariri: Tabah dan Bergairah | Chubbi Syauqi – Resensi

Oleh Redaksi Marewai
27 Februari 2022

Judul : Memoar Kiai Chariri: Ulama Yang MenginspirasiPenulis : Dra. Hj. Umi Afifah, Drs. H. M. Mudhofi, Enjang Burhanudi...

Next Post
Cerpen: Pak Carik | Muhammad Aziz Rizaldi

Cerpen: Pak Carik | Muhammad Aziz Rizaldi

Pelesiran: Ke Bengkulu, Menjemput Rindu… | Raudal Tanjung Banua

Pelesiran: Ke Bengkulu, Menjemput Rindu… | Raudal Tanjung Banua

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In