Perang Sigalo-galo Banda Mua, Sungai Nyalo Pariangan
Pada mulanya perang berkobar, dalam keadaan seimbang. Tetapi kemudian, Bandar Mua yang telah tekepung Tujuh Hari Tujuh Malam Dalam Kaba Jambak Jambulilin. Berkat Ketampilan Hulubalang Dt Patuan Basa, dapat mengusir pasukan-pasukan Sungai Nyalo pimpinan Dt Panglimo Basa (dari Suku Piliang) dan Pendekar-pendekar 17 (Tujuh Belas) Sampono. Namun, Seminggu Kemudian datang utusan Dt Patuan Basa kepada Basa Nan Barampek, membawa pesan bahwa Dt Pituan Basa, ingin melakukan pertemuan empat mata dengan salah seorang Basa Nan Barampek.
Pada pertemuan antara Dt Bandaro Basa dengan Dt Patuan Basa menghasilkan keputusan bahwa Dt Patuan Basa akan membawa Hulubalang-hulubalang mudanya ke pihak Sungai Nyalo, apa bila dia dinobatkan jadi Raja Banda Mua. Selama jadi raja, sampai kepada keturunanya, dia berjanji akan memberikan seluruh pelabuahan di Minangkabau Barat pada Sungai Nyalo, dan tidak akan melakukan persaingan dagang dengan Sungai Nyalo. Pertempuran keduapun bermula. Dan memang, Dt Patuan Basa membuktikan janjinya. Dengan mudah Bandar Mua dikuasai pasukan-pasukan Sungai Nyalo dan anak buah Dt Patuan Basa, menguber-uber Dt Maharajo Basa, bersama seorang istrinya, Putranya (pewaris Gelar Dt Maharajo Basa ) dan dua orang putrinya (yang tua : Puti Reno Aru, istri dari Dt Maharajo Putiah kerabat Dt Maharajo Lelo, dan yang bonsu Puti Reno Nangodewi, Tunangan dari anak Raja Galundi Nan Baselo) berikut anak buah-buahnya yang masih setia. Mereka menetap diperkampungan baru, Bernama “Sinawa”. Dt Dipatuan Basa dinobatkan menjadi Raja Bandar Mua. Selama tiga bulan Sungai Nyalo, dan Bandar Muar (Datuak Patuan Basa), menguber-uber dan mengepung Sinawa, namun tidak juga berhasil. Ketika dilakukan penyerangan besar-besaran akhirnya Sinawa dapat direbut. Dt Maharajo Basa, Istrinya, Putranya, dan putrinya Reno Aru, tetangkap, dan dibawa ke Sungai Nyalo. Putrinya yang bonsu, Puti Reno Nangodewi, yang terkenal sombong dan berani, ahli berkelahi, sempat meloloskan diri. Berpuluh-puluh orang yang mencoba menangkap tetapi tiada berhasil.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post