
Seorang Putri Dt Maharajo Basa terkenal ahli dalam ilmu bela diri dan pemberani digelari “Puti Sombong” karena seluruh keluarga dan kerabat dari Dt Maharjo Basa di sebut “Sombong” karena menganggap merekalah turunan raja-raja dan tidak boleh bersinggungan, apabila menikah dengan yang bukan golongan raja-raja di Gunung Marapi, terlebih-lebih Puti Reno Nangodewi, yang ditunangankan dengan anak Raja Bungo Satangkai raja pemegang Tampuak Tangkai Alam Minangkabau.
Suami Puti Reno Aru, yaitu Dt Maharajo Putiah, ketika perang saudara, melarikan diri ke pesisir, tatapi di tengah perjalanan ia tertangkap dan dibawa ke Sungai Nyalo.
Sampono Pemuda perjaka 17 (Tujuh Belas) tahun (kemenakan Dt Tan Basa, yang menjadi anggota “Basa Nan Barampek”) berhasil menangkap Puti Nangodewi Putri pemberani dan ahli dalam perkelahian dapat ditundukan. Tetapi tidak dibawa ke Sungai Nyalo, Sampono memerintahkan bawahanya mengawal Puti Reno Nangodewi di Banda Mua.
Ia sendiri datang ke Sungai Nyalo, dan memohon izin kepada Dt Maharajo Basa yang tengah tertawan, untuk mengawini anaknya. Bagi seorang tawanan seperti Dt Maharajo Basa, apa lagi atas desakkan istrinya yang juga tawanan, tiada pilihan lain dari merestuinya. Dengan jalan perestuan ini, kemudian Sampono membawa Pandito Mole, ketempat Reno Nangodewi di tawan. Untuk menikahkannya. Acara penikahan yang tak dapat di tolak Nangodewi ini berjalan sangat cepat.
Kemudian memerintahkan bawahannya kembali ke Sungai Nyalo. Ia sendiri membawa Puti Reno Nangodewi ke Kualo Banda Mua. Putri yang tertangkap di “Sinawa” bernama Puti Reno Nangodewi, sesampai di kuala disambut dengan meriah sekali oleh penduduk. Sampono dan Puti Reno Nangodewi mendirikan Kerajaan Kualo Banda Mua, dan Sampono menjadi Raja, serta Reno Nangodewi jadi permaisuri. Kedua merekalah menurukan raja-raja Kuala Bandar Muar di Palinggam Jati dan Kualo Sungai Nyalo.
Dt Maharajo Basa dan istrinya Puti Reno Malayu, menghabiskan usianya setelah tidak ditawan lagi di Sungai Nyalo. Dt Maharajo Putiah dan Puti Reno Aru, juga menetap di Sungai Nyalo setelah dibebaskan. Turunan mereka hanya seorang lelaki bernama “Sanang” tidak mau ikut-ikutan permasalahan negeri, ia lebih suka berolah raga dan bersabung ayam.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post