Perjalanan yang jauh. Orang-orang Sitatok Sitarahan sampai ke Ulu Kambang. Membuat orang Sitatok Sitarah berhenti dan beristirahat, membicarakan hal-hal yang akan dilakukan (perencanaan). Pada saat itu timbul ide dari seseorang. Yang nantinya akan menjadi nahkoda perahu. Mengatakan kepada raja Sitatok Sitarahan untuk mengiliri negeri ini. Alangkah baiknya kita megunakan perahu, supaya kita lebih bisa cepat sampai ketujuan. Tempat keberadaan anak kamanakan Orang Tiga Suku (Suku Kampai, Suku Panai, dan Suku Tigo Lareh Bakapanjangan).
Oleh Raja Sitatok Sitarahan, pendapat dan ide itu di “lawikan”. Maka diperintahkan oleh Raja Sitatok Sitarahan kepada rombongan untuk memperbuat sebuah perahu. Berbilang hari pada saat itu. Siaplah perahu yang dibikin oleh rombongan Sitatok Sitarah. Perahu itu disebut “Perahu Cadak”. Menitah Raja Sitatok Sitarah pada masa itu kepada rombonganya. “Siapa yang bisa mengemudi perahu ini?” semua rombongan terdiam. Maka berkata yang mempunyai pendapat (ide) semula “hamba yang akan mengemudikannya nanti raja, usah raja, ragu akan hal itu!”
Berlayar orang Rupik (Sitatok Sitarahan) mengiliri Batang Air Kambang. Mengiliri sampai di sebuah lubuk. Terdengarlah bunyi-bunyian, bunyi tupai yang sangat nyaring, seakan-akan bunyi tupai itu menegurnya untuk tidak boleh mengiliri lubuk itu. Lantas tercengang Nahkoda (juru mudi) perahu yang sedang mengemudi. Akibat suara itu, terbentur perahu ke sebuah batu besar, perahupun oleng akibat tubukan air yang sangat deras, membuat perahu yang bermuatan orang-orang Rupik itu pecah. Sehingga orang-orang Rupik berhamburan meloncat ke atas tebing. Di sinilah nama lubuk ini timbul dengan nama Lubuak Siparahu Pacah.
Akibat perahu pecah membuat orang-orang Rupik tepencar-pencar. Oleh raja Sitatok Sitarahan pada saat itu, berteriak dengan kata pertintah “semuanya yang di sebelah sungai, di sebelah tebing mari kita sama-sama mengiliri sungai ini ke bawah, menuju kampung Pasir Laweh!”
Berjalan orang Rupik mengiliri tebing sungai, masuk rimba keluar rimba, maka sampailah orang Rupik itu dengan kelompoknya yang terpencar di Nagari Pasir Laweh. Pada saat mereka datang dengan rombongan. Membuat Orang Tiga Suku terkejut melihat keberadaan orang-orang berbadan tinggi yang penuh dengan “urihan tato” di sekujur tubuh. Maka ditemuilah oleh Orang Tiga Suku pada saat itu. “baropok-ropok” berkumpul Orang Tiga Suku dengan orang Rupik. Maka oleh raja Rupik dengan suara yang keras. Menyatakan dirinya sebagai raja dan memerintah di daerah Pasir Laweh untuk keberlansungan hidup bersama.
Versi tutur tulisan ini juga kami sajikan di chanel youtube Marewai TV
https://m.youtube.com/channel/UCtZWHc5Lls2Q0e2LS28Os2A
- Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 11 Februari 2024
- Kembalinya Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana - 21 Januari 2024
- Seri Punago Rimbun: Datuk Parapatiah Nan Sabatang Tokoh Besar Minangkabau dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 14 Januari 2024
Discussion about this post