Pertempuran yang sengit “padang badantiang-dantiang mangeuik bunyi kalewang” hingga Sitatok Sitarahan dapat di kalahkan oleh Niniak Nan Kurang Aso Anam Puluah.
Kaba Sitok Sitarahan Orang-orang Rupik, Zera Permana
Di Awal perjalanan Niniak Nan Kurang Aso Anam Puluah sebelum sampai di daerah Sungai Pagu (Muaro Labuah). Niniak ini bertolak dari Kerajaan Pagaruyung (Pariangan) untuk mengembangkan daerah di ujung tanah labuhan (disebut pada zamanya Banda Lakun) dan untuk mencari tempat tinggal dan pemukiman baru. Pada saat itu sebelum kedatangan orang-orang Anam Puluah Kurang Aso. Telah berdiam sekolompok orang di goa-goa tepi air. Akibat serang dalam “Kaba Bonsu Pinang Sibaribuik Karya Almarhum Emral Djamal Dt. Rajo Mudo”. Yang diserbu oleh Ampang Limo Parang Bonsu Pinang Sibaribuik yang lari terpencar pencar hingga sampai di daerah Sungai Pagu, dan berdiam diri di sana.
Orang-orang ini yang disebut Sitatok Sitarahan dan dubalangnya bernama Sianja dan Sipihan. Pada waktu itu ketika Niniak Nan Kurang Aso sampai di Alam Surambi Sungai Pagu. Terjadilah bentrokan sampai kepada pertempuran yang sengit dengan orang-orang Sitatok Sitarahan. Pertempuran yang sengit “padang badantiang-dantiang mangeuik bunyi kalewang” hingga Sitatok Sitarahan dapat di kalahkan oleh Niniak Nan Kurang Aso Anam Puluah. Orang-orang Sitatok Sitarahan ini dihalau dan dikejar oleh Inyiak Alang Parabah dan Sari Dano Dubalang Raja Alam Surambi Sungai Pagu. Orang-orang Sitatok Sitarahan ini pun terus lari dan menyingkir. Hingga sampai dikejar di daerah Tajuang Simalindu perbatasan orang Minangkabau dengan daerah Jambi.
Di Tanjung Simalindu orang-orang Sitatok Sitarahan bersembunyi. seiring berjalan waktu. Maka diutuslah mata-mata ke Sungai Pagu, di Sungai Pagu dapat sebuah kabar bahwa anak kamanakan Niniak Nan Kurang Aso Anam Puluah memperleber daerah petanian “mancari sasok paladangan” untuk di jadikan ladang. Hingga bertujuan menjadikan tempat pemukiman yang baru, untuk sebuah kampung atau nagari di daerah matahari tebernam (Nagari Kambang dan Nagari Ampiang parak). Anak kamanakan ini adalah anak kamanakan orang Tiga Suku (Suku Panai, Suku Kampai, Suku Tigo Lareh Bakapanjangan). Yang pergi “manaruko” ke daerah matahari terbenam (Pasisia). Yang telah membuat sebuah kampung sejak dari Pasir Laweh sampai kepada Koto Marapak yang sekarang disebut Nagari Kambang.
Sekembali mata-mata. Orang-orang Sitok Sitarah itu, timbulah niat untuk mencari anak kamanakan orang Tiga Suku. Menaklukannya, dan menjadikan mereka budak-budak perkerja oleh Raja Sitatok Sitarahan. Berkumpulah orang-orang Sitatok Sitarahan, untuk mencari kata kesepakatan untuk menjalankan tujuan dan niatnya, mencari jejak anak kamanakan orang Tiga Suku. Setelah bulat kata dari Raja Sitatok Sitarahan. Maka berangkat orang-orang Sitatok Sitarahan (orang Rupik) itu dari Tanjung Simalindu melalui Sungai Pagu. Menurun ke Ulu Kambang, menepat di Gunuang Gadang atara Bukit Karang Putih.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post