Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Punago Rimbun

Punago Rimbun : Dipatuan Rajo Mudo Sultan Maharajo Dewi Dengan Suku Nan Ampek | Zera Permana

Zera Permana Oleh Zera Permana
5 April 2021
in Punago Rimbun
3.7k 235
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

Perjalanan Dipatuan Rajo Mudo sampai di Bukit Sikai, bertemu dengan duo orang laki-laki dan perempuan. Membuat hati Dipatuan Rajo Mudo senang dan menetap di sana (orang bersuku sikumbang) dan nantinya keturunan ini melahiran gelar kebesaran Datuk Tan Paliharo. Sebagai mana dalam Adat Minangkabau datang Basitumpu (mandapek), di rumah Datuk Tan Paliharo bersama pengiring-pengiringnya. Diawal pertemuan itu terjadi tanya bertanya antara Datuak Tan Paliharo dengan Dipatuan Rajo Mudo, oleh Dipertuan Rajo Mudo diceritakan kedatangannya, mencari dua orang laki-laki dan perempuan. Sebagai mana cerita ditulisan awal (tulisan minggu lalu). Semenjak penjelasan dan cerita dari Dipatuan Rajo Mudo. tercengang Dt. Tan Paliharo mendengarnya diketahui bahwa Dipatuan Rajo Mudo kaum dari Sultan Maharajo Dewa di Pariaman.

Maka diberitahu (diumumkan) kepada penduduk Bukit Sikai (Lagan) bahwa yang datang ini adalah orang besar kaum dari Raja/Sultan Pariaman. Mendengar perkataan dari Datuak Tan Paliharo penduduk Lagan berkumpul beramai-ramai. Bercekrama sampai diadakan ropok-ropok perkumpulan. Ketika siap dalam ropok-ropok perkumpulan diajak oleh Dipatuan Rajo Mudo seluruh pembesar (tuo-tuo) masyarakat Lagan berjalan dan mendaki sebuah bukit meninjau tempat yang baru untuk pindah kesitu. Nama bukit tempat tinjauan itu nantinya bernama Bukit Paninjauan, di atas bukit itu diceritakan Dipatuan Rajo Mudo, bahwa tempat itu tanahnya datar dan sungainya bercabang dua, warna airnya kadang-kadang seperti pelangi yang mengiang-ngiang. Di bukit inilah kelihatan Ranah Nagari Palangai.

Kemudian Dipatuan Rajo Mudo Menerangkan (menjelaskan) lagi Ranah kita lihat ini, bahwasanya tanah dari ujung ganting itu hilir, sedangkan lebih luasnya dan datar dari yang ganting itu mudiknya. Yang dimasud dengan Gantiang Bukit Tabek berdekatan dengan Bukit Sandi. Sesudah melihat Ranah Palangai kemudian mereka kembali ke Bukit Sikai, diadakan kembali mumpakat (Musyawarah) dan dikepalai oleh Dipatuan Rajo Mudo. Maka putuslah mumpakat ketika itu. Setengahnya penduduk Bukit Sikai (lagan) pindah ke Palangai agak ke Ganting Mudiek supaya dekat dengan dunsanak yang tinggal di Lagan (Bukit Sikai), sedangkan Dipatuan Rajo Mudo dalam mumpakat itu mengatakan akan membuat sebuah nagari di daerah Nan Ganting Hilir, mulai dari Muaro Palangai. Supaya kalau ada yang mau datang dari baruh mata angin sudah ada yang menunggu, sedangkan kalau yang datang dari atas angin (utara) sudah ada juga yang menunggu, tak dapatlah orang masuk sembarang orang kalau tidak seizin kita. Baik tujuan untuk berdagang atau pun “tabang manumpu inggok mancakam” di dalam negeri ini.

Pada saat itu berangkat Dipatuan Rajo Mudo menjemput istri dan sanak familinya, atau pun orang-orang yang pernah dulu disinggahinya (tempat-tempat yang pernah disinggahi ketika menanyakan Dubalang dan Sikambang). Sesampai di Pariaman disampaikan tujuan dan maksud oleh Dipatuan Rajo Mudo kepada Raja Pariaman Sultan Maharajo Dewa, oleh Raja Pariman diterima dengan suka hati. Kemudian berangkat dengan istri kerabat-kerabat sanak familinya, singgah pula diperjalanan dan orang-orang itupun ikut pula bersamanya menuju nagari yang dibuka oleh Dipatuan Rajo Mudo (Nagari Palangai).

Sesampai di Palangai. Nama negeri itu dicetuskan sesuai dengan pengalaman (kejadian) diawal datang. Mula-mula di buat Taratak di Koto Langang dan setengah di Pasar Palangai, kemudian Dipatuan Rajo Mudo pergi pula menemui tuo-tuo Lagan. Kemudian turun ke Kampung Anau yang bersuku Malayu dan Sikumbang. Turun lagi ke Bukit Kaciak bertemu dengan Suku Panai dan Melayu.

Pada saat itu juga terdengar oleh orang Sungai Pagu bahwa kampung yang baru telah di buka, maka berdatanglah kembali orang Sungai Pagu yang bersuku Kampai dan Caniago, jalannya tetap dari Bukit Pasikain melalui Labuah Mandaro sampai ke Bukit Paniang-paniang, menurun bertemu Hulu Air Palangai Gadang yang bernama Batang Palapah, dituruni (dihiliri) aliran sungai sampai ke Palangai Gadang. Lalu membuat Taratak di sana yaitu yang bersuku Kampai, Bendang membuat kampung Palangai Gadang.Kemudian dipanggil ke Koto Langang, semua tempat yang ditemui Dipatuan Rajo Mudo. Seluruh pembesar berkumpul di Koto Langang untuk menobatkan Dipatuan Rajo Mudo menjadi raja yang nantinya bernama lengkap Dipatuan Mudo Sultan Linang Nan Bagampo bergelar Sultan Maharajo Dewi dinobatkan di atas Munggu di dalam kekebesaran Tombak Pua Bacancang beralam Marawa Pimpiang.

  • About
  • Latest Posts
Zera Permana
ikuti saya
Zera Permana
Redaksi Marewai at Media
Zera Permana Salimbado Buah Tarok (Anggota Pusat Kajian Tradisi Salimbado Buah Tarok) sekarang bekerja di Padang. Berasal Dari Nagari Sungai Pinang, Koto XI Tarusan Pesisir Selatan Suku Malayu. Pengelola dan Penulis Tetap Rubrik "Punago Rimbun".
Zera Permana
ikuti saya
Latest posts by Zera Permana (see all)
  • Bagian #2 Kota Besar Terakhir Melayu Swarnabhumi di Saruaso - 10 Agustus 2022
  • Zera Permana | Kota Besar Terakhir Melayu Swarnabhumi di Saruaso – Punago Rimbun - 1 Agustus 2022
  • Zera Permana – Raja Minangkabau Menyerang Negeri Mesir | Punago Rimbun - 15 Juli 2022
Tags: BudayaEsaiOpiniPelesiranPunago RimbunSastra

Related Posts

Bagian #2 Kota Besar Terakhir Melayu Swarnabhumi di Saruaso

Bagian #2 Kota Besar Terakhir Melayu Swarnabhumi di Saruaso

Oleh Zera Permana
10 Agustus 2022

Gambar hanya ilustrasi Pada tahun 1292 M kedatangan seorang Panglima Kebo Anabrang yang merupakan ekspedisi persahabatan yang lebih dikenal...

Zera Permana | Kota Besar Terakhir Melayu Swarnabhumi di Saruaso – Punago Rimbun

Zera Permana | Kota Besar Terakhir Melayu Swarnabhumi di Saruaso – Punago Rimbun

Oleh Zera Permana
10 Agustus 2022

Foto hanya ilustrasi Bangsa Sawo Matang di pedalaman Sumatra sesebut Bangsa Malayu. Di Minangkabau orang bangsa ini dikenal dengan...

Zera Permana – Raja Minangkabau Menyerang Negeri Mesir | Punago Rimbun

Zera Permana – Raja Minangkabau Menyerang Negeri Mesir | Punago Rimbun

Oleh Zera Permana
15 Juli 2022

Sumatra yang lebih dikenal dalam bahasa tradisi Pulau Perca, ujungnya Negeri Aceh pangkal hingga Lampung. Orang yang mendiami Pulau...

Punago Rimbun: Ilmu Silat Pendekar Pesisir Barat | Zera Permana

Punago Rimbun: Ilmu Silat Pendekar Pesisir Barat | Zera Permana

Oleh Zera Permana
8 Juni 2022

Kekuatan pasukan Soak Langik, Ragi Batang, Bingkai Bukik dan Kuciang Lalok membuat Taluek Sinyalai Tambang Papan  bisa dilalui oleh...

Next Post
SEKOCI (Serikat Koreografer Cinta Indonesia) : Festival MenTari Hari Ini Akan Dihelat, Silakan Catat Jadwal Lengkapnya.

SEKOCI (Serikat Koreografer Cinta Indonesia) : Festival MenTari Hari Ini Akan Dihelat, Silakan Catat Jadwal Lengkapnya.

TANJUANG ALAI SELAYANG PANDANG: Mengintip Wisata Alam Eksotik dari Ketinggian | Ihsan Sanusi

TANJUANG ALAI SELAYANG PANDANG: Mengintip Wisata Alam Eksotik dari Ketinggian | Ihsan Sanusi

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In