
Perjalanan Dipatuan Rajo Mudo sampai di Bukit Sikai, bertemu dengan duo orang laki-laki dan perempuan. Membuat hati Dipatuan Rajo Mudo senang dan menetap di sana (orang bersuku sikumbang) dan nantinya keturunan ini melahiran gelar kebesaran Datuk Tan Paliharo. Sebagai mana dalam Adat Minangkabau datang Basitumpu (mandapek), di rumah Datuk Tan Paliharo bersama pengiring-pengiringnya. Diawal pertemuan itu terjadi tanya bertanya antara Datuak Tan Paliharo dengan Dipatuan Rajo Mudo, oleh Dipertuan Rajo Mudo diceritakan kedatangannya, mencari dua orang laki-laki dan perempuan. Sebagai mana cerita ditulisan awal (tulisan minggu lalu). Semenjak penjelasan dan cerita dari Dipatuan Rajo Mudo. tercengang Dt. Tan Paliharo mendengarnya diketahui bahwa Dipatuan Rajo Mudo kaum dari Sultan Maharajo Dewa di Pariaman.
Maka diberitahu (diumumkan) kepada penduduk Bukit Sikai (Lagan) bahwa yang datang ini adalah orang besar kaum dari Raja/Sultan Pariaman. Mendengar perkataan dari Datuak Tan Paliharo penduduk Lagan berkumpul beramai-ramai. Bercekrama sampai diadakan ropok-ropok perkumpulan. Ketika siap dalam ropok-ropok perkumpulan diajak oleh Dipatuan Rajo Mudo seluruh pembesar (tuo-tuo) masyarakat Lagan berjalan dan mendaki sebuah bukit meninjau tempat yang baru untuk pindah kesitu. Nama bukit tempat tinjauan itu nantinya bernama Bukit Paninjauan, di atas bukit itu diceritakan Dipatuan Rajo Mudo, bahwa tempat itu tanahnya datar dan sungainya bercabang dua, warna airnya kadang-kadang seperti pelangi yang mengiang-ngiang. Di bukit inilah kelihatan Ranah Nagari Palangai.
Kemudian Dipatuan Rajo Mudo Menerangkan (menjelaskan) lagi Ranah kita lihat ini, bahwasanya tanah dari ujung ganting itu hilir, sedangkan lebih luasnya dan datar dari yang ganting itu mudiknya. Yang dimasud dengan Gantiang Bukit Tabek berdekatan dengan Bukit Sandi. Sesudah melihat Ranah Palangai kemudian mereka kembali ke Bukit Sikai, diadakan kembali mumpakat (Musyawarah) dan dikepalai oleh Dipatuan Rajo Mudo. Maka putuslah mumpakat ketika itu. Setengahnya penduduk Bukit Sikai (lagan) pindah ke Palangai agak ke Ganting Mudiek supaya dekat dengan dunsanak yang tinggal di Lagan (Bukit Sikai), sedangkan Dipatuan Rajo Mudo dalam mumpakat itu mengatakan akan membuat sebuah nagari di daerah Nan Ganting Hilir, mulai dari Muaro Palangai. Supaya kalau ada yang mau datang dari baruh mata angin sudah ada yang menunggu, sedangkan kalau yang datang dari atas angin (utara) sudah ada juga yang menunggu, tak dapatlah orang masuk sembarang orang kalau tidak seizin kita. Baik tujuan untuk berdagang atau pun “tabang manumpu inggok mancakam” di dalam negeri ini.
Pada saat itu berangkat Dipatuan Rajo Mudo menjemput istri dan sanak familinya, atau pun orang-orang yang pernah dulu disinggahinya (tempat-tempat yang pernah disinggahi ketika menanyakan Dubalang dan Sikambang). Sesampai di Pariaman disampaikan tujuan dan maksud oleh Dipatuan Rajo Mudo kepada Raja Pariaman Sultan Maharajo Dewa, oleh Raja Pariman diterima dengan suka hati. Kemudian berangkat dengan istri kerabat-kerabat sanak familinya, singgah pula diperjalanan dan orang-orang itupun ikut pula bersamanya menuju nagari yang dibuka oleh Dipatuan Rajo Mudo (Nagari Palangai).
Sesampai di Palangai. Nama negeri itu dicetuskan sesuai dengan pengalaman (kejadian) diawal datang. Mula-mula di buat Taratak di Koto Langang dan setengah di Pasar Palangai, kemudian Dipatuan Rajo Mudo pergi pula menemui tuo-tuo Lagan. Kemudian turun ke Kampung Anau yang bersuku Malayu dan Sikumbang. Turun lagi ke Bukit Kaciak bertemu dengan Suku Panai dan Melayu.
Pada saat itu juga terdengar oleh orang Sungai Pagu bahwa kampung yang baru telah di buka, maka berdatanglah kembali orang Sungai Pagu yang bersuku Kampai dan Caniago, jalannya tetap dari Bukit Pasikain melalui Labuah Mandaro sampai ke Bukit Paniang-paniang, menurun bertemu Hulu Air Palangai Gadang yang bernama Batang Palapah, dituruni (dihiliri) aliran sungai sampai ke Palangai Gadang. Lalu membuat Taratak di sana yaitu yang bersuku Kampai, Bendang membuat kampung Palangai Gadang.Kemudian dipanggil ke Koto Langang, semua tempat yang ditemui Dipatuan Rajo Mudo. Seluruh pembesar berkumpul di Koto Langang untuk menobatkan Dipatuan Rajo Mudo menjadi raja yang nantinya bernama lengkap Dipatuan Mudo Sultan Linang Nan Bagampo bergelar Sultan Maharajo Dewi dinobatkan di atas Munggu di dalam kekebesaran Tombak Pua Bacancang beralam Marawa Pimpiang.
Discussion about this post