BERNYANYI
puisi ini untukmu, perdu
yang berpusaran di masa lalu
seperti ringin kokoh yang selalu teduh
untuk menuntaskan kisah cinta
dari sebuah buku
bintang berkerlip pada rindu
lalu kita dendangkan kekaguman
akan jalan penuh liku dan fakta
bahwa kita bertemu
akankah kita diam menunggu
bernyanyi sambil lalu
dari hulu, dari pangkal
genggaman tangan bertemu
puisi ini untukmu
tumbuh sepanjang waktu
akar yang merasuk ke dalam tubuh
memancar cerlang di senyum, dan
sepasang mata indah
mata nan penuh gerak kehidupan
kekuatan untuk melangkah
lebih jauh
Mjk, 08/09/2022
MUSIM
musim mekar, di kota yang telah sabar
menerima kita yang gemar mensiasati pagar
sudahkah kau temukan ihtiarmu? pria
yang mengurai kemiskinan, ketenaran
ejekan, penolakan dan memadatkan kangen
sepanjang trotoar yang kehilangan kenangan
sungai-sungai semakin dangkal, semakin
lemah dan meringkuk di kanal-kanal
lebam, walau telah mengingat-ingat tajam
ia tetap lupa, di mana ia jatuhkan senyum
dari hulu perjalanan
musim mekar, kita singgah
menabur mimpi-mimpi untuk tumbuh
berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan
menelusuri kembali diri di lingkar tahun
pepohonan
Mjk, 09/09/2022
HALAMAN
halaman nampak sempurna jika pintu
ikhlas terbuka, ditingkah riang langkah kaki
siul nan langgam dari ral burung kenari
“jangan tutup jendela, ingin kutiup penat
di wajah penyair yang sedang asyik membaca
menyintas duka.” ujar angin yang baru tiba
api telah begitu dasyat mengepung hutan
sungai dan desa-desa, segalanya jadi suwung
tertular keluh kota nan murung dan kebenaran
selalu menempuh jalan berputar-putar
untuk kemudian hanyut ke dasar palung
halaman nampak sempurna, jika pintu ikhlas
menerima tiap pejalan yang memalingkan wajah
lihatlah, palem merah menangkap
senyumnya sumringah
memang selalu saja ada yang bangkit
menerbangkan asa
Mjk, 10/09/2022
GENDAR
tidak mudah menjadi yang terakhir
tetap renyah dan tetap gagah, menghadang
laju musim dan kebekuan manusia
kemudi-kemudi yang selalu saja lupa arah
musim yang sama, getir yang berbeda
hujan, kemarau, pancaroba nan parau
kita lalu terbata dalam tiap ral
tawa yang tetiba menyeret kembali
sekotak ingatan yang telah lama terjungkal
tidak mudah menjadi yang terakhir
meringkut dalam kaleng, membersamai
debar langgar di kelokan pula setia pagi
yang menyembul tanpa pernah lagi menunggu
kokok ayam jantan, entah sejak kapan
Mjk, 14/09/2022
TENTANG PENYAIR
MOCHAMMAD ASRORI, karyanya—berupa cerpen, puisi, naskah drama, dan esai—telah terbit di berbagai surat kabar, media daring, dan buku-buku antologi bersama. Sehari-hari bekerja sebagai guru di SMKN 2 Mojokerto. Buku puisinya yang telah tebit Tiga Postur Kota (Sarbi, 2015) dan Saat Jarum Jam Bersandar di Punggung Kursi Pelabuhan (Temalitera, 2020). Pegiat Sanggar Interlude ini aktif menjadi kurator buku, editor buku, dan sesekali juri lomba kepenulisan.
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post