• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Selasa, Mei 13, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Puisi-puisi Destriyadi Imam Nuryaddin | Tokoh yang Hilang

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
24 Januari 2021
in Sastra
1.1k 85
0
Home Sastra
BagikanBagikanBagikanBagikan

kucatat nama-nama

pesuruh, penangis, dan penguasa

tokoh yang lalu sehalaman

yang hanya mengantar tokoh lain

menyukat pada nama yang mirip

mana yang serasi dalam serahi

Tokoh yang Hilang, Destriyadi Imam Nuryaddin

Berkat Peri


mana ada laki-laki di tubuhku
yang hadir di depan matanya
tapi mengapa ia mengincar sampai
kekar tidak, tampan tak nampak

namun ia tahu perempuan itu
adalah aku, lelaki yang gigih mengail 
ia tahu Siti Mahdewi sesungguhnya
adalah kedua tanganku yang kasar
memahat batang pulai

ia kejar sampai ke rumah
ia pinjamkan baju pertunjukkan
ia duduk timpuh paling depan
ia pulang paling belakang
menunggu aku datang

ia (si lelaki sipit putih itu) menggilaiku;
lelaki yang biasa memegang parang
dan lihai menjulur kail
sekalipun ia tahu, aku tetaplah permaisuri
dilengkapi mahkota, selendang, dan pupur
yang dipinjami peri dari kayangan

sekalipun tahu, ia tak peduli laki-puan
ia anggap berkat turun dari tuhan

2020


Sambil Menanti Teduh Ulu Timur

sebentar lagi
tanah memberi nyawa
menjalar serat-serat malam
sepanjang lantun dan pantun
menunjuk wajah cerah dan tubuh yang gagah

sebelah kiri panggung, nelayan kelakar
tangkapan ikan yang tak penuh, cuaca semau-maunya
sebelah kanan, musim angin utara gaduh
di tengah laut sana gelombang naik darah

depan panggung, beralas tikar, petani berkelakar sagu
yang belum dipanen dan menjadi butir,
kelapa belum lagi ranum, nira belum bisa disadap,
pisang dan ubi belum lagi bisa direbus
mereka menimpa tikar, balok, kayu, batu, kelapa tua,
dan bahu sendiri

teduh ulu timur lancar di angan-angan mereka
mengayuh perahu di gelombang dalam kepala
di sela-sela, angan-angan itu mereka siram dalam doa

sebentar lagi
malam ini akan padat cerita
musik menyalami hati, lagu mengantar ke persilaan
mendu susun siasat mulai berkat
letih malam ini, jinjit pulih esok hari

2019


Terbagi dua


dalam dukungan
tuan putri memeluk leher
dan mengepit paha Dewa Mandu
satu pun tapak di tanah takjejak

hadapan mereka berdua
Dikar Bandan yang masih berdiri
bersama amarah melihat rakyat
raksasa yang tumpah

dalam tegang
sempat Dewa Mandu menggombali
Lela Ratna Kumala menangis sebab carik baju belakangnya
lesat oleh panah Dikar Bandan

“Jangankan badan,
seutas benang putus, parang menanti”
Dewa Mandu melompat ke kereta dengan syamsir terang
membabat bagai rumput dan sedahan, sekali tebas lepas

kepala pelanting terbawa laju angin
badan seperti keran rumah yang kebanjiran
Dewa Mandu tak lepas mendukung putri
Meski perang pemanasan usai lekas
dan di atas kereta terbang yang dingin

“Seharusnya abang menjahit carik baju di punggung ini dengan dadamu yang busung”

2020


 
Kehausan


sampai kapan perempuan-perempuan
yang kau nikahi akan tetap menunggu
kedatanganmu ketika kau berpura-pura berjanji?

dari hulu ke hilir, ujung dan pangkal
dalam lakon dan hikayat
sama-sama meninggalkan perempuan,
anak, dan pengawal setia

pergi mencari lahan cerita
yang menyediakan tuan putri kesepian
lalu kau irup sebagian raga
biar nanti ketika kau pergi menyesap tuan putri ke sekian
ia berpikir kau pergi mengembara menjadi pahlawan

2020


 
Surat Pinangan

“Kalau diterima siap kain dan baju,
kalau enggan siap bedil dan peluru”
Raja Laksemalik tak tahu diri
sudah meminta, mengancam lagi 

dawat menyusur surat, bertutur tampik
Raja Laksemalik menumpah murka dan malu
hidup bagai kayu, lagi lapuk ara pula
jawat pun tidak, punan berbini

dawat sudah berkata
titah perang berlaku

2020


 
Pantun Burung


nuri melepas pandang dari cabang
cericit mengambil mulut manusia
memberi harga di lapang rima

“Bunga pudak bercampur bedak
dipadu di dalam dulang
kenal tidak mengenal tidak
konyong beradu di balai orang”

bersaut pantun Angkaran Dewa
tuan putri dan dayang-dayang
bayan menyanding nuri
membuka gerobok rima
disebalik kepaknya

“Dang Lekir duduk di tiang
dang Jebat berbulang-bulang
bukannya fakir datang sembahyang
datang menyambut kain orang”

2020


Talib Mengatur Rindu


Talib paling pandai menghibur rindu
ia sambung tali rindu dari gelombang ke gelombang
menjadi napas pada kipas, telinga pada kacamata

Orang-orang memanggil dari pulau ke pulau
Talib tak memutus lagu
Sehabis beremas, berladun kembali
Sehabis lepas, sambung lagi
Orang-orang memanggil dari gawai ke gawai

tambur terus dibeduk, menyila panggung
Talib selesai membungkus ladang
ia kembang ke lain padang 

2020


 
Terlewat


perempuan pasrah mendengar ceramah
yang melarang dirinya berlakon
atas panggung para lelaki berganti
menjadi perempuan sebisanya
dengan rok yang begitu sumbang

lalu ulama lupa berdalil soal lelaki
yang serupa-menyerupai perempuan
karena asik menonton di tepi lapang

2020


Tokoh yang Hilang


kucatat nama-nama
pesuruh, penangis, dan penguasa
tokoh yang lalu sehalaman
yang hanya mengantar tokoh lain
menyukat pada nama yang mirip
mana yang serasi dalam serahi

lalu kenapa namamu tidak berkunjung?
sementara yang lain berebut minta dijunjung
peranmu diambil tokoh perempuan lain
rela menjadi gajah bertahun           
tapi sedihmu lebih liat dengan pantun
yang kau punya

ke mana engkau pergi, Siti Mahdewi?
hidup dalam lakon, hilang dalam hikayat

2020


Syeh


1/
episode tengah merah
penonton  sedang tak dapat dikacau
syeh sudah singgah sedari tadi duduk, diri,
bercangkung, telungkup, telentang di batang pulai
tiba-tiba telinganya mendengar pelik di tengah sorak

“Tidak ada faedah bermain mendu”  lelaki itu pulang,
syeh tajam memandang 

2/

orang-orang heboh di pagi terang
kabar bersautan
seorang lelaki tidur sambil berjalan
tertawa saat terlelap, mulai sinting berikut selap
pakaian tadi malam yang berdiri di panggung mendu

3/

dari atas kayangan, syeh sengih sendiri
mantra gilanya menemui kekasih

2020


Penulis
Destriyadi Imam Nuryaddin lahir di Serasan-Natuna, 17 Desember. Menyelesaikan studi Sastra Indonesia di Universitas Negeri Jakarta. Beberapa karya sudah terbit di media daring maupun luring. Saat ini aktif di komunitas Natunasastra dan projek video musik Perifer Song. Penulis dapat dijumpai melalui instagram @tenggut.


  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943) - 11 Mei 2025
  • DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR - 10 Mei 2025
  • Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua - 29 April 2025
Tags: BudayaPelesiranPunago RimbunSastra

Related Posts

Cerpen – Cengir | Gagah Pranaja Sirat

Cerpen – Cengir | Gagah Pranaja Sirat

Oleh Redaksi Marewai
12 April 2025

Cengir KETIKA kami pastikan bahwa Cengir benar-benar telah meninggalkan kami: rumahnya kosong. Sebatang rokok dan korek api masih terpancang...

Cerpen Konvoi Kantuik | Asrul Zulmi

Cerpen Konvoi Kantuik | Asrul Zulmi

Oleh Redaksi Marewai
12 Maret 2025

Bu Ningsih sedari tadi berusaha sekuat tenaga agar kelopak matanya yang berkeriput itu tidak terpejam lebih dari lima detik....

Cerpen UMANAIK | S&J PRODUKSI

Cerpen UMANAIK | S&J PRODUKSI

Oleh Redaksi Marewai
7 Maret 2025

S&J PRODUKSI             Tulisan-tulisan dengan nama dan identitas singkat pengenal lainnya, terpampang di batu-batu dengan corak ciri khas arab....

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R

Oleh Redaksi Marewai
22 Februari 2025

Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R Pintu terkuak, dari mulutnya kau muncul tiba-tibaBertelimpuh kian rapuh,...

Next Post
Esai: Penyebab Ketidakadilan Gender Dalam Masyarakat | Devi Rozani

Esai: Penyebab Ketidakadilan Gender Dalam Masyarakat | Devi Rozani

Pelesiran (3): Urban Legend Laut Piaman, Dari Kancah-kancah Sampai Juhuang | Ajo Wayoik

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In