
Pawang hujan adalah sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang dipercaya dapat mengendalikan hujan atau cuaca. Umumnya, pawang hujan mengendalikan cuaca dengan memindahkan awan. Jasa pawang hujan biasanya dipakai untuk acara-acara besar seperti perkawinan, konser musik dan banyak lagi.
Ada dua macam kerja pawang hujan: pertama, memindahkan awan ke arah laut, kedua, menahan hujan sebisa mungkin. Tujuannya supaya tidak turun hujan di daerah yang sedang berlangsung acara atau perkejaan.
Adapun cara lainnya yaitu menurunkan hujan beberapa hari sebelum hari yang ditentukan. Meski begitu, dalam agama Islam, kepercayaan ini ataupun mengklaim bisa menurunkan hujan/menahan hujan. Maka sangat dikuatirkan jatuh kepada kesyirikan. Karena turunnya hujan adalah perkara yang tak bisa ditentukan manusia (gaib).
Beberapa minggu terakhir cuaca di Sumatra Barat memang tidak menentu, cuaca yang berubah-ubah, biasa disebut pancaroba. Pancaroba adalah sebuah masa ketika banyak perubahan yang terjadi pada alam. Suhu yang bisa berubah dratis dalam waktu yang cepat hingga hujan atau panas yang hadir tiba-tiba. Terjadinya situasi tersebut menyebabkan banyak hal-hal negatif dan positifnya. Hal negatif akibat pancaroba tersebut tidak stabilnya kondisi tubuh melawan iklim yang tiba-tiba berubah, sehingga menyebabkan deman, flu, hidung tersumbat, sakit tenggorokan dan lainnya. Lebih parahnya menyebabkan bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor. Sama halnya yang terjadi saat ini di beberapa daerah di Sumatra Barat. Sedangkan efek positifnya mereda kegersangan di lahan, ataupun hal-hal yang sifatnya membutuhkan air dengan skala banyak; sawah dan ladang.
Nah, perubahan iklim tersebut yang kadangkala berusaha diantisipasi oleh orang-orang yang sedang mengadakan sebuah acara ataupun proyek besar. Biasanya mereka memercayai tugas tersebut kepada pawang hujan. Di Pesisir Selatan sendiri, kerja pawang hujan hampir sama secara keseluruhan karena banyak dipakai pada saat mengadakan acara dengan waktu yang lama. Seperti pesta pernikahan, acara pemuda, dan pesta-pesta lainnya.
Umumnya proses yang dilakukan pawang hujan menggunakan rokok, ada yang mengisap rokok sampai waktu yang ditentukan, adapula hanya sekedar membakar rokok (tanpa mengisap). Biasanya ritual ini dilakukan untuk acara-acara yang skalanya sehari/dua hari. Sedangkan seperti pengerjaan proyek jalan atau proyek besar, biasanya menggunakan api unggun/kemenyan dengan ritus-ritus membakar persyaratan yang sudah disiapkan (melemparnya ke dalam bara api). Pawang hujan seperti ini biasanya sudah tidak memakai tempat khusus lagi, alias sudah disediakan tempat di dekat proyek yang sedang berlangsung.
Masyarakat memercayai bahwa pawang hujan tak semata bekerja dengan mantra/doa-doa yang dilantunkan. Lebih dari itu, pawang hujan bekerja secara gaib, meminta pertolongan melalui ritus-ritus yang disampaikan kepada makhluk gaib. Sehingga menimbulkan serta memunculkan efek cuaca yang disampaikan si pawang hujan. Kita mungkin pernah mengalami hal seperti: hujan yang tiba-tiba deras, sedangkan di tempat lain (wilayah yang tidak jauh dari hujan) cuacanya terik. Hal tersebut dipercayai bahwa pawang hujan sedang bekerja memindahkan hujan/menahan hujan.
Terlepas dari baik dan buruk, pada kenyataannya kerja pawang hujan sampai sekarang masih dipercayai oleh masyarakat. Tidak di Sumatra Barat saja, hampir se-nusantara memiliki kepercayaan terhadap pawang hujan. Namun, semuanya kembali kepada diri masing-masing, bahwa kepercayaan dan keyakinan adalah hak mutlak bagi setiap manusia.
- Pelesiran: Mitologi Dewa Babi dan Keberhasilan Masyarakat Tradisional | Arif Purnama Putra - 20 September 2023
- Pelesiran: Mitologi Anjing Dewa dan Masa Silam yang Nyaris Hilang di Gunung Pangilun | Arif Purnama Putra - 1 September 2023
- SELAMI OBSESI DAN KEGELISAHAN: CROUD RILIS DEMO MMXXIII Berisi “HUN’S ADDICTION // SOMEHOW (EVENTUALLY)” - 1 Mei 2023
Discussion about this post