Cepat merespon tantangan gubernur Mahyeldi Ansyarullah, tim percepatan pembangunan bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Sumbar Kreatif mengkoordinir sejumlah seniman muda untuk menyiapkan konsep pertunjukan bertema sejarah PDRI untuk ditampilkan pada Hari Bela Negara 2021. Minggu (25/4) tim yang dipimpin langsung ketua Sumbar Kreatif Yulviadi Adek menemui gubernur di kediamannya.
Kepada gubernur, Yulviadi mengatakan bahwa tim yang datang hari itu merupakan representasi dari seniman-seniman muda yang produktif dan memiliki basis komunitas yang kuat. Dan semuanya tergabung di Sumbar Kreatif. “Kita melihat di Sumbar ini kita memiliki banyak talenta-talenta kreatif yang karyanya patut diapresiasi. Di sini Hadir Mahatma Muhammad dari komunitas Nan Tumpah, Yaser dari Rumah Ada Seni, Ferdinand Almi selaku sutradara muda, Roby selaku ketua Forum Batajau Seni Piaman, Kapten Moed dari Komunitas Kupi Batigo serta Muhammad Fadhli alias Ajo Wayoik selaku praktisi dan akademisi seni dari ISI Padang Panjang,” kata Yulviadi.
Dalam paparannya, Ajo Wayoik selaku penulis naskah mengatakan bahwa ia merancang sebentuk sendratari kolosal yang akan menghadirkan 150 orang penari, 25 orang pemusik, 30 orang aktor, pemain rabab, pesilat tradisi, motivator dan narator. Direncanakan pertunjukan ini akan disutradarai oleh Mahatma Muhammad dengan turut melibatkan para perupa, hingga kalangan sineas. “Yang akan diapungkan di sini adalah spirit dasar dari peristiwa PDRI itu sendiri. Setelah membaca berbagai referensi dan berdiskusi dengan sejumlah tokoh, maka hal terpenting yang perlu diangkat dari peristiwa PDRI itu adalah tentang keikhlasan. Maka Judul pertunjukan ini nantinya adalah “5 Episode Keikhlasan, Sebuah Refleksi PDRI” sebut tokoh muda Piaman yang biasa dikenal gubernur sebagai host ini.
Gubernur mengaku tertarik dengan konsep dan nilai yang diusung pada pertunjukan yang nantinya bakal kental dengan nuansa kesenian tradisi di Sumatera Barat ini. “Saya sangat mendukung ide ini. Nanti dapat segera berkoordinasi dengan pihak Dinas Pariwisata. Sekarang sudah ada sedikit rancangan untuk serentetan kegiatan peringatan Hari Bela Negara. Tapi itu belum sempurna. Ini akan memperkuat konsep yang ada” katanya. Buya juga memberikan tantangan kedua agar ada yang berinisiatif untuk meneliti lebih banyak tentang PDRI, sepanjang 8 bulan eksistensinya mempertahankan Republik.
Selain tentang menjawab tantangan Mahyeldi, hari itu juga dijabarkan tentang rencana untuk mendirikan sentra kreatifitas berupa sebuah creative hub. Menurut Yulviadi, creative hub ini adalah sarana dasar yang dibutuhkan agar para pelaku kreatif dapat saling terkoneksi dan pemerintah daerah dapat pula memantau pertumbuhan dunia kreatif itu sendiri.
Sementara itu, Mahatma Muhammad dan Yaser juga menjabarkan tentang rencana penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Daerah serta Kemah Budaya. “Kebetulan juga beberapa dari kami tergabung dalam tim Pekan Kebudayaan Daerah, kami juga sudah presentasikan berbagai hal yang tengah disiapkan bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. Buya memberikan dukungan untuk kerja ini dan akan segera akan kami susul dengan pelaksanaan kerja yang lebih intensif,” sebut Mahatma Muhammad.
Ferdinand Almi pada pertemuan itu juga memaparkan tentang perlunya dukungan sarana bagi pengembangan dunia perfilman Sumbar. “Saat ini yang sangat dibutuhkan adalah bioskop alternatif. Apapun bentuk kegiatan yang akan digerakkan di dunia film sekarang, muaranya akan kesini. Jadi kami berharap akan ada pemikiran yang lebih serius dari instansi terkait di Pemprov untuk mewjudukan aspirasi kalangan perfilman ini,” kata sutradara film Salisiah Adaik ini.
Menurut juru bicara tim percepatan pembangunan keapriwisataan dan ekonomi kreatif Sumbar, Mabruri Tanjung, pertemuan hari itu sangat bermakna dan turut memotivasi para pelaku kreatif untuk lebih banyak berkarya. “Pertemuan ini sekaligus menjadi bukti bahwa gubernur sangat berkomitmen untuk memaksimalkan pengembangan dunia kreatif di era kepemimpinannya saat ini, ” Sebutnya.
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post