Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Budaya

Memaknai “Si Boko” dan Nasihat-nasihatnya

Arif P. Putra Oleh Arif P. Putra
5 Oktober 2020
in Budaya
3.6k 189
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat Indonesia, telah diwarisi secara lisan. Cerita ini menjadi satu set dari sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat Indonesia yang terus berlanjut ke generasi seterusnya melalui tradisi tutur. Cerita rakyat pada hakikatnya adalah sebuah cerita yang dibuat untuk tujuan tertentu, akhirnya tumbuh dan berkembang sampai sekarang, tidak jarang pula cerita tersebut hilang ditelan zaman atau berbagai versi dengan judul yang sama. Cerita rakyat memang tidak ada sumber yang menyatakan secara konkret kebenaranya, tetapi kebanyakan cerita rakyat selalu memiliki bukti fisik berupa batu, pulau, atau sebuah tempat. Si Boko merupakan cerita rakyat yang berasal dari Sei Pisang Teluk Kabung, Bungus, Padang.

Cerita rakyat memiliki nilai-nilai edukasi berupa nasihat-nasihat penting atau nilai-nilai kebijaksanaan serta kearifan lokal yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut, mencangkum fungsi sosial yang cukup beragam, antara lain sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kemasyarakatan, sebagai sarana pendidikan anak, dan sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat. Cerita rakyat mempunyai potensi dan peran sebagai kekayaan budaya. Cerita rakyat juga bisa dijadikan sebagai modal apresiasi. Dengan cerita rakyat orang dapat mengetahui sejarah, pengalaman, pandangan hidup, adat-istiadat, cita-cita dan berbagai kegiatan lain yang terdapat di lingkungan sekitar. Dalam artian, sebuah cerita yang berkembang sebenarnya tersirat kenyataan yang ada dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya cerita rakyat Minangkabau, sebagaimana bahasa lisan pada umumnya, juga merupakan alat komunikasi, terutama dalam hal pengendalian masyarakat (social control) yang kongkret untuk mengkritik seseorang atau suatu kelompok yang telah melanggar norma masyarakat. Tentu tradisi turun temurun ini muncul bukan semata-mata hisapan jempol belaka, melainkan sebuah pelajaran dalam menyikapi atau memahami beragam fenomena.

Poto: Pulau Si Boko

“Si Boko” Cerita Rakyat Sungai Pisang, Teluk Kabung.

Dahulunya di Nagari Sungai Pisang, Bungus Teluk Kabung, hiduplah seorang anak laki-laki yang bernama Si Boko. Ia tinggal di sebuah Bukit di kampung tersebut bersama dengan ibunya. Bukit itu bernama bukit Si Boko. Boko dan emaknya berladang di sana. Boko meruapakan anak tunggal. Setelah lama berladang di sana, tumbuhlah keinginan Si Boko ke Baru (perkampungan) untuk pergi merantau, ia tinggalkan sang ibu di rumah. Waktu ditinggalkan, ibu si Boko masih muda, anak baru satu. Pergilah si Boko merantau dengan Pelang (kapal). Boko merantau cukup lama, sekitar tiga puluh tahun. Setelah tiga puluh tahun berlalu pulanglah si Boko ke kampung halamannya, Sungai Pisang. Dia pulang membawa kapal besar yang lengkap dengan isi serta anak kapal (awak kapal), kapal itu dinahkodai oleh Si Boko.

Maka berlabuhlah kapal Si Boko di Lamun Pulau (sekarang bernama pulau Pasumpahan). Setelah berlabuh di sana, dikatakanlah oleh orang kampung yang sedang menjaring atau mencari ikan ke ibu Si Boko, bahwa anaknya sudah pulang.

“Amak…lihatlah Si Boko di Lamun Pulau, dia sudah membuat kapal, membawa awak kapal, dia pula yang menahkodainya”.

Mendengar kabar itu, turunlah sang ibu ke kampung. Dilihatnya kapal Si Boko berlabuh di Lamun pulau (Pasumpahan). Setelah berlabuh di sana, bertanyalah ibu Si Boko ke awak kapal.

“Apakah benar ini kapal Si Boko?”

“Iyo, mak”.

“Ini anak saya yang bernama Si Boko kan. Kalau benar ia anak saya yang dimaksud tolonglah bangunkan”

Sehingga bangunlah Si Boko menemui orang tua itu.

“Boko, ini kamu, kamu adalah anakku”

“Tidak mungkin saya anakmu, Ibu sudah renta, ibuku tidak sepertimu, dia masih muda”

“Saya adalah ibumu, tentu saja sudah tua karena kita sudah lama tidak bertemu”

Akhirnya mereka berdua berdebat.

“Engkau bukanlah ibuku, usir dia…”

“Saya adalah ibumu, Boko.”

Setelah kejadian itu, kapal yang ditumpangi Boko akhirnya menepi ke sebuah pulau, Boko memerintahkan awak kapal untuk menurunkan ibunya di pulau tersebut. Di pulau itu, ibunda Boko kembali menegaskan bahwa dirinya adalah ibu kandung Boko. Lagi-lagi Boko mengelak mengakui bahwa wanita tua itu ibunya, Boko merasa malu dan tidak mengakui sang ibu.

“Saya ibumu, Boko! Saya berani bersumpah di pulau ini bahwa aku adalah ibumu!” sebut ibunya dengan nada meninggi.

Seketika angin laut semakin kencang. Badai datang. Riak laut berganti ombak besar yang mengombang-ambing kapal milik Boko. Meski begitu, Boko tetap tak bergeming dan menghiraukan ucapan sang ibu. Tiba-tiba cuaca berubah, alam murka, hujan deras disertai badai turun dari langit. Kapal Boko pecah di tengah laut. Isi kapal tumpah, ibunda Boko terbawa ombak besar. Termasuk Boko beserta awak kapalnya. Ibunda Boko kemudian terdampar di sebuah pulau yang tak jauh dari tempatnya bersumpah tadi. Di pulau itu Ibunda Boko murka dan mengumpat. “Saya ibumu Boko!”

Sementara di pulau lain yang tak jauh dari lokasi itu, warga pun terdengar berteriak “berkuai-kuai”, memelas dengan keadaan alam yang mengganas. Sedangkan suara Boko yang dari tadi lantang menangkal kebenaran ibunya, mulai tak terdengar lagi. Hanya, isi kapalnya yang terus ke tengah laut. Peti berisi emas yang diangkut Boko tumpah. Begitu juga kapal dan isinya seperti kancah yang sedang “tajarang” (di atas tungku) dan lainnya ikut terbawa air laut.

Seusai kejadian itu, cuaca kembali berubah tenang dan sepi. Ketika memandang ke laut, ombak terlihat begitu tenang, namun di lautan terlihat lima pulau membentang di depan Sungai Pisang. Di tempat ibu Boko bersumpah tadi, terdapat pulau yang akhirnya dinamakan Pulau Pasumpahan. Kemudian tak jauh dari itu, sebuah pulau yang dinamakan Pulau Setan merupakan tempat Ibu Boko kerasukan dan murka terhadap anaknya –mengutuk layaknya kesetanan.

Pulau lain yang tak jauh dari itu dinamakan Pulau Sikuai, tempat warga “berkuai-kuai” ketika alam murka atas perilaku Boko. Kemudian pulau lain yang dinamakan Pulau Peti adalah bekas peti emas milik Boko yang berubah menjadi pulau. Sedangkan Pulau Batu Jarang bermuasal dari kancah-kancah yang “terjarang” di atas kapal Boko. Begitulah murka sang ibu membuat petaka bagi anaknya. (Teks cerita diambil dari dari Artikel “Nilai-Nilai Edukatif dan Kearifan Lokal Dalam Cerita Rakyat Si Boko Di Sungai Pisang, Kecamatan Bungsu Teluk Kabung, Padang, Sumatera Barat, Oleh: Vinolia.”

  • About
  • Latest Posts
Arif P. Putra
ikuti saya
Arif P. Putra
Penulis at Media
Saya adalah pengelola & penulis di kanal Marewai, menulis Rubrik Pelesiran dan Budaya. Kami juga melakukan riset independen seputar kearifan lokal di Minangkabau, terutama Pesisir Selatan. Selain mengisi kolom di Marewai.com, saya juga menulis puisi dan cerpen dibeberapa media daring dan cetak di Indonesia. Tulisan-tulisan saya berisi tema dan ide yang berangkat dari kearifan lokal ataupun cerita-cerita berkaitan dengan masyarakat tradisional. 
Arif P. Putra
ikuti saya
Latest posts by Arif P. Putra (see all)
  • Pelesiran: Mitologi Dewa Babi dan Keberhasilan Masyarakat Tradisional | Arif Purnama Putra - 20 September 2023
  • Pelesiran: Mitologi Anjing Dewa dan Masa Silam yang Nyaris Hilang di Gunung Pangilun | Arif Purnama Putra - 1 September 2023
  • SELAMI OBSESI DAN KEGELISAHAN: CROUD RILIS DEMO MMXXIII Berisi “HUN’S ADDICTION // SOMEHOW (EVENTUALLY)” - 1 Mei 2023

Related Posts

Pelesiran: Mitologi Dewa Babi dan Keberhasilan Masyarakat Tradisional | Arif Purnama Putra

Oleh Arif P. Putra
20 September 2023

Negara Indonesia dengan banyak upaya konyolnya menjadikan kebudayaan sebagai sektor wisata, kerap lupa bahwa ia adalah salah satu negara...

Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini”

Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini”

Oleh Redaksi Marewai
18 September 2023

Padang, Marewai - Senin, 18 September 2023 digelarnya Forum Diskusi pelatihan sastra anak di tanah ombak merupakan salah satu...

Cerpen Gilang Kurniadi | Mengusut Tuntas dan Bergerilya

Cerpen Gilang Kurniadi | Mengusut Tuntas dan Bergerilya

Oleh Redaksi Marewai
23 Mei 2023

Langkahnya tertatih tangisnya semakin lirih ketika mentari berdiri kokoh tepat menghujani ubun-ubunnya. Huwaida melangkah pelan menuju gubuk persembunyiannya di...

SELAMI OBSESI DAN KEGELISAHAN: CROUD RILIS DEMO MMXXIII Berisi “HUN’S ADDICTION // SOMEHOW (EVENTUALLY)”

SELAMI OBSESI DAN KEGELISAHAN: CROUD RILIS DEMO MMXXIII Berisi “HUN’S ADDICTION // SOMEHOW (EVENTUALLY)”

Oleh Arif P. Putra
1 Mei 2023

SURABAYA, CROUD - Tahun 2021 telah Croud warnai dengan merilis debut single bertajuk “Soramai”. Animo tinggi atas single pertamanya...

Next Post
ANTU LASAIT-MAREWAI.COM

Ungkapan Larangan "Antu Palasik/Palasit" dan Eksistensinya yang Memudar

Yuang Sewai-Marewai.com

Carito: Yuang Sewai - Panaiak Gulo | Rori Aroka Rusji

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In