Pesisir Selatan masih menyimpan banyak cerita sejarah yang belum muncul ke khalayak, selain alamnya yang elok, dan sejarah pahlawannya, ternyata peninggalan serta saksi sejarah panjang Kabupaten yang terkenal dengan sebutan Bandar X ini masih banyak yang belum dapat diketahui oleh orang banyak, salah satunya histori tempat ibadah di Lumpo yang diberinama Masjid Pahlawan itu. Masjid ini terletak di Nagari Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, saat ini masih dalam keadaan renovasi.
Sejarah mengapa Masjid tersebut dinamakan Masjid Pahlawan ialah karena sebuah peristiwa Agresi Belanda ke II pada tahun 1948 ketika Pesisir Selatan masih bernama Pesisir Selatan Kerinci (PSK) yang sewaktu itu benaung sebagai Sumatra Tengah (sekarang Prop. Sumatra Barat, Riau, dan Jambi). Sebagaimana diketahui Agresi Belanda ke II diperintah oleh Gubernur Jenderal Belanda adalah menghabisi semua pasukan TNI di pulau Jawa dan Sumatra. Alasannya mengapa tindakkan itu diperintahkan karena Pemerintahan RI (Darurat) telah dipindahkan ke Bukittinggi atau Sumatra Tengah kala itu.
Saat Agresi Belanda ke II terjadi, maka Komandan Zaini Zen dan pasukannya adalah menjadi target utama dari Kolonial Belanda untuk dibunuh, tetapi beruntung sebelum Belanda datang, beliau sudah pergi untuk bergerylia dan juga membawa keluarganya, ia berangkat menyusuri hutan-hutan di Pesisir Selatan sampai ke Kerinci. Ketika itu juga terjadi perang, dimana saat gerylia Komandan Zaini Zen harus terpisah dari keluarganya dan mengutus beberapa orang mengawal keluarganya agar aman.
Selain keadaan gerilya, ternyata Belanda sampai pula ke Lumpo untuk mencari pasukan yang dikomandoi Zaini Zen. M. Sani Dt. R. Mato merupakan Angku Palo di Kenagarian Lumpo dan mertua dari Zaini Zen yang menikahi anak ketiganya bernama Syamsinur. Akibatnya M. Sani Dt. R. Mato ditembak mati oleh Pasukan Belanda karena menyembunyikan keberadaan Zaini Zen, beliau menunjukkan sikap tidak menuruti perintah Belanda agar masyarakat juga berani menghadapi kebiadaban Belanda kala itu. Beliau berusaha memposisikan diri sebagai warga, bukan sebagai mertua Zaini Zen, tapi Belanda tidak mengampuni keteguhan hatinya
Belanda awalnya mencari kedua orang tua Zaini Zen, namun karena kedua orang tuanya telah meninggal tahun 1948, maka pasukan Belanda mencari keberadaan Zaini Zen kekediaman M. Sani Dt. R. Mato yang merupakan mertua dari Zaini Zen. Itulah penyebab Belanda menemui beliau dan berujung naas.
Setelah Agresi tersebut usai, Kapten Zaini Zen ditarik ke Kota Padang untuk menjadi perwira penghubung di Divisi Banteng atau juru runding dnegan Belanda, serta sebagai Kepala Bagian Perlengkapan diDivisi Banteng. Setelah memegang beberapa jabatan penting di Kota Padang, beliau mengakhiri jabatan sebagai Komandan Militer Kota Padang lalu berangkat ke Jakarta untuk sekolah di Perguruan Tinggi Hukum Militer (PTHM). Setelah Menyelesaikan sekolah, beliau memilih pulang kampung untuk menjabat sebagai Bupati Pesisir Selatan pada tahun 1966, meski saat itu banyak pilihan lain yang dapat beliau ambil untuk meningkatkan karirnya.
Zaini Zen adalah anak ketiga dari dr. Mohammad Zen yang juga menjadi orang penting di Pesisir Selatan kala itu, sehingga menyematkan nama beliau sampai sekarang menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah Pesisir Selatan, sedangkan nama Zaini Zen disematkan sebagai nama Gelanggang Olahraga Zaini Zen di Pancuran Boga. Penyematan nama tersebut adalah bentuk penghargaan perjuangan beliau kepada Pesisir Selatan, walau mungkin pada saat ini banyak orang yang tidak mengetahui perjuangan beliau di masa lampau. Mungkin hanya mengenal nama saja. Setidaknya pemerintah daerah sudah melakukan sesuatu hal yang bagus dengan penyematan nama mereka; nama jalan, nama gedung dan tempat.
Itulah sedikit histori Masjid Pahlawan yang berada di Lumpo, Pesisir Selatan. Saya yakin masih banyak lagi cerita dibalik penamaan nama Masjid Pahlawan tersebut, karena masa itu banyak orang-orang yang berjuang. Lumpo hanya salah satu saksi sejarah yang masih bisa dilacak secara mudah oleh banyak orang, keluarga Zaini Zen pun mengakui keterikan kuat keluarga mereka dengan Nagari Lumpo. Data-data di atas adalah sebuah kerelaan Mencius Zen sebagai anak untuk berbagi informasi tentang sejarah sang ayah, Zaini Zen.
- Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra - 8 Juni 2024
- Pameran Poto Fatris MF Bertajuk “Di Bawah Kuasa Naga”: Melihat Potret Komodo dan Kemurungan lainnya - 25 April 2024
- Festival Qasidah Rabbana: Menyaru Masa Kanak-kanak di Sungai Liku Ranah Pesisir - 15 April 2024
Discussion about this post