“Kita Tak Boleh Telat Meramu Formula Masa Depan Seni Pertunjukan”
Gemala Ranti, Kadisbud Sumbar
Padang Pariaman, Marewai – Tokoh Agus Salim begitu menginspirasi banyak orang di negeri ini. Pahlawan kenamaan asal Koto Gadang Agam ini hingga kini masih menjadi figur tak tergantikan lantaran kesederhanaan hidup dan kemuliaan pemikirannya. Untuk mengenang sang tokoh, Sanggar Bundo Kanduang yang merupakan salah satu sanggar dalam naungan Forum Batajau Seni Piaman menggarap sebuah karya tribute berupa musical video art. Bekerjasama dengan Patiak TV dengan directornya Gangga Lauranta, kelompok pimpinan Roby melaksanakan shooting pada Sabtu (10/10/2020). Diterangkan Roby, garapan ini adalah salah satu dari 12 episode promosi MTQ nasional di Sumbar yang bakal di gelar 12-21 November nanti.
“Ini adalah bagian dari project Mantagi Jiwa Islami besutan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. Kami memilih tokoh Agus Salim untuk diapresiasi melalui karya karena beliau begitu menginspirasi bagi kami,” ujar Raffi, salah satu komposer dalam garapan ini. Diterangkannya, musik yang digarap berangkat dari kekayaan musikal darek dan pesisiran Minangkabau. “Kami memainkan instrumen perkusi seperti tambua, rabana, darabbuka, tiup bambu Minang dan juga sejumlah instrumen modern seperi gitar dan bass,” terang mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Padang Panjang itu. Pemilihan instrumen tersebut sebagian besar karena sifatnya yang menghentak sehingga dapat menggambarkan semangat perjuangan seorang Agus Salim.
“Dalam garapan ini kami juga membuat koor untuk menyanyikan sebuah dendang yang bersifat pantun. Dendang tersebut menyampaikan inti ajaran Agus Salim tentang penguasaan bahasa, keluhuran budi, keberanian dalam bersikap serta kegigihan dalam menuntut ilmu,” sebutnya. Agus Salim menurut Raffi lebih dari sekedar seorang politisi. “Beliau patut kita lihat sebagai guru bagi semangat perubahan. Karena beliau punya visi yang jauh ke depan. Bahwa anak-anak Minang harus menguasai bahasa, menguasai pendidikan, menguasai diplomasi. Minang yang bergaul hingga ke tataran internasional adalah mimpi beliau,” sebutnya.
Sementara itu, Gangga Lauranta mengaku mendapat tantangan tersendiri dalam menggarap video art karya bertema pahlawan asal Agam ini. “Agus Salim bukan tokoh pahlawan yang berat untuk diangkat. Beliau sudah sangat populer. Tapi justru itu sisi menariknya. Kami harus mengkaji lagi dari perspektif apa beliau patut diangkat agar karya ini tidak lagi merayakan apa yang orang sudah tau tentang sosok beliau. Maka kami coba disini untuk padukan musik tradisi dengan garapan video kontemporer. Kami pakai sejumlah peralatan modern. Karena disitu kami yakin dapat menggambarkan bahwa ajaran Agus Salim patut atau relevan dalam segala zaman,” sebutnya.
Saat menyaksikan proses shooting, Kadis Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti mengaku sangat terkejut lantaran ada kebaruan yang sebelumnya tak terbayangkan ketika melihat presentasi kelompok ini. “Memang inilah yang memotivasi kami untuk menggerakkan project 12 karya menyambut MTQ nasional ini. Kami memang berharap lahir sebuah konsep pembaharuan dalam proses berkarya. Jika semula visi seniman pertunjukan dalam berproses itu adalah panggung, sekarang justru video. Dan ini bukan video klip musik. Ini benar-benar sebuah musical video art,” katanya.
Gemala Ranti berharap, project seperti ini dapat terus menerus dijadikan model oleh para seniman Sumbar. “Menyambut era 4.0, dimana virtual adalah wahana masa depan dalam banyak hal termasuk kesenian, kita tak boleh telat dalam meramu formula kerja kita. Sekarang dari 12 karya yang disiapkan, sebagiannya sudah masuk fase shooting. Bahkan sudah ada yang selesai editing. Melihat hasilnya, saya yakin ini akan sangat diminati,” kata wanita keturunan sastrawan besar AA Navis ini. (Sumber: M. Fadhli)
- Yuang Sewai: Poli samo jo Voli - 8 Desember 2024
- Bincang Karya Pertunjukan Harimau Pasaman oleh Lintas Komunitas di Pasaman - 2 Desember 2024
- Cerpen Celana Dalam Robek | Thomas Elisa - 24 November 2024
Discussion about this post