Penurunan angka kemiskinan dalam beberapa bulan terakhir yang terbilang sejak Maret 2022 adalah faktor yang masih pasif dari banyaknya program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dari dulu negara ini lebih cenderung memberikan proteksi dan afirmasi lewat jaminan sosial, subsidi barang kebutuhan pokok maupun peningkatan pelayanan publik untuk kaum miskin (pro-poor), ketimbang upaya penciptaan lapangan kerja bagi kaum miskin (pro-growth). Hal ini adalah dampak nyata bahwa masyarakat Indonesia dijadikan sebagai sasaran empuk bagi kalangan pemerintah yang hampir saban hari sibuk merunut berbagai program pemulihan ekonomi dalam rencana kepemerintahan. Tanpa memperhitungkan secara cermat dampak baik atau buruknya keberlanjutan ide sepihak itu, juga tanpa menilik apa maunya masyarakat—selain umbuk rayu dengan dana yang tak seberapa. Mulai dari Bansos, PKH, Subsidi Upah hinga Kuota Internet.
Dari sini tentunya masyarakat juga akan bertanya-tanya walau hanya dalam kepala perihal dikemanakan jalan pulihnya hutang negara jika bala bantuan (yang tidak seberapa) itu lebih cenderung didahulukan ketimbang lapangan kerja. Secara perspektif pemulihan makro ekonomi Indonesia bisa dikatakan sama saja berujung nihil jika kepikunan perihal pro-growth masih bersarang dalam kepala.
“Dalam situasi yang kita hadapi sekarang ini, menstimulasi permintaan bukanlah hal mudah. Stimulasi dalam kebijakan fiskal mempunyai ruang gerak yang terbatas, karena beban hutang pemerintah sangat besar,” barangkali ada benarnya juga kata Boediono, mantan wakil presiden Indonesia itu dalam buku Ekonomi Indonesia, Mau ke Mana?.
Kini kabar tentang program Pahlawan Ekonomi Nusantara sudah tercium hingga ke pelosok negeri. Bermula dari gagasan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini saat menjabat sebagai Walikota Surabaya tahun 2010 tentang program pahlawan ekonomi, ia lebih dahulu membuktikan upaya pemberdayaan secara mikro, kecil dan menengah (UMKM), ketimbang angan-angan secara makro. Gagasan cemerlang beliau telah dilanjutkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi hingga saat ini. Dan kabarnya ia berkomitmen seperti pendahulunya itu. Yang mana dalam program tersebut para ibu rumah tangga yang dari perekonomian ke bawah diberikan pelatihan, pendampingan serta akses pengembangan bisnis berskala UKM.
Barangakali dari program yang bakal diluncurkan Menteri Sosial (Mensos) akhir tahun mendatang ini bisa melepas dahaga dari hausnya tanya jawab ke pemerintah, sebab kehidupan bernegara bukan hanya menuntut ke atas, melainkan juga tuntutan diri, bukan? (*)
Chalvin Pratama Putra, lahir dan besar di Bayang, Pesisir Selatan, Pantai Barat Sumatera. Beberapa karyanya yang berupa puisi, cerpen, opini dan esai tersiar di koran regional dan nasional, cetak maupun digital seperti: Tempo, Haluan, Singgalang, Radar Banyuwangi, Magrib.id, dll. Juga tergabung dalam penyair Asia Tenggara dan juga masuk 10 penulis terbaik dalam sayembara penulisan puisi Internasional. Tergabung dalam Pusat Kajian Tradisi “Salimbado Buah Tarok”. Bukti karyanya bisa dijumpai di akun Facebook miliknya; Chalvin Pratama Putra.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post