Matrilineal merupakan identitas dari Minangkabau, karena hanya sedikit di dunia yang menganut garis keturunan melalui ibu. Melalui Festival Matrilineal yang diadakan di perkampungan adat Nagari Sijunjung menampilkan berbagai seni musik, Tari, dan teater dari berbagai daerah di Sumatera Barat.
Kabaloka merupakan salah satu group musik yang lahir di Padang Panjang, menampilkan sebuah komposisi musik minimalis dalam acara Festival Matrilineal diadakan atas kerjasama BPNB dengan Pemkab Sijunjung pada tanggal 23-30 Juli 2022. Musik Minimalis Talempong kayu yang disajikan oleh group musik Kabaloka ini berasal dari Sumpur Kudus. Namun dalam pertunjukan komposisi musik oleh Kabaloka menghadirkan musik minimalis dengan ide dari tradisi alat musik talempong kayu yang nada dan garapan musik telah dikembangkan dalam bentuk karya baru musik minimalis.
Musik minimalis mengarah pada gaya musik yang dimulai di Amerika pada tahun 1960-an. Pelopor dari Musik minimalis ini adalah La Monte Young dan Terry Rilley, yang dengan cepat diikuti oleh Steve Reich dan Phillip Glass (Alison Latham 2002:781). Musik Minimalis memiliki ciri khas repetisi (pengulangan) yang diolah menjadi bentuk-bentuk baru dengan cara Sequence, retrograde, inversi, dan Teknik pengolahan yang lain(Margareth Lucy Wilkins:51).
Pertunjukan musik oleh grup Kabaloka ini menampilkan sebuah komposisi musik yang berdurasi 20 menit. Dalam pertunjukan ini, Kabaloka menggunakan beberapa instrument musik yaitu, xylophone, keyboard, gong, talempong logam, talempong kayu, dan gandang. Musik Minimalis oleh Kabaloka ini terdiri dari beberapa bagian, dan juga terdapat musik loop atau musik digital yang memiliki bagian yang berulang dari materi suara. Tujuan dari penggunaan loop ini untuk mengiringi permainan talempong kayu dan kemudian bermain Bersama.
Ketika pertunjukan musik minimalis Talempong Kayu dimulai, ditandai dengan kalimat MC “Selamat Menyaksikan”, Lighting mulai menyoroti panggung serta instrument musik mereka. Tampak 3 orang pemain musik dengan instrument musik masing-masing yang dimulai oleh permainan Talempong kayu. Setiap player tidak hanya memainkan satu instrument saja, namun menggunakan beberapa instrument yang dimainkan secara bergantian. Awal permainan komposisi musik ini dimainkan secara bergantian, masing-masing memainkan 4 bar lalu berurutan dengan menggunakan dinamika crescendo (suara menjadi keras secara bertahap) dan Aksentuasi (pukulan yang dikeraskan). Bagian kedua dari komposisi ini terdapat pengolahan motif (melodi singkat yang sangat khas) yang dimainkan pada instrument xylophone menggunakan teknik empat mallet. Bagian selanjutnya terlihat wanita paruh baya yang berjalan dari kerumunan penonton menuju panggung, setelah itu wanita itu langsung memainkan instrument musik Talempong kayu, tampak kebingungan penonton yang menyaksikan bergabungnya wanita itu secara tiba-tiba. Jumlah pemain musik Kabaloka ini bertambah menjadi 4 orang. Pada bagian ini menggunakan musik loop yang mengiringi permainan talempong kayu yang dimainkan oleh wanita paruh baya itu yang bernama Marlius serta diiringi oleh pemain lainnya. Bagian terakhir dalam komposisi ini terdapat bagian solo oleh masing-masing pemain.
Karl Edmund Prier (1996,2) mengatakan bahwa bentuk musik merupakan suatu gagasan atau ide yang nampak dalam pengelolaan atau susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi yang terdiri dari melodi, irama, harmoni, dan dinamika. Ide ini mempersatukan nada-nada musik terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu persatu sebagai kerangka. Komposisi musik talempong kayu ini juga menggunakan aksentuasi dan dinamika piano (lembut) dan forte (keras), serta pemain talempong kayu memainkan pada ketukan beat (ketukan teratur sebagai pedoman tempo) dan talempong logam memainkan pada ketukan up (ketukan yang berada di atas hitungan/gerak tangan dirigen ke atas).
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post