Retorika adalah teknik pemakaian bahasa seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen, awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul ‘Grullos’ atau Plato menulis dalam gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicaraan dengan pendengar melalui pidato. Dua aspek penting dalam retorika adalah; pengetahuan mengenai bahasa dan pengguna bahasa dengan baik. Retorika menitik beratkan pada seni oratoria atau teknik berpidato.
Jaman Yunani Retorika mula-mula tumbuh dan berkembang di Yunani pada abad V dan IV sebelum Masehi. Orang yang pertama dianggap memperkenalkan oratoria adalah orang Yunani Sicilia, tetapi tokoh pendiri sebenarnya adalah Corax dari Sirakusa (500 SM) yang meletakkan sistematika oratoria atas lima bagian, yaitu: Poem atau pengantar dari pidato yang akan disampaikan, Diegesis atau Narration: bagian yang mengandung uraian tentang pokok persoalan yang akan disampaikan, Agon atau argumen: bagian pidato yang mengemukakan bukti-bukti mengenai pokok persoalan yang dikemukakan tersebut. Parekbaksis atau Digressio; catatan pelengkap yang mengemukakan keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan persoalan tadi. Peroration; bagian penutup pidato yang mengemukakan kesimpulan dan saran-saran.
Fenomena retorika adalah fenomena tutur yang berbeda-beda yang tidak lain daripada perwujudan dan usaha tindak penutur dalam rangka memengaruhi penanggap tuturnya. Jadi jelaslah bahwa kegiatan bertutur pada dasarnya adalah kegiatan membahasakan sesuatu pembagian integral dari kehidupan bermasyarakat serta alat-alat yang fungsional dalam kehidupan tersebut. Retorika tak semata jadi cokolan saat berbicara formal saja, dijaman serba gesek ini retorika bisa disampaikan dimana saja, baik formal dan formal. Retorika sendiri saat ini juga tidak hanya digunakan kalangan pejabat dan kaum intelektual saja, tapi lebih dari itu seni retorika ini sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sampai kelapisan bawah sekalipun. Hanya saja gaya dan tuturnya berbeda, susunan kalimat yang digunakan berbeda pula.
Fenomena Retorika Dalam Budaya
Fenomena retorika dalam kebudayaan adalah permasalahan tutur dalam budaya yang berbeda-beda, yang tidak lain dari pada perwujudan bahasa dan tindak penutur dalam rangka mempengaruhi tutur. Retorika dalam pendidikan, ada pemanfaatan retorika yang lebih menonjol lagi pada proses pengajaran di dalam kelas. Di dalam kelas guru harus menerapkan prinsip-prinsip pendidikan, kemudian memanfaatkan pula retorika sesuai dengan jenis bahan pelajaran, serta situasi dan kondisi anak, misalnya guru mampu berinteraksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif, menarik dan menyenangkan, tapi kenyataanya banyak guru yang tidak pandai beretorika. Jika retorika tidak dimanfaatkan dalam pendidikan tentulah proses pembelajaran akan menjadi sangat membosankan untuk anak didik, sehingga perhatiannya tidak lagi tercurah kepada bahan yang diajarkan. Tidak sedikit kejadian seperti ini terjadi, ada guru yang hanya pandai dalam praktek ilmu, tapi tidak bisa beretorika saat menyampaikan suatu gagasan atau pelajaran yang sedang diajarkan. Itu sebabnya, mata kuliah retorika diperlukan sakali di jurusan pendidikan. Karena sangat penting sekali untuk tampil di depan kelas, beretorika sesuai kadar kemampuan anak didik.
Ada beberapa Retorika digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam usaha/perdagangan. Retorika juga dimanfaatkan oleh para usahawan, salah satu sarana yang digunakannya dalam retorika yaitu iklan. Pada transksi jual beli terjadi masing-masing pihak (penjual dan pembeli) berusaha meyakinkan pihak lawannya dengan kemampuan berbicara, agar pihak lawan yakin dan terpengaruh. Biasanya yang memiliki kemampuan retorika yang berhasil mempengaruhi lawannya. Dalam menawarkan barang kepada pembeli sangat penting sekali pemanfaatan retorika secara baik. Penjual akan berusaha sebaik mungkin agar orang terpengaruh dengan ucapannya. Namun terkadang tidak semua penjual bisa beretorika untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya. Apapun jenis tindak tutur, usaha benda dan lain sebagainya yang ditampilkan lewat media masa, selama hal-hal tersebut dimaksudkan mempengaruhi pihak lain, maka hal itu adalah fenomena retorika.
Retorika dalam humor, retorika dalam humor sama halnya dengan retorika dalam perdagangan dan pendidikan, disamping itu karena fenomena adalah gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat, sedangkan budaya adalah tindak tanduk keseharian manusia untuk berbagai keperluan retorika diperlukan beberapa cara: Retorika secara spontan, tuturnya itu tidak direncanakan terlebih dahulu, tapi lahir seketika untuk mengisi waktu luang. Kita sebagai pendengar tertarik mendengarkannya, bahkan pembicaranya itu diikuti dengan gerak dan mimik yang juga menarik. Sehingga menjadi sebuah suguhan yang menyenangkan, tak ayal juga menimbulkan gelak tawa.
Retorika secara tradisional/konvensional, bentuk tradisional adalah bentuk lama yang sudah digunakan dari masa ke masa dan retorika secara terencana, ada orang yang pandai menyampaikan maksudnya secara direncanakan/dipersiapkan terebih dahulu. Orrang ini biasanya kurang pandai bertutur menarik tanpa dipersiapkan. Retorika dan Komunikasi, prasyarat terjadinya suatu proses komunikasi yaitu; Komunikator adalah orang yang menyampaikan atau mengatakan pesan, Warta, yaitu informasi atau apa yang disampaikan, Resipen adalah orang yang menerima apa yang dikatakan oleh komunikator dan Medium adalah tanda yang disampaikan untuk menyampaikan pesan. Sedangkan Retorika sebagai proses komunikasi adalah sebuah aspek komunikasi retoris: Seorang pembicara menyampaikan kepada seorang pendengar sebagai kawan atau pelanggan, sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu, memberikan argumen-argumen terhadap isi pembicaraan sambil mendengarkan argumen balik dari pendengar.
Retorika saat ini bukan hanya sekedar seni berbicara yang biasanya disampaikan kalangan intelek atau penyampai pidato semata, tetapi lebih dari itu ia tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Tak hanya orang-orang besar yang mampu beretorika dengan baik saat ini, masyarakat bisa saja mampu memainkan seni berbicara tersebut. Tapi dalam kadar dan pembendaharaan kata-kata yang ia miliki, sehingga lingkungan sosial dimana ia berada dapat menyerap apa yang disampaikan dan bisa ditanggapi dengan baik pula. Retorika memang tak dipungkuri lagi identik dengan orang-orang pemerintahan, pejabat, politikus dan kaum intelektual. Tetapi zaman terus bergerak, hanya dengan mengusap layar telepon pintar, bisa melihat berbagai macam tutorial beretorika. Pada dasarnya retorika sejak lama sudah sampai kelapisan terbawah sekalipun, hanya saja bahasa yang digunakan untuk beretorika berbeda. Mungkin Basilek lidah (bersilat lidah) juga bagian dari beretorika dikalangan masyarakat.
Sumber: Wikipedia, dan Penelitian Fenomena Retorika, (Retorika – Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014)
- Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra - 8 Juni 2024
- Pameran Poto Fatris MF Bertajuk “Di Bawah Kuasa Naga”: Melihat Potret Komodo dan Kemurungan lainnya - 25 April 2024
- Festival Qasidah Rabbana: Menyaru Masa Kanak-kanak di Sungai Liku Ranah Pesisir - 15 April 2024
Discussion about this post