Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Budaya

Cerita Rakyat: Kali Mambu Mandirancan | Lely Nur Tachi

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
6 Januari 2022
in Budaya, Sastra
3.7k 37
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

SINOPSIS: Sebuah cerita diriwayatkan bahwa di Desa Mandirancan merupakan wilayah yang berada di Kecamatan Kebasen dan Kabupaten Banyumas. Mandirancan adalah desa tua yang sudah ada sejak 1571. Kali mambu yang berada pada Desa Mandirancan ini terdapat dua Kali Mambu yaitu Kali Mambu Wadon dan Kali Mambu Lanang. Kali Mambu sendiri merupakan mata air yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan mulai dikenal oleh masyarakat dengan adanya Juru Kunci yang bernama Kertabangsa kurang lebih sekitar tahun 1960.

Kali Mambu merupakan sumber mata air yang berasal dari retakan gunung purba yang sudah mati, tetapi laharnya masih ada. Artinya, ketika retakan sungai bawah tanah ini retak, maka air bawah tanah akan mengalir ke atas membawa belerang putih. Nah, belerang putih ini yang kemudian dikenal sulfur untuk menghaluskan kulit, untuk mengobati penyakit kulit. Akhirnya ketika orang mandi di situ maka kulitnya akan lebih halus. Secara mitos, Kali Mambu Wadon ini terdapat penunggu, yaitu dua seorang putri. Jika ada seseorang yang mandi di Kali Mambu Wadon tersebut maka kulitnya akan menjadi putih, bersih, dan lebih cantik. Namun demikian, secara ilmiah ada kandungan sulfur, dimana jika air tersebut diberi daun maka daunnya akan berubah menjadi warna ungu, sedangkan jika terkena batu maka batunya pun akan berubah menjadi putih. Karena mungkin sudah ribuan tahun yang lalu maka kandungan yang ada diperut gunung purba tersebut memudar dan mengakibatkan bau yang ada pada Kali Mambu ini mulai berkurang dengan sendirinya. Selain itu, ada jembatan yang cukup menarik yaitu Jembatan Watu Geni. Dimana batu-batuan yang ada dijembatan jika digesek itu akan menjadi api. Secara tidak langsung hal ini benar adanya, bahwa dulunya itu adalah gunung berapi. Untuk bukti yang pertama yaitu keluarnya belerang yang ada pada Kali Mambu dan bukti yang kedua yaitu watu geni yang berubah menjadi api. Pada zaman gunung purba masih aktif dapat berubah menjadi api. Secara ilmiah dapat diketahui bahwa sebelum Kedung Bunder terdapat sungai yang ada seperti lelehan gunung purba yang masih aktif pada masanya. Sedangkan secara mitos, ujung dari gunung purba ini ditendang oleh Bima dengan melewati Sungai Serayu dan jadilah Gunung Tugel. Jadi, Gunung Tugel adalah tugelan dari gunung purba yang dilempar oleh Bima. Pada tahun 1970 sampai 1980 air Kali Mambu Lanang digunakan untuk menyirami benih-benih pohon pinus yang ada disekitarnya.


Kemudian pada tahun 2019 Kali Mambu Lanang diperbaharui dan dibuatlah dua kolam kecil yang digunakan untuk penampungan anak-anak bermain. Untuk membedakannya Kali Mambu Wadon berbentuk pancuran dan Kali Mambu Lanang berbentuk kolam kecil yang terdapat perosotan untuk anak-anak bermain.

Penulis Lely Nur Tachi, lahir di Banyumas, 08 Juli 2001. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Berdomisili di Desa Mandirancan RT 02 RW 03, Kec. Kebasen, Kab. Banyumas, IG: lely_tachi, [email protected].

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah sebuah Komunitas Budaya yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebagai media alternatif untuk para penulis.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Puisi-puisi Kiki Nofrijum | Magrib Macet - 30 September 2023
  • Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
  • Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
Tags: BudayaCerita rakyatSastra

Related Posts

Puisi-puisi Kiki Nofrijum | Magrib Macet

Puisi-puisi Kiki Nofrijum | Magrib Macet

Oleh Redaksi Marewai
30 September 2023

Lima Bulan ke Depan Baju baruBahan pokok terpenuhiSensus pendudukOrganisasi ini itu bergerakRumah-rumah dicat baruPakar non bersertifikat bermunculanOrang-orang di kampung...

Pelesiran: Mitologi Dewa Babi dan Keberhasilan Masyarakat Tradisional | Arif Purnama Putra

Oleh Arif P. Putra
20 September 2023

Negara Indonesia dengan banyak upaya konyolnya menjadikan kebudayaan sebagai sektor wisata, kerap lupa bahwa ia adalah salah satu negara...

Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini”

Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini”

Oleh Redaksi Marewai
18 September 2023

Padang, Marewai - Senin, 18 September 2023 digelarnya Forum Diskusi pelatihan sastra anak di tanah ombak merupakan salah satu...

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Oleh Redaksi Marewai
16 September 2023

sedikit sepasang muda-mudiberdua dalam remangdi atas jam sembilanbulan bintang berpilinmeremas cemas aku, bapaknyayang telah meninggal duniamelihat dari jauhdari akar...

Next Post
Resensi: Empiris-Metafisis dan Conditio Sine Qua Non-Alter Ego | Ilhamdi Putra

Resensi: Empiris-Metafisis dan Conditio Sine Qua Non-Alter Ego | Ilhamdi Putra

Cerpen: Pak Carik | Muhammad Aziz Rizaldi

Cerpen: Pak Carik | Muhammad Aziz Rizaldi

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In