Kapalo Banda atau yang juga disebut sebagai Wakanda (Wisata Alam Kapalo Banda) adalah salah satu destinasi pariwisata paling digemari di Kabupaten 50 Kota. Setiap akhir pekan, minimal 2 ribu orang memadati kawasan yang menyuguhkan bentangan pengairan sisa peninggalan Belanda di Nagari Taram tersebut.
Selain pengairan, kondisi alam Nagari Taram yang dipagari bukit-bukti hijau juga menjadi latar menarik, terutama untuk berswafoto. Namun, tak banyak diantara pengunjung tau kalau di nagari Taram tersimpan sejumlah kisah epik menarik. Salah satunya adalah legenda Bukik Bulek.
Situs alam Bukik Bulek sendiri, akan dapat dilihat begitu kita hampir sampai di pintu masuk Wakanda. Lokasinya persis di tengah nagari Taram. Dari jalanan yang dapat ditemph kendaraan roda empat, Bukik Bulek akan terlihat menjulang di balik pemukiman penduduk. Tak diketahui pasti berapa tinggi bukit itu. Yang jelas, Bukik Bulek memang berbeda dengan bukit-bukit lain di Sumatera Barat. Sesuai dengan namanya, bukit ini membulat seperti sebuah tabung raksasa dengan kemiringan lereng hampir 90 derajat.
Selain karena bentuknya, Bukik Bulek juga dapat ditandai dari strukturnya yang terdiri dari batuan kars. Warnanya coklat kemerahan. Sebagian saja dari tubuh bukit itu yang ditumbuhi tanaman hijau. Selebihnya adalah batuan. Pada salah satu sisi bukit, terdapat struktur batuan mirip dengan manusia yang sedang duduk. Lengkap dengan kepala dan kakinya yang bersila.
“Bukit ini adalah ikonnya Nagari Taram. Orang baru sadar bahwa mereka sudah sampai di Taram, jika sudah melihat bukit ini. Dari jauh, juga jadi penanda arah, kalau mau ke Nagari ini,” kata Gio Fernando, Humas Wakanda. Diterangkan Gio, menurut penuturan orang-orang tua di Taram, kata Taram sendiri berasal dari kata Tarandam atau terendam. “Konon, dahulunya nagari Taram di genangi air. Di tengah-tengah perairan itu terdapat sebuah bukit berupa pulau kecil yang unik berbentuk bulat yang di namai bukik bulek,” katanya.
Bukik bulek itu utuhnya jauh lebih tinggi dari sekarang. “Malah kata nenek-nenek kami, dulu sampai sejengkal dari langit. Tinggi sekali,” terang Gio. Sebagian kisah mengatakan bahwa bukit itu adalah salah satu tambatan kapal Nabi Nuh dalam pelayaran mencari daratan pasca banjir bandang menutup bumi.
Bukik Bulek menjadi pendek setelah terjadi gempa besar. “Akibat gempa itu, bukik bulek patah jadi sembilan bagian. Setiap bagian menyebar di seluruh pelosok Taram,” sebutnya.
Semasa nenek moyang orang Taram masih menganut kepercayaan sebelum Islam, mereka memahat sebuah patung dipinggir bukit Bulat/Bukit Gadang yang di namai Bukik Talio. Pada hari tertentu masyarakat yang menganut kepercayaan itu mengantarkan sesajian ke patung tersebut. Pada masa selanjutnya bukik talio berubah fungsi sebagai penambangan kapal saudagar-saudagar yang membawa barang dagangannya.
Ada cerita yang lebih menarik di sini. Menurut kepercayaan beberapa orang tua di Taram, bukik bulek ini juga menyimpan pintu rahasia yang mana di dalamnya terdapat kuda bersayap emas.
“Menurut salah satu orang tuo kami, kuda emas itu pernah menampakan diri yang berterbangan di atas langit nagari Taram,” sebut Gio.
Bila anda datang ke Nagari Taram, Bukik Bulek lebih elok dipandang dari aliran sungai Batang Munggo. Lokasi tempatnya adalah di Jorong Parak Baru, di atas sebuah jembatan yang tak berapa jauh dari surau yang menjadi lokasi syuting film Di Bawah lindungan Ka’bah. Bukik Bulek juga berada di tengah dua jorong yakni Parak Baru dan Tanjuang Ateh. (Gio & Ajo)
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post