
Film Rain Town berdurasi 117 menit, berkisah tentang seorang ayah pensiunan Bank di Taiping Malaysia yang disutrarai oleh Tunku Mona Riza. Berlatar budaya Tionghoa yang kental, berawal dari pemaksaan kehendak seorang ayah kepada anak tertua dalam keluarga Choo. Ayah yang diperankan oleh Kim War Chew memainkan peran dengan sangat baik, menjadi seorang pensiunan yang kecanduan “Taruhan Hujan” bersama teman-teman tuanya di Taiping.
Semua cita-cita dari anaknya ditolak mentah-mentah oleh Pak Choo, anak pertama yang suka bermusik dan ingin jadi pemusik dipaksa menjadi dokter. Anak wanita bungsunya juga mendapat penolakan, ketika ingin menikah dan melanjutkan rencana ingin membuka toko kue bersama calon suaminya. Ada satu anak tengah yang tidak terlalu disorot film ini, tapi memiliki peran sentral menjadi benang merah cerita.
Sosok wanita yang sangat penyabar, atau kalau boleh saya katakan memiliki sabar yang berkelebihan bernama Aileen di perankan oleh Susan Lankester. Dua babak pertama dalam film ini berjalan pelan, menggambarkan bagaimana seorang Ayah memaksakan semua keinginannya kepada anak. Terkhusus anak pertamanya, dia telah terlanjur membanggakan anak pertamanya yang akan menjadi dokter kepada teman-teman nongkrong-nya.
Babak ke tiga cerita ini membuat karakter utama “jatuh” bahkan berkali-kali, setelah dihadapkan dengan kenyataan pahit. Sang istri mengidap penyakit Kanker Payudara, seterusnya anak pertama yang paling dibanggakannya hampir mati karena kecanduan narkotika. Di babak inilah kita baru bisa melihat anak tengah Pak Choo yang menjadi benang merah dari semua babak cerita.
Warna film Rain Town ini terbilang bagus bagi saya, film ini menggunakan palet film Tionghoa pada umumnya. Namun, film ini terlalu berwarna sepanjang adegan sehingga membuat babak demi babak menjadi datar. Bagi penulis, cerminan warna (dan cuaca) adalah apa yang dialami tokoh sepanjang babak.
Hujan tidak hanya turun di Taiping, hujan juga akan datang kepada rumah setiap keluarga di Malaysia. seperti hujan, agaknya film ini ingin memberi isyarat kalau reda pasti akan selalu datang. Tidak mungkin hujan berkepanjangan, reda adalah obat untuk mengeringkan luka-luka dalam keluarga yang utuh. Setiap keluarga bisa memanfaatkan waktu reda untuk berbenah, memperbaiki setiap kesalahan yang sudah terjadi.
Agaknya film ini bisa menjadi pembelajaran untuk semua anggota keluarga, kekuatan seorang kepala keluarga tidak cukup untuk membuat anak keturunan kuat secara mental. Bahkan akan berakibat sebaliknya, akan tetapi kekuatan yang demokratis dalam keluarga akan membuat anggota keluarga saling belajar atau setidaknya saling memahami antara satu dan lainnya.
Menjadi seorang ayah bukanlah perkara mudah, apalagi ingin menjadi seorang kepala yang adil dan bijaksana. Kadang rasa ingin menguasai dari apa yang kita hasilkan dari keringat sendiri justru sangat besar, dan tak jarang rasa ingin menguasai itu yang akan membuat kita kehilangan.
Discussion about this post