Padang, Marewai– Branding memang sebuah kata yang datang dari luar negeri. Prakteknya oleh para pelaku hari inipun mengacu pada apa yang diterapkan orang di luar negeri. Namun prinsip-prinsip dasar branding justru sangat kuat ditanamkan nenek moyang kita orang Indonesia, terutama Sumatera Barat. Hal itu disampaikan Ajo Wayoik, ketua tim Satuan Tenaga Konselor Pariwisata (SANAK Pariwisata) saat mengisi acara pertemuan forum pelaku ekonomi kreatif yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, Selasa (24/8) di Novotel Bukittinggi.
Dijelaskan oleh pemilik studio Wayoik! ini contoh prinsipil itu adalah rumah gadang. “Betapa rumah gadang, disengaja atau tidak oleh nenek moyang kita, telah menjadi icon Minangkabau. Ia sangat kuat sebab, tidak ada contoh lain di dunia, rumah dengan struktur dan arsitektur seperti itu. Rumah gadang, sangat cepat terindentifikasi karena memang memiliki ciri khas pembeda yang membuatnya sangat spesifik. Selain bentuk gonjongnya, karakter kultural juga melekat bersama simbol-simbol pada ukiran.” jelas pentolan Forum Batajau Seni Piaman ini.
Begitu pula dengan gala, yang menjadi “brand” posisi kultural, asal muasal, sampai karakter seseorang. Sementara, praktek branding terhadap produk yang punya nilai komersil juga sudah lama diterapkan. “Misalnya tukang sate. Orang luar negeri mengiklankan makanan lewat media masa. Tukang sate di Pariaman mengiklankan satenya lewat udara. Lewat tebaran aroma asapnya yang menggoda. Dan aromanya spesifik sebagai aroma sate,” katanya.
Makanya, menurut Ajo Wayoik, orang Minang harusnya sangat melek dengan branding. “Secara karakter, orang Minang itu biasanya juga cerdas, berani dan gigih. Itu adalah sikap-sikap penting dalam menggerek brandng,” terang Ajo.
Usai materi, para peserta sangat antusias mengikuti sesi diskusi. Sebagian besar meminta review terhadap logo, nama, foto-foto hingga desain kemasannya. Nani (43) salah seorang peserta mengaku sangat bersemangat untuk memperbarui branding yang sudah ia lakukan. “Saya harus susun langkah lagi. Tadi ajo tekankan soal kolaborasi bersama seniman desain, fotografi dan videografi. Itu yang kurang dilakukan pelaku ekonomi kreatif selama ini. Kolaborasi itu kurang,” sebutnya.
Dihubungi terpisah, Kadis Pariwisata Novrial mengatakan, tim SANAK memang dibentuk untuk membantu dinas yang ia pimpin dalam rangka mencerahkan pemikiran para pelaku pariwisata dan industri kreatif. “Ada banyak pengalaman anggota tim SANAK ini yang harusnya tersebarkan pada pelaku lainnya. Dan itu sudah berangsur sekarang,” katanya.
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post