• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Minggu, November 2, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra

Arif P. Putra Oleh Arif P. Putra
8 Juni 2024
in Pelesiran
1.1k 57
0
Home Pelesiran
BagikanBagikanBagikanBagikan

Dalam pilem, ada banyak bagian penting, meski hanya kepak sayap burung lewat atau orang lewat saja. Namun, di antara aktor ternama diperpileman India, jauh sebelum sebelum Yogi Babu, aku begitu menyukai karakter Johnny Lever. Di kampungku ia dikenal sebagai Sapuyer, aku lupa itu nama ia dalam pilem apa. Tapi yang pasti, nama tersebut melekat kepada seorang pengrajin sapu lidi di kampungku yang setiap hari minggu menjajakan hasil karyanya ke kampung-kampung. Semasa sekolah dasar, ia juga cukup terkenal, sebab setiap ada tugas kerajinan tangan, kami kerap membeli sapu lidi darinya, kadang  sanduak (sendok memasak), kadang asbak rokok. Ya, kerajinan tangan hanya formalitasi semata dalam pelajaran kesenian di sekolah, hasilnya bisa juga kita beli. Dan tentu saja guru tau pembuatnya kalau-kalau kami membawa kerajinan tangan dari sapu lidi, sanduak dan asbak dari batok kelapa.

Semasa Sekolah Dasar, paling tidak ada dua demam VCD di kampungku. Pertama, pilem India, kedua, Slow Rock yang dibawa perantau Malaysia. Lagi-lagi perantau Malaysia. Di kampungku memang mayoritas masyarakat merantaunya ke Malaysia. Sampai-sampai seorang kawan mengatakan kepadaku “sama seperti di kampung, orang-orang masih bermain koa, ribut dengan tetangga, dan pemuda-pemuda pemalas terbahak-bahak di lepau”. Dari merekalah (perantau Malaysia) kami mendapatkan banyak referensi musik dan pilem kala itu. Lalu musim VCD datang, sedikit lebih dulu dari parabola. Jelas kami tidak mengenal CD original dan bajakan. Pasalnya ditiap sampul selalu dibuat “original song”. Mulai dari album kompilasi satu band sampai keroyokan. Masa itu, tak pernah terpikirkan bagaimana mereka mengumpulkan banyak lagu dari penyanyi berbeda. Judulnya beragam, ” Kompilasi terbaik, the best song, lagu terbaik sepanjang masa” sampai campuran antara Indonesia dan internasional.

Pemeran pembantu yang tak seperti kameo
Lantas, kegemeran akan pilem India tidak hilang. Kaset-kaset itu terus berdatangan, mulai dari tempat rental, saling tukar kaset, sampai entah darimana dapatnya. Karan Arjun telah menjadi pilem pertama dalam urutan pilem India yang berkesan bagiku. Lalu muncul Kuch Kuch Hota Hai. Dari sini saya mulai mengenal aktor Johnny Lever. Dimana pada pilem Karan Arjun, saya tidak begitu ingat bagian Jhonny lever itu, tapi yang pasti cukup berkesan. Dalam pilem asmara Kuch Kuch Hota Hai yang pelik itu, ia muncul bagai kameo yang setiap ia muncul mengundang gelak tawa bersama dengan Farida Jalal ibu Rahul. Kami melupakan tampangnya kerap menjadi bahan cemooh sebagaimana saat seorang tokoh keluar. Tidak seperti Tuan Takur begitu. Ia hadir bagai pemecah kebuntuan. Seolah alur dalam pilem amat rapat tanpa celah sedikitpun. Adegan demi adegan seakan tak ada yang percuma. Pilem yang berakhir bahagia itu memang sesuai keinginan penonton, tapi banyak juga yang tidak memerhatikan Jhonny Lever yang cukup krusial. Bagaimana peran ia mengantarkan—menjembatani adegan-adegan yang barangkali bisa saja garing. Misalnya ketika Sharulkhan mendatangi anaknya saat kemping. Andai tidak ada Jhonny di sana, mungkin saja aktor kesayangan kita ini tampil mencolok dan norak sebagaimana seorang Romeo yang sedang ingin merebut juliet kembali. Atau Anjali, Kajol, yang terasa asing di antara polemik anak, ibu dan teman lama. Tapi Jhonny hadir memecah polemik itu. Ia lumayan dapat ruang banyak dalam pilem ini, sehingga menjadi salah satu tokoh ikonik. Tentu saja masa itu ia menjadi tokoh ikonik yang kocak dan sedikit… Ya, itulah.

Johnny Lever (kelahiran 14 Agustus 1957) adalah seorang aktor film India dan salah satu komedian paling terkenal dalam sinema Hindi. Lever adalah salah satu komedian tunggal pertama di India. Lever telah meraih tiga belas nominasi Penghargaan Filmfare dalam Penghargaan Filmfare untuk Penampilan Terbaik dalam sebuah Peran Komik, dan telah memenangkan penghargaan tersebut sebanyak dua kali, untuk karyanya dalam Deewana Mastana (1997), dan Dulhe Raja (1998). Ia memulai kariernya pada 1984, dan telah berakting dalam lebih dari tiga ratus film Bollywood.

Ia kerap menjadi pemeran pembantu dalam banyak pilem, yang paling terkenal tentu saja Kuch Kuch Hota Hai. Ia berperan sebagai seorang Kolonel Almeida, seorang manajer keturunan Inggris dari perkemahan Sunshine. Dalam pilem itu ia seorang penganut kebudayaan Inggris garis keras. Sebagai aktor yang banyak mengalami pasang surut, aktor satu ini cukup konsisten dalam bermain peran. Ia acap memerankan peranan sebagai satpam, pembantu dan teman dekat tokoh utama dalam satu pilem. Jhonny Lever dulunya (paling tidak di kampungku) amat identik dengan Govinda. Sebagai seorang komedian, agaknya Govinda dalam pilem Dulhe Raja menjadikan Jhonny Lever sebagai tandem komedinya yang apik.

Berikut daftar pilem Johnny Lever tontonanku:

1. Koyla, 1997
2. Badal, 2000
3. Jaan, 1996
4. Soldier, 1998
5. Dil, 1990
6. Dulhe Raja. 1998
7. Karan Arjun, 1995
8. Kabhi Khushi Kabhi, 2001
9. Kuch Kuch hota hai, 1998
10. Dilwale, 2015
11. Baadshah, 1999

Berikut 12 daftar pilem India ikonik di kampungku:
1. Kuch Kuch Hota Hai, 1998
2. Kaho Naa… Pyaar Hai, 2000
3. Kabhi Kushi Kabhie Gaam, 2001
4. Dilwale Dulhania Le Jayenge, 1995
5. Mohabbatein, 2000
6. Dil To Pagal Hai (Jadooe), 1997
7. Kal Ho Naa Ho, 2003
8. Mithun (sebutan untuk aktor ikonik Mithun Chakraborty)
9. Karan Arjun, 1995
10. Mann, 1999
11. Tuan Takur (tokoh antagonis paling ikonik)
12. Sapuyer ( Johnny Lever, pemeran pembantu paling ikonik).
Sebagian pilem di atas kami tonton lewat kaset Video, VCD dan DVD.

Sedangkan 12 pilem memorable dalam listku;
1. Swades, 2004
2. Karan Arjun, 1995
3. Dhadkan, 2000
4. Kaho Naa… Pyaar Hai, 2000
5. Koi… Mil Gaya, 2003
6. Jab Tak Hai Jaan, 2012
7. Kabhi Kushi Kabhie Gaam, 2001
8. Soldier, 1998
9. Mohenjo Daro, 2016
10. Ae Dil Hai Mushkil, 2016
11. Bang Bang, 2014
12. Slumdog Millionaire, 2008

Tentu saja daftar pilem ini bukanlah yang terbaik dalam listku, hanya beberapa pilem yang paling mudah aku ingat. Mudah diingat lantaran beberapa momen sesudah, sebelum atau sedang aku alami sebagai remaja. Semuanya nyaris kutonton dalam kurun waktu 2010-2016. Daftar pilem di atas sebagian aku tonton lewat VCD dan sebagian melalui laptop seorang teman yang selalu aku pesan untuk mendownload pilem India ketika ia kuliah di Padang. Jadi saat ia pulang (sabtu minggu) ke kampung, kami akan nobar setiap malam. Biasanya ia selalu membawa hasil downloadnya agak 5-6 judul. Bahkan suatu waktu pernah ia mengisi dua flashdisk 32gb-nya dengan 80% pilem India, lantaran itu tahun ia akan libur panjang. Kadang jika ia tidak bisa menemani, dengan polos aku bersama teman meminjam laptopnya.
Baiklah, dilain waktu akan aku teruskan bagian selanjutnya, mungkin saat aku mulai kuliah tahun 2012 (seharusnya aku kuliah bersamanya pada tahun 2010) atau mengapa seorang teman itu begitu menyayangi aku dengan rela mencari banyak pilem India. Aku bisa pastikan pilem tersebut diprioritaskan untukku. Sip. Oke

  • About
  • Latest Posts
Arif P. Putra
ikuti saya
Arif P. Putra
Penulis at Media
Pengelola & penulis di kanal Marewai, menulis Rubrik Pelesiran dan Budaya. Kami juga melakukan riset independen seputar kearifan lokal di Minangkabau, terutama Pesisir Selatan. Selain mengisi kolom di Marewai.com, saya juga menulis puisi dan cerpen dibeberapa media daring dan cetak di Indonesia. Karya-karya saya sering menggabungkan kepekaan terhadap detail kehidupan sehari-hari dengan kedalaman emosional yang membuat pembaca terhubung dengan karakter dan cerita yang diciptakan. Saya juga menulis di rubrik Pelesiran website www.marewai.com
blog;pemikiranlokal.blogspot.com,
Arif P. Putra
ikuti saya
Latest posts by Arif P. Putra (see all)
  • Muaro Paiti: Babak Kedua dan Memulun Ingatan Kolektif – Arif Purnama Putra - 1 November 2025
  • Cakap Film – Coolie: Bapak-bapak Berbahaya Kita Kembali, Rajinikanth. - 20 September 2025
  • Cakap Film – A Star Is F*king Born: Potret Dua Sisi dan Pengingat Zaman, Memorable atau Fenomena Belaka - 23 Agustus 2025
Page 2 of 2
Prev12
Tags: Berita seni dan budayaMarewaiPelesiranSastra

Related Posts

Muaro Paiti: Babak Kedua dan Memulun Ingatan Kolektif – Arif Purnama Putra

Muaro Paiti: Babak Kedua dan Memulun Ingatan Kolektif – Arif Purnama Putra

Oleh Arif P. Putra
1 November 2025

Perjalanan-perjalanan satu dekade terakhir yang saya lakukan kerap menemukan keajaiban-keajaiban, barangkali sebelumnya belum pernah terpikirkan. Bahkan, sebagian dari tempat...

Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua

Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua

Oleh Redaksi Marewai
27 Juni 2025

sastrawan dan penikmat perjalanan, tinggal di Yogyakarta TAK sebagaimana umumnya pantai di Indonesia dengan rayuan pohon kelapa atau nyiur...

Lunang Muara Penantian: Negeri Pagar Dewang Tanah Kayangan dan Misteri Telur Garuda di Museum Mande Rubiah

Lunang Muara Penantian: Negeri Pagar Dewang Tanah Kayangan dan Misteri Telur Garuda di Museum Mande Rubiah

Oleh Arif P. Putra
27 Juni 2025

Sebuah telur berukuran raksasa dengan diameter 80 cm yang ditemukan saat zaman kerajaan Minangkabau yang diperkirakan berusia ratusan tahun...

Menziarahi Masa Lampau: Rumah Gadang Mande Rubiah, Komplek Makam Bundo Kanduang dan Kelindan di Inderapura

Menziarahi Masa Lampau: Rumah Gadang Mande Rubiah, Komplek Makam Bundo Kanduang dan Kelindan di Inderapura

Oleh Arif P. Putra
3 April 2025

Ada banyak tabir yang belum tersingkap dari masa lampau. Sejarah-sejarah ditulis kadang tak melulu dengan data yang konkrit, sebagian...

Next Post
Jaringan Teater Riau Gelar Diskusi Film Sineas Sumbar

Jaringan Teater Riau Gelar Diskusi Film Sineas Sumbar

MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang)

MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang)

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In