• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Rabu, Oktober 15, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Puisi-puisi Chalvin Pratama Putra – Narasi untuk Ibu

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
5 Oktober 2025
in Sastra, Puisi
951 72
0
Home Sastra
BagikanBagikanBagikanBagikan

Mencari Jalan Mendaki

;untuk kerajaan Jambu Lipo

di jalan tanah berlubang ini telah  kita susuri jejak-jejak kaki kuda

lenguh kerbau, nyanyian uwir-uwir dan dendang siamang

nun jauh terus ke dalam dusun yang dililit teduh rimba

telah kita tempuh alam yang berbeda

menembus angin berganti rasa

lantas dimanakah istana kerajaan itu, tuan permana?

bukankah sepanjang jalan yang entah berapa liku ini

kau kembang cerita serupa tukang kaba

atau serupa pemain rebab di banda sapuluh sana

yang mengakhiri tangis di pukul tiga

”agak ke dalam, terus ke dalam lagi

tiga rumah gadang dengan istana tua menunggu di sana

rajo tigo selo sejarah menyebutnya”

dimanakah raja yang berdaulat itu, tuan permana?

dimanakah yang dipertuanagungkan itu duduk bersila?

“terus lagi ke dalam

menyosong air sampai ke matanya”

benarkah kerajaan itu jambu lipo namanya, tuan permana?

benarkah sebelum moyang kita terpancar

dari celah sempit bararoma rendang sumatera

kerajaan itu sudah tegak berdiri di sana?

Padang, 2025


Ayam Aduan

“kuserahkan juga nasib hari depan kepadamu

mau jadi anjing pemburu

ataupun anjing balai juga tidak apa.”

tapi tidak semujarab pesan ayah

aku lebih memilih menjadi ayam bertaji besi

berkuku mencakari segala nasib buruk

apa benar yang mampu kutelan

selain pelukan-pelukan kecil selepas aku pandai berlari

selain suapan nasi meski telah sampai

di pangkal tenggorokannya

apa yang dapat kuserap dari amanat sunsang itu

selain khianat cinta sampai matinya dua sejoli

yang sepanjang hidup juga gagal menjaga sumpah

dan melampiaskan birahi pada wanita lain saat ibu terlelap di barzah

kurebut juga nasib hari depan darimu sebagai ayam bertaji besi

dan berkuku yang tak akan melukai kepalamu

Padang, 2022


 Narasi untuk Ibu

sebelum aku balig berakal

kau singkapkan sahadat penebar aroma surga dari telapak kaki;

sungai-sungai madu, tujuh bidadari dan kekekalan yang abadi

kau ajarkan aku merapal doa iftitah

menjadi imam di depan jasadmu

memapah bungkusan kafan

yang melilit pangkal ubun hingga empu kakimu

meski azan pun aku masih  patah-patah

kau bawa suara girangku ke dalam liang

kau tinggal segala harapan

siapa yang patut disalahkan?

tuhan?

setelah rakib dan atid bertugas di kanan-kiriku

lembaran itu mereka tulis dengan paragraf pembuka dosa

tiada lagi telapak kaki dengan aroma surga

tiada lagi ajaran-ajaran penyambung langkah

setelahnya aku adalah kehidupan

yang senantiasa melangsungkan kepergian

semakin jauh, nun jauh

sebab dalam pulang aku tidak menemukan rumah

pun dalam rumah aku tidak menemukan pulang

kematian memanggilku, tapi aku masih enggan bertemu denganmu.

Padang, 2022


Mengutuk Kematian

kemenagan apa yang pantas dirayakan atas kepergian

doa-doa telah terlantar di depan pintu rumah

dari sekian banyak kematian

kepergianmu lebih kejam dari sayatan pedang berkarat

meninggalkan bisa yang nyala dalam tubuh

lebih tragis dari pada luka terbasuh asam

lantas, apakah patut akau menyalah-nyalahkan tuhan?

dendang lama terus terngiang, “ibu pergi, bapak berjalan.”

mungkinkah nasib ini lebih licik dari propaganda dai nippon

atau lebih hina dari pengakuan fira’aun sebagai petinggi semesta raya

dan perjanjian cinta darimu bagai empedu tanah yang terendap lama

tuhan! seberapa mustajab doa-doa

apakah kepergian abadi dapat ditukar dengan kepulangan sesaat?

biarlah sangkar ini memenjara

biarlah kedua sayap ini tiada dapat membelah angin

aku ingin hidup lebih lama, menunggu hari kebangkitan

lalu mencari seseorang di padang terbuka dengan matahari ranum sejengkal di kepala

Padang, 2023


Mati Terkepalang

;untuk Chairil Anwar

dan kuhantarkan seribu bait paling sampah di antara bunga orang mati

kusirami dengan air mata pramuria yang meninggalkan dosa semalam

kemarilah menjelma hantu belau

ceritakan tentang bagaimana romeo dan juliet di ranjang masa dulu

kisahkan tentang anjing-anjing yang kian diburu

aku hanya cucu kesekian dari kawananmu

tidak begitu tahu kisah dan kelakarmu

aku dengar kau mati sia-sia

apakah di sana kau mampus dikoyak-koyak munkar-nankir?

ke sinilah menjelma hantu belau

sudahi peran binatang jalang itu

nanti bakal kukirim doa paling mujarab paling jitu

Padang, 2022


Tongkat Musa

ya musa, telah aku temukan tongkatmu

yang hilang beribu-ribu abad silam

ia menjelma tangan seorang gadis

dari datarang tinggi tempat moyang kami bermula

dari tuhanmu segalanya ada dan berada

ihwal yang aku jemput di tangannya

seperti hidangan di meja makan raja

tak ada lagi lautan terbelah

atau ular yang menyantap tongkat-tongkat penyihir

tongkat itu, ah tangan itu

membelah dadaku, mamatuk seperti ular

membawa aku pada kematian

sebelum aku bersaksi tidak ada tuhan selain cinta

ya musa, telah berlari aku ke penghabisan jalan

membawa tongkat itu atas keselamatan

umat para pecinta setelah aku

Padang, 2025


Chalvin Pratama Putra lahir 30 April 1998 di Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ia menulis puisi, cerpen dan esai. Karya-karyanya sering dimuat di koran regional maupun nasional seperti Kompas, Tempo dan banyak media cetak mapun digital lainnya. Tergabung dalam 100 penyair terpilih Asia Tenggara. Pemenang terpilih 10 penulis terbaik dalam Sayembara Penulisan Puisi dan Cerpen Internasional dalam rangka Bulan Bahasa 2022. Pemenang 50 besar penulis pilihan Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023. Pemenang 27 puisi pilihan Lomba Cipta Puisi dan Kolborasi 2022. Penulis pilihan 44 terbaik Sastramedia 2022-2023. Karyanya juga dapat dibaca di akun media sosial Facebook: Chalvin Pratama Pratama. Instragram:_chalvin pratama_putra.

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi - 10 Oktober 2025
  • Puisi-puisi Chalvin Pratama Putra – Narasi untuk Ibu - 5 Oktober 2025
  • Puisi: M.Z Billal – Pertanyaan yang Dilarang Dipertanyakan - 30 September 2025
Tags: puisi

Related Posts

Cerpen: Sales Event Organik (E.O) – Rori Aroka

Cerpen: Sales Event Organik (E.O) – Rori Aroka

Oleh Rori Aroka
3 Oktober 2025

Di ujung sebuah kota kecil, berdirilah sebuah toko pupuk bernama Event Organik (E.O). Namanya terdengar gagah, seolah-olah perusahaan itu...

Puisi: M.Z Billal – Pertanyaan yang Dilarang Dipertanyakan

Puisi: M.Z Billal – Pertanyaan yang Dilarang Dipertanyakan

Oleh Redaksi Marewai
30 September 2025

PERTANYAAN YANG DILARANG DIPERTANYAKAN apakah gerangan yang terjadi jika nanti pertemuan ini telah mencapai batas penghabisan?             ; tolong,...

Cerpen: Putri Oktaviani – Resep Penghianatan

Cerpen: Putri Oktaviani – Resep Penghianatan

Oleh Redaksi Marewai
24 September 2025

Irisan wortel yang merupakan sayuran kesukaanku dicampur dengan irisan kentang kesukaan suamiku, dengan tambahan brokoli yang mungkin akan menjadi...

Puisi-puisi| Resiliensi – Zikri Amanda Hidayat

Puisi-puisi| Resiliensi – Zikri Amanda Hidayat

Oleh Redaksi Marewai
15 September 2025

Alir Sungai Tanpa Senja Oleh : Zikri Amanda Hidayat Bunga bajing tumbuh liar di tubir sungai Adakalanya kata-kata senja...

Next Post
Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In