Pesisir Selatan, Marewa– Pesisir Selatan memiliki banyak keindahan alam, baik yang sudah diketahui khlayak maupun yang belum. Namun seiring berjalannya waktu, keindahan alam tersebut yang dulu sempat terkenal itu mungkin saja tidak lagi terekspos kepermukaan atau hanya tinggal nama dan dikunjungi oleh masyarakat setempat. Disamping kendala akses menuju lokasi, banyak hal yang menjadi kelemahan potensi-potensi alam di Pesisir Selatan, salah satunya adalah sosialisasi kepada pengelolanya.
Daerah pesisir pantai ini belum benar-benar merata pengelolaan pada bagian potensi wisata alamnya secara luas, selain Wisata Mandeh Tarusan, Carocok Painan dan Bayang, memang tidak ada lagi aungan potensi alam Pesisir Selatan yang terdengar ke luar. Mungkin ada beberapa, tapi hanya terdengar samar-samar. Bila di daerah Padang sebutan tempat pemandian adalah sarasah, maka di Pesisir Selatan sebutan itu adalah Tambulun/Timbulun. Hampir di setiap kecamatan di Pesisir Selatan memiliki Timbulun tempat pemandian. Salah satunya adalah Timbulun Punco Kayu, Kec. Ranah Pesisir, Pelangai.
Lokasi pemandian ini sempat terkenal pada medio 90-an sebagai tujuan wisata lokal, terkhusus masyarakat Ranah Pesisir, Balai Selasa. Tempat ini kalau dari Pasar Balai Selasa memakan waktu sekitar satu jam perjalanan menggunakan motor. Dari Balai Selasa kita menuju Limau Sundai, tepat di depan SMK Adikarya belok kanan. Akses jalan ke Timbulun tersebut masih jalan tanah, dan jalurnya lumayan terjal dengan jalur bukit-jurang. Bila hendak ke sana, usahakan sehari sebelum pergi tidak hujan, supaya tanah sirah di jalan menuju Timbulun tidak becek. Pengunjung akan merasakan lembabnya udara Punco Kayu serta nyinyir suara hewan-hewan di rimba.
Bila pengunjung hendak menikmati langsung alam Punco Kayu, pengunjung bisa juga meninggalkan motor dibawa (parkir di rumah warga), lalu berjalan menuju lokasi pemandian. Kira-kira waktu tempuh jika jalan kaki hanya satu jam. Bagusnya memang begitu agar lebih aman dalam perjalanan tanpa takut jatuh dari motor, selain itu pengunjung bisa melihat keindahan bukit-bukit yang berbaris, suara aliran air yang berdesir, sesekali tatapan simpai dari kejauhan seperti ingin menyapa tapi malu-malu. Sero!
Air di Timbulun Punco Kayu adalah aliran air dari hulu Pelangai Gadang. Timbulun Punco Kayu ini juga dikenal sebagai Timbulun Palangai Induk oleh beberapa masyarakat. Tetapi kurangnya perbaikan jalan atau akses yang sulit, membuat lokasi ini jarang sekali dikunjungi wisatawan lokal, padahal bila diperkirakan jarak tempuh dari Pasar Balai Selasa, tempat ini lumayan dekat dari akses jalan raya. Sebagai kampung pinggiran di Kecamatan Ranah Pesisir, Punco Kayu masih butuh perhatian dari banyak sisi, terutama akses jalannya. Terlebih masyarakat masih menggunakan jalur tersebut sebagai jalur utama mereka untuk melakukan rutinitas ke ladang ataupun kegiatan sehari-hari.
Tempat ini cocok untuk semua kalangan, akses ke sana masih terbilang standar, tidak keluar masuk rimba lebat. Meski demikian, tiap perjalanan harus selalu menjaga keselamatan dan etika dalam memasuki satu wilayah. Setiap daerah memiliki aturan-aturan mereka, jangan menjadi seorang pengunjung yang datang untuk mengumpat atau takabur. Terlebih lagi jangan membuang sampah sembarangan, walau tempat yang dikunjungi tidak lagi menjadi tujuan utama pecinta alam.
Nah, bagi yang masih memikirkan akhir pekan hendak ke mana, Timbulun Punco Kayu bisa menjadi alternatif pilihan untuk menenangkan pikiran dari padatnya rutinitas. Jangan lupa membawa peralatan mandi jika ingin berendam di Timbulun Punco Kayu. Airnya yang jernih akan menggugah hasrat ingin berendam anda saat melihatnya. Karena tidak adanya tempat jual beli di sana, pengunjung jangan lupa juga membawa bekal makanan. Tetap, nasi bungkus atau makanan ringan lainnya. Edt APP
- Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra - 8 Juni 2024
- Pameran Poto Fatris MF Bertajuk “Di Bawah Kuasa Naga”: Melihat Potret Komodo dan Kemurungan lainnya - 25 April 2024
- Festival Qasidah Rabbana: Menyaru Masa Kanak-kanak di Sungai Liku Ranah Pesisir - 15 April 2024
Discussion about this post