Kepada Mhd. Irfan
Sudah kubilang ratusan kali
butuh waktu seumur hidup,
untuk menyempurnakan puisi tentangmu.
butuh langit seluas semesta,
untuk menggambarkan keindahanmu.
Tak cukup seribu jam,
untuk mengisi ruang rindu.
tak mampu seribu kilometer,
untuk merasa lelah denganmu.
Panasnya matahari tak bisa melepas pagutanku,
busuknya tanah takkan melepas hidungku dari kulitmu,
mekarlah denganku,
atau membusuklah denganku kekasih.
Padang, 2021
II
Resah membawaku ke sarasah,
saat rindu terbata-bata menyelimuti namamu,
di seberang sana kulihat tebing hijau lumut.
Aku tak berhenti berkata,
berjalan mengiringi seribu langkah hati,
meski pondok tua menyeka langkah kaki,
menunjuk ke jalan tak bersimpang.
Di sungai kecil—bebatuan goyang tempat berpijak,
dingin menyeruak ke dada: lusuh,
kulihat dirimu di dalamnya.
Telah kudengar suara air-air yang turun,
kurasa angin-angin berembun,
namun jilatang merasuki gelisahku menemu dirimu.
Padang, 2021
Dari Cerita Seorang Kawan
Hujan kepadamu sepi,
mas yang jauh di sana,
tak mampu seperti itu.
44 km kau bersamaku
gumulan di bawah atap besi,
hingga air liurmu larut di tubuhku,
namun tak mampu menggantikan lampu merah itu.
Dosakah aku mengharap pada kerutan di jempol kiri?
kau kata aku hanya penawar sunyi,
sedangkan aku ingin kau jadi pengisi hati.
Padang, 2021
Kepada yang Mengasur
Dinding hijau keputih-putihan,
selayar abu-abu tergantung di sana,
padahal aku selalu di sini,
namun kenapa ruang ini tak kunjung menjadi aku.
Kain-kain merangkak di tepi dinding,
plastik hitam merayap di lantai,
padahal aku sering menyindir,
namun aku yang risau sendiri.
Buah masuk untuk membusuk,
hewan datang untuk membangkai,
beras untuk berkutu,
namun aku yang menggerutu.
Padang, 2021
Kepada yang Timpang
Setoples kelereng, sebidang tanah,
dan sekumpulan bocah kecil,
adu bola-bola kepala dengan dinding itu.
Jika sudah retak,
perasaan diameter mereka,
menjelma jari-jari petang di tengah lopis.
Menjentik, menopang,
sudahkah mereka lihat kota dengan tilik
atau hanya berserah pada hidup timpang?
Padang, 2021
Yolanda Putri Yohanes lahir di Pekanbaru, 1 Desember 1998. Sedang menamatkan studi di Fakultas Pertanian Unand. Aktif menulis puisi. Bergiat di Lewas Bilan Sastra Rumahan dan Burak Tour Literasi. Saat ini dibelenggu kerinduan kepada seorang kekasih.
- Yuang Sewai: Poli samo jo Voli - 8 Desember 2024
- Bincang Karya Pertunjukan Harimau Pasaman oleh Lintas Komunitas di Pasaman - 2 Desember 2024
- Cerpen Celana Dalam Robek | Thomas Elisa - 24 November 2024
Discussion about this post