
Patahan Tulang
—Chelsa Amanda P.N
“dan segala yang kau pinta terletak pada niatku
kecuali kematian.”
apa yang mampu kuceritakan ke hadapmu
tentang waktu yang membakar patahan mimpi
seolah takdir kita tuduh tumpul ke atas tajam ke bawah
kita lurus paksa jalan menikung
kita kupas daging paha pengganti sarapan pagi
kita tampung ritmis hujan pelepas kering batang merih
terlalu sering kita menuduh tuhan yang tidak-tidak, dik
kau sama sekali tak tahu
jika tuhan menitipkan patahan tulangku ini
sebagai pondasi tiang untuk kau panjati
tempat pitarah menggantung batang leher dari urat malu
betapa setiap hari aku membayangkan
jika kau mati esok pagi
sedangkan aku belum pandai
merapal yasin di depan jasadmu.
Pauh, 2022
Percakapan di Sintinjau Laut
—Fauziah Azzahra
dan seketika kegelisahan menjadi setumpuk bahasa tanpa ucap
bergumpal serupa uap laut memanjat dinding langit bertempias hujan
di pertengahan malam ke dua puluh lima
kita berlalu di tempat di mana dahulu orang-orang meninjau pasang
aku membuka kunci-kunci suara rahasia dari masa lampau.
di matamu, aku melihat bulan menggantung; gelombang laut pasang surut
aku melihat sosok tuhan dan ibu dalam dirimu
aku melihat zulaikha merampas yusuf
bagai semua umpama telah bangkit malam itu
tepat di hadapmu aku serupa orang-orang siak mengadu pada tuhan
seperti bocah lima tahun menceritakan luka jatuh pulang melalang buana;
telah kulangkahi perang dan sayatan dan pecahan yang lalu pernah bermukim di jantungku
mungkin sosok tuhan dan ibu ada dalam dirimu
dan seketika kegelisahan menjadi setumpuk bahasa tanpa ucap; maukahkah kau perang dan terbakar bersamaku?
Padang, 2022
Pramuria II
aku ingin berkirab dari masa ini
untuk kembali mengambang kitab-kitab yang lalu pernah kita maktub
bukalah satu lembah atas nama kerinduan
sungguh benar aku ingin kembali terjungkir ke dalam matamu
mata yang membikin aku lupa cara berdiri
aku telah terdidih oleh api kangen
satu kecupan yang pernah
membakar halimun pagiku yang terkembang
ngiangmu tak berketentuan untuk sampai pada sentak jagaku
hulu jantung terdampar pada suatu ruang keributan
di mana kau bertingkah pada setiap sabda dan dalil kecemasan
sungguh benar aku ingin kau tegak kembali
menggaet garis di antara dua paha yang pernah kau lerai.
Pauh, 2022
Selamat Malam
selamat malam kekasihku
apakah di kejauhan kau masih mendengar kisruh perang?
peluru beradu tembak, atau letusan api di udara
aku rasa tidak lagi kau dengar
kau tahu, dunia kini terdiam!
orang-orang begitu cemas dan ragu bercinta kembali
begitu banyak orang pulang nama dari medan tempur
ada kisah kasih yang tak sampai, ada ucap terperam hebat.
selamat malam kekasihku
jika aku mati malam ini
sediakan perahu besi untuk jasadku
lepaskanlah pada lautan luas
biarkan karat merayapi
di mana pulau-pulau menjauh
ombak bergulung yang tak mampu menepikannya.
kita akan saling merindu
saat hidup beradu mati.
selamat malam, kekasihku
di sini kelam serupa kisah cerita-cerita takut
yang pernah kita langsaikan.
Pauh, 2022
Komedi Sebelum Mati
tuhan, beri aku sembilan nyawa serupa kucing belang tiga
aku hendak menungkus berangkas negara ke dalam goni bapak
juga hendak memikat cinta ibu negara.
sebelum aku ke ibu kota
atau sebelum menyelinap masuk ke istana
dukun kampung telah menyematkan dua mantra;
pemikat wanita dan jengat kebal dari apa saja.
aku merasa akan mati kalau ke sana
tentu saja bedil akan memburu
dan peluru akan meletus di kepala.
tapi, tuhan, masih saja aku kurang percaya
sebab dua mantra begitu saja dapat disyarati
dengan tiga batang kretek, seperempat gula pasir
kopi dan telur ayam kampung.
aku ragu-ragu, tuhan
kecuali kau beri aku sembilan nyawa
serupa kucing belang tiga
Pauh, 2022
Chalvin Pratama Putra, lahir di Koto Berapak, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Merupakan anggota Salimbado Tarok dan Sarang Tampuo. Menulis puisi sebelum tahu puisi.
- Cerpen Kurnia Gusti Sawiji | Senja di Kampung Jam Pasir - 9 Februari 2025
- Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Rwanda Pasca 1994 - 8 Februari 2025
- DENGUNG TANAH GOYAH KARYA IYUT FITRA: TENTANG NEGARA, LINGKUNGAN, DAN KEBIJAKSANAAN NUSANTARA - 3 Februari 2025
Discussion about this post