Pesisir Selatan, Marewai– Sebagai daerah yang berada dekat dengan pantai, tak heran lagi bila masyarakatnya Pesisir Selatan banyak berprofesi sebagai nelayan. Dibeberapa muara/pelabuhan di Pesisir Selatan, masyarakat pada umumnya berprofesi sebagai nelayan, ada yang Memukat, Meneri (Teri) dan lainnya. Beberapa nelayan di Pesisir Selatan banyak memakai bagan harian. Bagan harian merupakan bagan yang hanya pergi ke laut dalam jangka waktu singkat. Berbeda dengan bagan yang memang pulang berminggu-minggu. Bagan ini lumayan menghasilkan, jika mendapatkan 10 baskom ikan dalam sekali derek, maka hitungan uangnya adalah 500 ribu rupiah. Sekali melaut itu mereka bisa menderek 3-4 kali.
Jika sekali derek mereka bisa mendapatkan 500 ribu rupiah, maka 4 kali derek sudah Berpenghasilan 2 juta rupiah dan para awak yang terdiri dari 8-13 orang bisa mendapatkan upah 60 ribu rupiah, ditambah lagi ikan tangkapan untuk dibawa pulang. Itu jika cuaca sedang bagus dan mendapat rejeki.
Seorang awak bagan mengatakan, biasanya sekali pergi melaut bisa menghabiskan 2 jerigen minyak untuk mesin kapal. Harga satu jerigen kurang lebih 200 ribu rupiah. Ditambah bekal makan ketika melaut hanya menghabiskan 100 ribu paling banyak. Kalau dijumlahkan dengan pendapatan tadi, mereka sudah mendapat uang 1.5 juta dan itulah yang akan dibagi nantinya sebagai upah awak bagan. Namun jika rejeki sedang benar-benar bagus, nelayan bisa mendapatkan upah lebih, jika sedang buruk, pernah tak membawa apa-apa pulang.
Nah, situasi ini juga kadangkala diperparah dengan adanya kapal luar yang masuk ke wilayah melaut nelayan Pesisir Selatan dengan memakai Pukat harimau, lengkap dengan alat-alat canggih yang mereka miliki untuk mendapat ikan lebih banyak. Tentu saja berpengaruh kepada nelayan lokal, terlebih lagi alat mereka gunakan terbilang biasa yang masih mengandalkan tenaga manusia. Permasalahan ini memang tidak separah beberapa tahun lalu, karena pemerintah sudah memberlakukan tanda pengenal –semacam surat kapal penangkap ikan yang berbadan hukum. Bila dilihat secara langsung, di Pesisir Selatan, Surantih merupakan daerah yang paling banyak masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Bisa dilihat saat hari tarang (sebutan untuk hari nelayan tak melaut) menumpuk kapal-kapan nelayan di pelabuhan Penyebrangan (jembatan Penyebrangan) sebelum Pasar Surantih.
Beberapa hari terakhir, cuaca tidak menentu, sebagian nelayan memilih memarkir kapalnya di muara demi menghindari cuaca ekstrim di tengah laut. Selain kapal bagan, beberapa kapal yang digunakan nelayan untuk melaut adalah kapal Payang, Tongkang dan Bagan. Bagan sendiri artinya adalah sebuah tempat menangkap ikan yang berada di cadik kapal, menggunakan lampu untuk menarik perhatian ikan.
Untuk sementara beberapa nelayan belum pergi melaut, karena masih menunggu cuaca bagus. Hampir di seluruh kecamatan di Pesisir Selatan mengalami hal serupa.
- Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra - 8 Juni 2024
- Pameran Poto Fatris MF Bertajuk “Di Bawah Kuasa Naga”: Melihat Potret Komodo dan Kemurungan lainnya - 25 April 2024
- Festival Qasidah Rabbana: Menyaru Masa Kanak-kanak di Sungai Liku Ranah Pesisir - 15 April 2024
Discussion about this post