• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Senin, Mei 12, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Pesisir Selatan: Masyarakat Pesisiran yang Bergantung Hasil Laut

Arif P. Putra Oleh Arif P. Putra
23 November 2020
in Budaya
1.3k 14
0
Home Budaya
BagikanBagikanBagikanBagikan
Poto: Marewai.com

Pesisir Selatan, Marewai– Sebagai daerah yang berada dekat dengan pantai, tak heran lagi bila masyarakatnya Pesisir Selatan banyak berprofesi sebagai nelayan. Dibeberapa muara/pelabuhan di Pesisir Selatan, masyarakat pada umumnya berprofesi sebagai nelayan, ada yang Memukat, Meneri (Teri) dan lainnya. Beberapa nelayan di Pesisir Selatan banyak memakai bagan harian.  Bagan harian merupakan bagan yang hanya pergi ke laut dalam jangka waktu singkat. Berbeda dengan bagan yang memang pulang berminggu-minggu. Bagan ini lumayan menghasilkan, jika mendapatkan 10 baskom ikan dalam sekali derek, maka hitungan uangnya adalah 500 ribu rupiah. Sekali melaut itu mereka bisa menderek 3-4 kali.

Jika sekali derek mereka bisa mendapatkan 500 ribu rupiah, maka 4 kali derek sudah Berpenghasilan 2 juta rupiah dan para awak yang terdiri dari 8-13 orang bisa mendapatkan upah 60 ribu rupiah, ditambah lagi ikan tangkapan untuk dibawa pulang. Itu jika cuaca sedang bagus dan mendapat rejeki.

Seorang awak bagan mengatakan, biasanya sekali pergi melaut bisa menghabiskan 2 jerigen minyak untuk mesin kapal. Harga satu jerigen kurang lebih 200 ribu rupiah. Ditambah bekal makan ketika melaut hanya menghabiskan 100 ribu paling banyak. Kalau dijumlahkan dengan pendapatan tadi, mereka sudah mendapat uang 1.5 juta dan itulah yang akan dibagi nantinya sebagai upah awak bagan. Namun jika rejeki sedang benar-benar bagus, nelayan bisa mendapatkan upah lebih, jika sedang buruk, pernah tak membawa apa-apa pulang.

Nah, situasi ini juga kadangkala diperparah dengan adanya kapal luar yang masuk ke wilayah melaut nelayan Pesisir Selatan dengan memakai Pukat harimau, lengkap dengan alat-alat canggih yang mereka miliki untuk mendapat ikan lebih banyak. Tentu saja berpengaruh kepada nelayan lokal, terlebih lagi alat mereka gunakan terbilang biasa yang masih mengandalkan tenaga manusia. Permasalahan ini memang tidak separah beberapa tahun lalu, karena pemerintah sudah memberlakukan tanda pengenal –semacam surat kapal penangkap ikan yang berbadan hukum. Bila dilihat secara langsung, di Pesisir Selatan, Surantih merupakan daerah yang paling banyak masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Bisa dilihat saat hari tarang (sebutan untuk hari nelayan tak melaut) menumpuk kapal-kapan nelayan di pelabuhan Penyebrangan (jembatan Penyebrangan) sebelum Pasar Surantih.

Beberapa hari terakhir, cuaca tidak menentu, sebagian nelayan memilih memarkir kapalnya di muara demi menghindari cuaca ekstrim di tengah laut. Selain kapal bagan, beberapa kapal yang digunakan nelayan untuk melaut adalah kapal Payang, Tongkang dan Bagan. Bagan sendiri artinya adalah sebuah tempat menangkap ikan yang berada di cadik kapal, menggunakan lampu untuk menarik perhatian ikan.

Untuk sementara beberapa nelayan belum pergi melaut, karena masih menunggu cuaca bagus. Hampir di seluruh kecamatan di Pesisir Selatan mengalami hal serupa.

  • About
  • Latest Posts
Arif P. Putra
ikuti saya
Arif P. Putra
Penulis at Media
Pengelola & penulis di kanal Marewai, menulis Rubrik Pelesiran dan Budaya. Kami juga melakukan riset independen seputar kearifan lokal di Minangkabau, terutama Pesisir Selatan. Selain mengisi kolom di Marewai.com, saya juga menulis puisi dan cerpen dibeberapa media daring dan cetak di Indonesia. Karya-karya saya sering menggabungkan kepekaan terhadap detail kehidupan sehari-hari dengan kedalaman emosional yang membuat pembaca terhubung dengan karakter dan cerita yang diciptakan. Saya juga menulis di rubrik Pelesiran website www.marewai.com
blog;pemikiranlokal.blogspot.com,
Arif P. Putra
ikuti saya
Latest posts by Arif P. Putra (see all)
  • Lunang Muara Penantian: Negeri Pagar Dewang Tanah Kayangan dan Misteri Telur Garuda di Museum Mande Rubiah - 13 April 2025
  • Menziarahi Masa Lampau: Rumah Gadang Mande Rubiah, Komplek Makam Bundo Kanduang dan Kelindan di Inderapura - 3 April 2025
  • Cakap Film – Bougainvillea: Sandiwara Psikopat dan Percintaan yang Kelam - 19 Maret 2025
Tags: CaritoPunago RimbunSastra

Related Posts

Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943)

Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943)

Oleh Redaksi Marewai
11 Mei 2025

Oleh Al Fikri Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Imam Bonjol Padang Di balik megahnya Nagari Magek hari ini, tersimpan...

DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR

DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR

Oleh Redaksi Marewai
10 Mei 2025

Pada tanggal 7 Mei 2025, Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT)  menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Pekan Nan Tumpah seri...

Telah Tayang! Single kedua Andip berjudul ‘Aku Paham Itulah Jarak’

Telah Tayang! Single kedua Andip berjudul ‘Aku Paham Itulah Jarak’

Oleh Redaksi Marewai
23 April 2025

Andip Merayakan Kesedihan dengan Ceria Lewat Single Terbaru: “Aku Paham Itulah Jarak” Padang, 23 April 2025 - Setelah merilis...

KRITIK SENI PERTUNJUKAN RAPA’I DABOH OLEH Acara HUT Bhayangkara di Banda Aceh

KRITIK SENI PERTUNJUKAN RAPA’I DABOH OLEH Acara HUT Bhayangkara di Banda Aceh

Oleh Redaksi Marewai
23 April 2025

UKHTINISA, SYIFA RAHMITA, DAN SIMEHATE Rapa’i Daboh merupakan salah satu kesenian tradisional Aceh Selatan yang menggabungkan unsur seni, agama,...

Next Post
Pawang Hujan: Sebuah Kebiasaan yang Berangkat Dari Kepercayaan dan Tradisi

Pawang Hujan: Sebuah Kebiasaan yang Berangkat Dari Kepercayaan dan Tradisi

Yuang Sewai: Jan Lansuang Dilulur | Rori Aroka Roesdji

Yuang Sewai: Jan Lansuang Dilulur | Rori Aroka Roesdji

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In