“Bila doa yang disampaikan pawang dengan kita sama-sama meminta kepada Allah, mengapa kita tidak sama-sama berdoa saja kepada Allah untuk kelancaran dan mendapatkan cuaca baik?”
Marewai.com

Hampir dua minggu belakang cuaca tidak menentu, cuaca yang berubah-ubah membuat aktivitas di luar ruangan menjadi tersendat. Memang tidak dipungkuri pula, sejak wabah covid-19 melanda banyak aktivitas seperti biasa berganti dengan ruangan virtual. Meski begitu, sebagian masyarakat masih melakukan aktivitas di luar rumah, seperti petani, nelayan, pedagang dan lainnya. Nah, bagi mereka yang bekerja di luar ruangan, tentu saja cuaca adalah hal utama yang selalu didoakan, terlebih lagi mereka yang berdagang: galeh takambang hari hujan (sebuah umpatan/mengeluh).
Namun, bukan hanya profesi di atas tadi saja yang kegiatannya bergantung pada cuaca. Orang yang mengadakan pesta juga demikian, seperti pesta pernikahan, even, dan lainnya. Sebuah pesta atau agenda yang mengundang orang banyak, pasti sangat menginginkan cuaca baik, apa lagi mereka yang mengadakan pesta pernikahan. Acara tersebut sejatinya tidak bisa ditunda karena memiliki nilai kesakralan, ditambah pula dengan hari yang sudah dimufakatkan oleh seluruh pemuka adat beserta keluarga.
Dibeberapa daerah di Minangkabau (Pesisir Selatan) ada sebuah kepercayaan yang diakui oleh masyarakat tentang memindahkan hujan/mengendalikan hujan/menurunkan hujan, yang disebut Pawang hujan. Pawang sendiri dalam arti luasnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan khusus dalam ilmu gaib, masyarakat mengkategorikan pawang kedalam kategori dukun. Tak sedikit orang-orang di Pesisir Selatan masih memercayai pawang hujan untuk membantu menahan atau memindahkan hujan. Menahan yang dimaksud bukan menahan hujan jatuh dari langit, tapi sama dengan arti memindahkan hujan ke tempat lain. Di Pesisir Selatan, pawang hujan sering dipercaya sebagai penolak hujan saat adanya pesta pernikahan ataupun acara-acara besar seperti alek pemuda (lelang singgang ayam, orgen penyerahan hadiah, dan lainnya). Jatat memang!
Sedangkan dalam ajaran agama Islam, hujan adalah perkara gaib. Siapa yang mengklaim bisa menurunkan hujan atau menahan hujan maka dikuatirkan jatuh kepada kesyirikan. Namun, kebiasaan masyarakat ternyata sangat sulit sekali ditinggalkan, apa lagi pada lingkungan masyarakat yang sejak lama memakai terbiasa dengan hal-hal gaib. Menggunakan pawang hujan adalah sebuah kebiasaan, misalnya, kalau hujan sedia payung, kalau sakit pasti berobat. Kebiasaan demikian juga terjadi sejak lama dikalangan masyarakat Pesisir Selatan, misalnya, kalau mengadakan pesta pernikahan, harus disiapkan segala sesuatunya; pawang hujan dan penolak bala (dalam aturan pernikahan tidak wajib). Di daerah Pesisir Selatan, hal demikian tidak rahasia umum lagi, meski tidak semua gelaran yang diadakan menggunakan jasa pawang.
Adapun alasan sementara dari pihak yang mengunakan jasa pawang hujan mengatakan bahwa pawang hujan hanya sebagai perantara, yang pada hakikatnya tetap juga meminta kepada Allah. Di Kabupaten Pesisir Selatan, kebiasaan ini juga sering diperdebatkan oleh sebagian orang.
“Bila doa yang disampaikan pawang dengan kita sama-sama meminta kepada Allah, mengapa kita tidak sama-sama berdoa saja kepada Allah untuk kelancaran dan mendapatkan cuaca baik?”
Tapi, walau sudah menggunakan pawang hujan, tak jarang pula masih turun hujan, tergantung seberapa hebat ritus-ritus atau keilmuannya dan berapa orang pawang yang dipakai.
Kepercayaan dan kebiasaan adalah sebuah watak yang sejalan, bila seseorang mempercayai suatu hal, maka itu akan diulang-ulang dan menjadikannya sebuah kebiasaan. Meski dibeberapa kesempatan, mereka (para pawang) mengatakan sangat menjaga keyakinannya kepada Allah. Tak bisa tidak.
Terlepas dari peliknya dunia perpawangan dan kebiasaan-kebiasaan di atas, tidak pula satupun dapat menghakimi sebuah kejadian dengan cara sesumbar atau takabur, apalagi mengatakan mereka (pawang) sesat. Tentu saja kebiasaan atau kepercayaan tersebut sudah menjadi tradisi, bukan pula muncul secara tiba-tiba. Pasti sudah ada tolak ukur mereka yang memakai jasa pawang. Bila Tuhan mengizinkan, tidak ada yang tau apapun bisa Ia titipkan kepada manusia dengan keistimewaan-keistimewaan diluar nalar manusia normal.
- Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
- Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
- Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023
Discussion about this post