Gunung Pangilun merupakan salah satu kelurahan Gunung Pangilun di Kecamatan Padang Utara, Padang, Sumatera Barat. Daerah yang telah menjadi salah pusat keramaian di kota Padang, di daerah ini paling tidak terdapat lebih dari satu perguruan tinggi, sebut saja Universitas Bung Hatta dan Universitas PGRI Sumatra Barat. Belum lagi sekolah-sekolah bersasis kesehatan. Selain menjadi salah satu kawasan padat, di daerah ini juga terdapat sebuah Bungker, yang dikenal dengan Bungker Jepang Gunung Pangilun atau Lubang Jepang Gunung Pangilun. Peninggalan tersebut adalah salah satu wilayah rtahanan Jepang ketika menjajah Indonesia yang berada di kota Padang, Sumatera Barat pada era Perang Dunia II, khususnya sekitar tahun 1942-1945. Bangunan pertahanan Jepang ini berada di kawasan perbukitan Gunung Pangilun. Kondisi areanya yang berada di atas bukit merupakan kondisi yang sangat cocok untuk pertahanan dan mengawasi kawasan penduduk yang berada di bawahnya pada saat itu. Selain itu di puncak bukit dapat mengamati pesisir pantai barat Padang dan kota Padang secara menyeluruh. Kawasan pertahanan Jepang di Gunung Pangilun ini memiliki dua bungker dan empat terowongan. Secara historis, Gunung Pangilun mempunyai banyak kisah di masa lampau, bahkan sampai saat ini masih hidup dikalangan masyarakat. Terlebih masyarakat tradisonal.
Mitologi Anjing Gunung Pangilun
Salah satu legenda yang masih hidup sampai saat ini di kalangan masyarakat, terutama kalangan pemburu babi adalah mitos Anjing Gunung Pangilun yang dipercayai sebagai siluman, sebagian juga menyebut dewa anjing. Cerita ini cukup tersohor dikalangan pemburu babi di Sumatra Barat. Sampai ada pameo, “apapun jenis kelamin dan rupanya, jika itu anjing gunung pangilun, rawatlah, maka kelak ia akan balas budi.” Balas budi biasanya disematkan kepada anjing-anjing buruk rupa dan tidak meyakinkan dari segi postur atau anjing liar yang dipungut, guna berburu babi. Ekstrimnya, asal anjing gunung pangilun asli, maka ada bandrol khusus. Jika tadi balas guna, ada juga pemburu menyebutkan mengapa anjing gunung pangilun sangat lihai dalam berburu. Selain balas budi, anjing dari daerah gunung pangilun dipercayai lebih tahan berburu dalam hutan ketimbang anjing pada umumnya. Ini menjadi salah satu mitos yang menegaskan bahwa anjing gunung pangilun berasal dari maklum gaib yang hanya turun saat bulan penuh (purnama) untuk kawin. Itu menjadi faktor ketahanan anjing itu di dalam rimba berbeda dengan anjing pada umumnya. Keberadaan anjing (masyarakat menyebut sejenis srigala) ini pun terbilang langka, bagaimana tidak, ia bisa terlihat dari kejauhan, tetapi sama sekali tidak bisa didekati. Begitu masyarakat memercayainya.
Menentukan jenis anjing asli Gunung Pangilun sangat mudah, kriteria ini juga beredar serupa dikalangan pemburu babi; ramping, moncong panjang (seperti jenis ras Teril) tapi lebih ramping, tapak tebal, dan berprilaku kalem: tidak sering menyalak. Makanya sebagian pemburu juga tidak menyukai anjing gunung pangilun, karena saat bertemu babi di hutan tidak menyalak. Lalu, anjing ini juga tidak tahan kalau dibawa marenten (berburu dengan gaya kejaran jalur pematang sawah, biasanya memakai anjing-anjing ras, karena lebih tahan kejaran jauh). Anjing Gunung Pangilun kebanyakan dipakai untuk bagian dalam, atau untuk tim pencari. Jenis anjing ini hanya mengandalkan ketahanan berada dalam hutan, bukan kekuatan melawan babi. Ia bisa mengubak hutan dari pagi sampai sore. Tentu saja hanya dengan lari-lari pelan, tapi insting berburunya amat kuat. Salak anjing ini jika bertemu celeng sangat lemah, namun melengking. Itu sebabnya, sebagian pemburu mengawaninta dengan anjing lain yang punya salak kuat, agar ketika bertemu jejak babi, dialah yang memberitahu lebih jelas. Tersebab jarak antara rombongan pemburu (bagian eksekusi) dan rombongan anjing pencari kadang amat jauh. Mitos ini sampai sekarang masih beredar dikalangan pemburu babi, jadi tak heran pula di wilayah Gunung Pangilun kerap tersiar kabar masyarakat kehilangan Anjing atau para “pembawa tali panjang” berkeliaran tengah malam.
Secara folklor, nama Gunung Pangilun berasal dari nama seorang Angku Pangilun yang tinggal di lereng perbukitan bersama beberapa anjing peliharaanya. Angku Pangilun adalah orang tua yang cukup dihormati dan disegani di kalangan masyarakat karena memiliki keahlian yang diluar nalar manusia normal. Kesaktian Angku Pangilun tidak hanya tersohor di daerah tempat beliau tinggal saja, tetapi juga tersebar di banyak daerah Minangkabau, sebab beliau juga melakukan praktik pengobatan. Banyak juga masyarakat sekitar dan daerah lain berguru kepadanya atau sekedar meminta pertolongan kesembuhan.
- Tim Kenal Adat: Progress Awal dalam Mengimplementasikan Project Sociopreneurship Innovillage 2024 di Perkampungan Adat Sijunjung - 14 Desember 2024
- Cakap Pilem: Vedaa, 2024 | Kasta Dalit dan Potret Kehidupan Nyata Perempuan India – Arif P. Putra - 7 November 2024
- Cakap Film: Raayan – Kemelut Persaudara dan Peghianatan - 18 September 2024
Discussion about this post