Suatu masa, ketika zaman penjajahan Jepang, pernah terjadi peristiwa gaib di Puncak Tampat (Kuburan Angku Pangilun). Pada suatu siang yang lengang, ada sebuah pesawat Jepang yang rusak dan jika diperkira akan jatuh tepat di atas kuburan Angku Pangilun. Namun aneh, pesawat itu malah terpental jauh dari kuburan keramat tersebut. Jangankan ambruk, puing pesawat saja tak sampai ke makam tersebut. Dilain kesempatan, diceritakan juga bahwa Anjing Gunung Pangilun yang disebut-sebut sebagai siluman atau dewa anjing itu adalah buntut dari sumpah seorang pemburu pada suatu masa. “Kalau tidak mendapat celeng anjing-anjing ini, aku yang akan menangkap celeng itu sendiri.” Begitu kira-kira menurut tutur masyarakat sekitar.
Meski banyak versi yang menceritakan keberadaan Gunung Pangilun dimasa lampau, namun nyatanya ia telah tinggal menjadi seonggok tumpukan tanah di tengah pesatnya kota. Bukit yang tersadai layaknya pria tua renta yang pesakitan. Padang kelewat maju dalam pembangunan kawasan-kawasan perumahan, segala lahan kosong tumbuh menjadi lahan padat penduduk, tapi lupa cara menyapa satu sama lain. Gunung Pangilun sebagaimana dalam cerita masyarakat aslinya, menjadi sebuah masa lampau yang cukup diingat saja, tapi tidak untuk dirawat. Dibeberapa kesempatan, untuk kawasan Bungker Jepang memang sudah dilakukan pemugaran. Mulai dari kelompok masyarakat, komunitas-komunitas peduli sejarah, dan kelompok lain sebagainya. Nyatanya hanya bias semata, program ataupun kegiatan yang tak berkelanjutan meninggalkan plang-plang lapuk dan anak tangga yang pudar. Wow.
Ada baiknya kita melupakan narasi-narasi menakutkan masa lampau, dan membangun narasi-narasi baru sebagai memori kolektif. Tak semua masa silam patut dijaga dan dilestarikan, tidak pula semua tempat bersejarah harus dicatat sebagai bukti peradaban pernah ada. Kadangkala kita perlu membiarkannya jadi bias dan remang-remang dalam sepi dan keheningan. Paling tidak, kita bisa mengurangi penyakit mengusap-usap masa lalu. Mantap.
- Sebagai Pengingat, Marewai Produksi Film DokumenterTenju Langgai “Lahia Ba Batin” - 1 Desember 2023
- Persinggungan saya dengan Pilem | Nukilan dan Ritus Pawang Pukat; Sebuah Memori Kolektif dan Masyarakat Tradisional – Arif Purnama Putra - 17 Oktober 2023
- Pelesiran: Mitologi Dewa Babi dan Keberhasilan Masyarakat Tradisional | Arif Purnama Putra - 20 September 2023
Discussion about this post