Rapai Bubee merupakan kesenian daerah Pidie Jaya, Aceh yang ditampilkan oleh Sanggar Labang Donnya dalam acara Aceh Perkusi di Taman Bustanussalatin pada tanggal 29-31 Juli 2022. Pertunjukan Rapai Bubee menyajikan iringan Rapai dan juga pertunjukan Bubee yang merupakan salah satu properti dalam pertunjukan ini. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh.
Pertunjukan Rapai Bubee yang ditampilkan oleh Sanggar Labang Donnya berdurasi 07.55 detik dengan jumlah pemain sebanyak 18 orang yang terdiri dari 14 pemusik dan 4 penari. Bentuk pertunjukan Rapai bubee di awali dengan tahapan pertama yaitu sapa, sapa merupakan suatu tindakan menyapa para menonton dengan meggunakan syair yang telah di bawakan oleh syeh, proses sapa yaitu semua pemain masuk dan duduk berhadapan sambil memukul alat musik Rapai. Tahapan yang kedua yaitu saleum. Saleum yaitu memberi salam kepada penonton dengan syair yang di bawakan oleh syeh. Semua pemain tetap duduk dan saling berhadapan sambil memukul alat musik rapai. Tahap ketiga yaitu Bala Pari. Bala dalam bahasa Aceh artinya bencana dan Pari sebutan makhluk halus berupa jin, dan sebagainya. Tahap ini, proses menangkap makhluk halus dengan menggunakan properti seperti Bubee, irus, beras dan alat pengukur beras serta daun peusijuk yang dipercikkan sebelum menangkap jin. Dan yang terakhir tahap keempat yaitu Tingkah Lhee, tahap ini merupakan bagian ektra dalam pertunjukan Rapai Bubee. ketika jin berhasil di tangkap, 3 penari tumbang karena melawan makhluk halus, dan tersisa 1 penari yang menyadarkan ketiga penari yang telah tumbang itu. Para pemusik Rapai bubee tetap duduk dengan pola lantai yang sama seperti tahap pertama.
Penyajian musik Rapai Bubee oleh Sanggar Labang Donya ini dengan bentuk musik tradisi, komposisi musik ini terbagi dari beberapa bagian yang memiliki ketukan dan tempo yang berulang-ulang. Tujuan dari pertunjukan Rapai Bubee ini dahulunya sebagai pengobatan medis, dan sekarang telah beralih fungsi ke pertunjukan Rapai Bubee, sehingga kesenian ini tidak punah dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Setiap pemusik tidak hanya memainkan tempo yang sama, tetapi ada di beberapa bagian yang mengisi sebagai canang.
Kesenian Rapai Bubee dulunya sangat berperan di Gampong Mee Pangwa, dikarenakan fungsinya sebagai pengobatan tradisional. Setelah mengenal pengobatan medis kesenian ini telah beralih fungsi menjadi seni pertunjukan Rapai Bubee. Kesenian Rapai Bubee merupakan kesenian yang hanya ada di gampong Mee Pangwa Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Seharusnya kesenian ini harus dijaga, dan dilestarikan oleh masyarakan setempat. Dengan adanya pertunjukan kesenian Rapai Bubee oleh sanggar Labang Donnya, diharapkan generasi saat ini mengenal, melestarikan, mempertahankan kesenian yang ada di Gampong Mee Pangwa Kabupaten Pidie Jaya provinsi Aceh.
Pertunjukan kesenian Rapai Bubee oleh sanggar Labang Donnya ini pada tahap pertama, kedua dan ketiga, banyak pengulangan pola, hanya syair saja yang berubah. Selanjutnya pada bagian akhir, pemusik tidak memerhatikan dinamika suara, sehingga ketika selesai pertunjukan tidak menggunakan dari keras menjadi lembut. Alangkah baiknya dinamika suara dari keras menjadi lembut harus digunakan dalam sebuah pertunjukan, agar menjadi tanda selesainya sebuah pertunjukan, begitu juga dengan pola ketukan, sebaiknya jangan begitu menonton. Banyak pola lain yang bisa digunakan untuk pertunjukan Rapai Bubee.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post