Lubuk Sikaping (01/12), Komunitas/Sanggar/Kelompok Seni-Budaya Se-Pasaman kembali menggelar program Bareh Ganggam dalam bentuk kegiatan bincang karya. Komunitas/Sanggar yang hadir antara lain: Sanggar Talang Barueh, Sanggar Seni Intan Baludu, Sanggar Suaro Talago, Limbago Papeh Sakato, S.S S Galery, TBM Rumah Lentera, Komunitas Rumah Mentari, Gen Z Book House, Pasaman Boekoe Indonesia.
Kegiatan dwi mingguan yang digagas oleh pelaku/pegiat/penikmat Seni-Budaya Se-Pasaman kali ini dihelat di sekretariat Sanggar Seni Ranah Saiyo (Nagari Pauah-Lubuksikaping). Sebelumnya di gelar pada 17 November 2024 (di Rumah Kreatif Singali), dan 3 November 2024 (di Komunitas Rumah Mentari).
Sebagaimana tujuan program Bareh Ganggam: wadah silaturrahim terjadwal lintas komunitas se-Pasaman dan apresiasi karya putra/putri Pasaman, pada kesempatan ini peserta mengapresiasi karya pertunjukan “Harimau Pasaman” produksi Sanggar Ranah Saiyo.
Karya berupa campuran dari beberapa unsur seperti pasambahan, silek, baca puisi, tari, dan musik. Karya ini pernah ditampilkan pada Pekan Kebudayaan Daerah Provinsi Sumatera Barat 2024.
“Ini sebuah karya yang terinspirasi dari kedekatan hubungan antara manusia dengan inyiak balang (harimau) di nagari-nagari yang ada di daerah Pasaman” jelas Endang Permana (pimpinan Sanggar Ranah Saiyo)
“Ini cara yang kami tempuh untuk merespon ancaman punahnya harimau Pasaman. Semacam kampanye konservasi, begitu kira-kira” lanjut Endang.
“Awalnya, karya ini hanya berupa tari. Geraknya diadaptasi dari gerak-gerik harimau” terang Wiwien (koreagrafer). “Karena kebutuhan tari, sudah pasti memerlukan musik. Maka saya coba sebisanya menata musiknya” imbuh Syaiful Mirwan.
Sebagai pemantik diskusi hadir Rizki Kurniawan (dari Sanggar Suaro Talago). Kegiatan yang dimulai sejak pukul 14.00 Wib berakhir jelang Magrib.
Pada sesi diskusi beberapa peserta mengingatkan untuk pembiasaan mencantumkan identitas karya (terutama unsur-unsur dan pelaku yang terlibat penciptaan karya).
Harapan peserta semoga program ini tidak hanya membincangkan sebuah karya pada tahap pasca produksi saja. Namun, perlu dirancang diskusi pra-produksi karya (semisal membincangkan tema/topik yang akan digarap berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan komunitas/sanggar/kelompok Seni-Budaya)
“Program ini murni sebagai upaya bersama untuk pembiasaan apresiasi terhadap karya putra/putri Pasaman. Melalui keberlanjutan program Ganggam, biarlah waktu yang menjawab apakah benar Pasaman miskin apresiasi? Atau pelaku/pegiat di daerah ini memang miskin karya?”ungkap Arbi Tanjung (salah satu inisiator program Bareh Ganggam) di akhir acara.
Discussion about this post