• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Sabtu, November 1, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Pelesiran: Ampiang Parak dalam Bayang-bayang Kejayaan Masa Lampau Sebagai Ibukota Bandar Sepuluh | Arif P. Putra

Arif P. Putra Oleh Arif P. Putra
4 Januari 2022
in Pelesiran, Budaya
1.2k 92
0
Home Pelesiran
BagikanBagikanBagikanBagikan

Ampiang Parak dalam tutur masyarakat setempat berasal dari sejarah datangnya seorang raja dari daerah darek, kemudian sampai ke nagari Ampiang Parak. Kala itu belum ada siapa-siapa yang bermukim di sana. Kemudian tinggallah ia di sana sambil bertahan hidup dengan membuka lahan yang diisi berbagai macam tanaman. Suatu ketika dijemputlah ia kembali oleh kerajaan tersebut, dan sebagai bukti ia pernah di Ampiang Parak, maka ditancapkan sebilah keris tepat di sebuah pagaan atau pagar. Keris tersebut menjadi penanda, karena setelah ia kembali ke daerah asal dan dianggkat menjadi raja, maka disuruhlah sebagian rakyatnya untuk membuka sebuah kampung di sana, yang di beri nama Ampiang Parak/Batas (pagar) Ladang.

Sejarah Singkat #1
Pada masa itu kerajaan Sungai Pagu mulai didirikan, ketika pewaris tahta kerajaan Melayu Sungai Pagu putus. Kemudian beberapa pemuka dari kerajaan Melayu Sungai Pagu datang ke Pagaruyuang untuk meminta seorang raja, dan melanjutkan keturunan Diraja Melayu Sungai Pagu. Raja Pagaruyuang menyarankan agar memilih putra Dewang Pinang Sari Rajowano yaitu Dewang Sadeowano, kelahiran Pagaruyuang dan menetap saat itu di Ampiang Parak, Indrapura. Setelah kesepakatan itu, para pemuka dari Sungai Pagu tadi menjemput Dewang Sadeowano ke Ampiang Parak dan dinobatkan sebagai Raja Melayu Sungai Pagu.

Pada masa itu, ada sebuah ujian untuk empat orang dari perwakilan empat suku; Melayu, Kampai, Panai, dan Tiga Laras. Dalam ujian tersebut empat orang itu harus mengangkat sebuah mahkota yang ditatah dengan ratusan mumu manikam dan sangat berat, hanya dikenakan pada upacara besar saja. Hanya raja Swarnabhumi/Pagaruyuang yang bisa mengangkatnya. Jika tahta tiada yang mendudukinya, maka semua putra raja berkumpul untuk menentukan; siapa yang bisa mengangkat mahkota, maka dialah yang akan menggantikan ayahnya/raja sebeumnya.  Dari ke empat raja tadi, ternyata yang mampu mengangkatnya adalah Raja Melayu Sungai Pagu Dewang Sadeowano, maka dilantiklah Dewang Sadeowano menjadi Raja Alam Sungai Pagu dengan sebutan lengkap Daulat Yang Dipertuan Raja Sembah atau Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Sungai Pagu. Sedangkan raja kampai Tuanku Rajo Bagindo dilantik sebagai Raja Adat Sungai Pagu, Raja Panai Tuanku Rajo Batuah sebagai Raja Adat Sungai Pagu, Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang menjadi Raja Parit Pagar (raja panglima) Sungai Pagu. Tapi, tidak disangka ternyata ada yang tidak setuju atas pelantikan Dewang Sadeowano sebagai Daulat Dipertuan Raja Alam Sungai Pagu, maka terjadilah perselilisihan kala itu dan menyebabkan malapetaka dan bala di Nagari. Rakyat menuntut untuk menjemput kembali Raja yang sah untuk pulang. Tapi tentu tidak sesingkat dan semudah itu… (Bersambung edisi selanjutnya)

  • About
  • Latest Posts
Arif P. Putra
ikuti saya
Arif P. Putra
Penulis at Media
Pengelola & penulis di kanal Marewai, menulis Rubrik Pelesiran dan Budaya. Kami juga melakukan riset independen seputar kearifan lokal di Minangkabau, terutama Pesisir Selatan. Selain mengisi kolom di Marewai.com, saya juga menulis puisi dan cerpen dibeberapa media daring dan cetak di Indonesia. Karya-karya saya sering menggabungkan kepekaan terhadap detail kehidupan sehari-hari dengan kedalaman emosional yang membuat pembaca terhubung dengan karakter dan cerita yang diciptakan. Saya juga menulis di rubrik Pelesiran website www.marewai.com
blog;pemikiranlokal.blogspot.com,
Arif P. Putra
ikuti saya
Latest posts by Arif P. Putra (see all)
  • Cakap Film – Coolie: Bapak-bapak Berbahaya Kita Kembali, Rajinikanth. - 20 September 2025
  • Cakap Film – A Star Is F*king Born: Potret Dua Sisi dan Pengingat Zaman, Memorable atau Fenomena Belaka - 23 Agustus 2025
  • Taklimat Peluncuran Pekan Nan Tumpah 2025: Seni Murni, Seni Terapan, Seni Terserah, Kalau Kamu Paham Semua Ini, Mungkin Kamu Salah Paham - 20 Agustus 2025
Tags: Berita seni dan budayaBudayaPelesiranSastraSejarah

Related Posts

MUSIK: Andip, musisi Indie dari Padang Luncurkan Lagu Terbaru berjudul ‘BERTARUH’ untuk Orang-orang yang Dibuang oleh Pasangannya.

MUSIK: Andip, musisi Indie dari Padang Luncurkan Lagu Terbaru berjudul ‘BERTARUH’ untuk Orang-orang yang Dibuang oleh Pasangannya.

Oleh Redaksi Marewai
24 Oktober 2025

PADANG, 24 Oktober 2025. Andip, seorang musisi tunggal dari kota Padang makin seriusbermusik. Setelah sebelumnya merilis dua judul lagu,...

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi

Oleh Redaksi Marewai
10 Oktober 2025

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby...

“Adu Bola Mata”, Nomor Terbaru Tiara Andini: Babak Babak yang Tak Pernah Usai

“Adu Bola Mata”, Nomor Terbaru Tiara Andini: Babak Babak yang Tak Pernah Usai

Oleh Redaksi Marewai
22 September 2025

Tiara Andini kembali melepas single terbarunya yang kali ini diberi judul “Adu Bola Mata”. Singel terbaru ini  menjadi salah...

Yellowcard Rilis Single “Bedroom Posters” Sebagai Pengantar Menuju Album “Better Days”

Yellowcard Rilis Single “Bedroom Posters” Sebagai Pengantar Menuju Album “Better Days”

Oleh Redaksi Marewai
18 September 2025

Band alt-rock legendaris, Yellowcard, resmi merilis single terbaru mereka, ‘Bedroom Posters’. Lagu ini jadi bagian dari album penuh mereka...

Next Post
Cerita Rakyat: Kali Mambu Mandirancan | Lely Nur Tachi

Cerita Rakyat: Kali Mambu Mandirancan | Lely Nur Tachi

Resensi: Empiris-Metafisis dan Conditio Sine Qua Non-Alter Ego | Ilhamdi Putra

Resensi: Empiris-Metafisis dan Conditio Sine Qua Non-Alter Ego | Ilhamdi Putra

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In