• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Senin, Mei 12, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

5 JAM MENGHADANG BADAI: INI KISAH INFLUANCER AJO WAYOIK DAN ROMBONGAN SELAMATKAN DIRI

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
18 Januari 2021
in Artikel
1.4k 60
0
Home Budaya Artikel
BagikanBagikanBagikanBagikan

Pariaman, Marewai– Badai besar yang melanda perairan sekitar Sumbar pada senin (18/1) akhirnya menjadi petaka bagi salah satu nelayan di kawasan Pariaman. Kapal yang dinakhodai Agus Salim terbalik, namun penumpang dan abk berhasil diselamatkan. Nakhoda senior itu berjuang keras untuk keselamatan penumpangnya. Perairan sekitar Pariaman hingga Tiku belakangan memang cukup diminati wisatawan, terutama penghobi olahraga memancing. Di hari naasnya kapal Agus Salim, salah satu influencer Sumbar Ajo Wayoik juga tengah mengikuti trip memancing dengan kapal berbeda di kawasan perairan karang Raisah. Bagaimana ganasnya kondisi cucaca ketika itu tentu juga dirasakan oleh rombongan Ajo Wayoik.

“Alhamdulillah kami bisa selamat berkat kesepakatan bersama. Kami tidak panik, dan mencoba mencari solusi ketika badai mulai datang,” katanya, ketika diwawancarai marewai.

Kawasan perairan lepas pantai Pariaman yang dijelahi rombongan Ajo Wayoik pagi itu tampak biasa saja. “Tidak ada gejala badai atau kondisi buruk lainnya. Angin memang sedikit kencang. Tapi tak ada tanda-tanda mau ada badai,” katanya.

Sekitar pukul 13.00 wib badai mulai datang. “Alun laut tiba-tiba besar. Di tengah perairan, ombak memecah. Itu salah satu tanda kalau badai akan datang,” sambungnya.

8 orang yang ada dalam kapal yang ditumpangi Ajo Wayoik segera berkoordinasi. “Kami biasa memutuskan segala sesuatunya sesuai kesepakatan bersama. Ketika badai hampir tiba, semua sepakat untuk segera menyelamatkan diri ke belakang pulau Kasiak,” sebutnya.

Perjalanan yang sudah ditempuh hingga ke tengah laut mencapai 4 jam dari Nareh. “Berarti waktu balik harusnya sama. Tapi menjadi lebih lama karena kapal harus melewati alun demi alun yang tingginya melebihi tubuh kapal sendiri,” ucapnya. Karena kondisi laut yang yang ganas, seluruh penumpang yang terdiri dari berbagai level usia mencoba berlindung dalam rumah-rumah kapal. Tapi yang muda, termasuk Ajo Wayoik bersiaga di luar untuk segala kemungkinan.

“Makin ke pinggir, ombak makin ganas, alun makin besar. Kapal seperti mendaki sangat tinggi. Sempat pula mesin mati. Semua kami serahkan pada yang kuasa saja lagi,” katanya. Akhirnya menjelang magrib, kapal berhasil berlindung di belakang pulau kasiak.

Kembali bermusyawarah, akhirnya rombongan pemancing tersebut memutuskan segera balik ke pinggir saja meninggalkan pulau kasiak. “Kami balik ke Nareh. Kami kira akan lebih baik situasinya, ternyata tidak juga,” cerita dosen ISI Padangpanjang itu.

Dalam badai yang kian mengganas, sekitar 1 mil dari pantai ombak jauh lebih besar lagi. “Kapal kami kesulitan masuk ke muara Nareh. Ombak sempat menghempas kuat dan membuat kapal sangat oleng karena sejajar dengan arah datangnya ombak. Air masuk ke deck, tapi untung kami selamat,” katanya.

Rombongan akhirnya berhasil masuk muara menjelang magrib. “Ini adalah pelajaran penting bagi kita. Apapun yang terjadi, semua dalam kuasa Tuhan. Tapi perhitungan dan pertimbangan dalam membaca kondisi alam memang harus dilakukan, sebagai ikhtiar.”

Ditanya soal jera atau tidak memancing ke laut, Ajo Wayoik menjawab tegas. Tidak. Tidak jera. Insyaallah ke depan lebih kewaspadaan, yang akan Ajo Wayoik meminta perhatian pemerintah daerah untuk keselamatan para nelayan atau wisatawan penghobi pancing diberikan secara serius.

“Wisata memancing kian marak di perairan Padang Pariaman, Kota Pariaman dan Tiku. Pemerintah tiga daerah ini mau tidak mau harus sigap mencari siasat untuk memastikan keselamatan wisatawan. Atau kalau tidak, tak usahlah menjual-jual wisata bahari segala. Nyawa orang tantangannya ini!” tutupnya dengan tegasnya. (team)

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943) - 11 Mei 2025
  • DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR - 10 Mei 2025
  • Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua - 29 April 2025
Tags: BudayaCaritoPelesiranSastra

Related Posts

KRITIK SENI PERTUNJUKAN RAPA’I DABOH OLEH Acara HUT Bhayangkara di Banda Aceh

KRITIK SENI PERTUNJUKAN RAPA’I DABOH OLEH Acara HUT Bhayangkara di Banda Aceh

Oleh Redaksi Marewai
23 April 2025

UKHTINISA, SYIFA RAHMITA, DAN SIMEHATE Rapa’i Daboh merupakan salah satu kesenian tradisional Aceh Selatan yang menggabungkan unsur seni, agama,...

Khazanah Azimat di Museum Adityawarman Sebagai Bentuk Representasi Kepercayaan Spiritual Masyarakat Minangkabau | Salwa Ratri Wahyuni

Khazanah Azimat di Museum Adityawarman Sebagai Bentuk Representasi Kepercayaan Spiritual Masyarakat Minangkabau | Salwa Ratri Wahyuni

Oleh Redaksi Marewai
17 Maret 2025

Azimat, jimat, atau zimat ajeumat, telah lama ada di kehidupan masyarakat Minangkabau. Beberapa literatur terbuka mengemukakan bahwa kepercayaan pada...

KKN Tematik Universitas Andalas Nagari Tikalak 2024 Bersama Masyarakat dalam Melestarikan Seni Musik Talempong: Kebudayaan Nagari Tikalak yang Mulai Tergerus Zaman

KKN Tematik Universitas Andalas Nagari Tikalak 2024 Bersama Masyarakat dalam Melestarikan Seni Musik Talempong: Kebudayaan Nagari Tikalak yang Mulai Tergerus Zaman

Oleh Redaksi Marewai
9 Februari 2024

Sumatera Barat yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku minang, memiliki banyak sekali kebudayaan asli yang tak terhitung jumlahnya. Setiap...

SENSASI HANGAT DARI SI PEDAS MANIS: CARA MEMBUAT SERBUK JAHE INSTAN ANTI GAGALOleh: Nabilah Salwa

SENSASI HANGAT DARI SI PEDAS MANIS: CARA MEMBUAT SERBUK JAHE INSTAN ANTI GAGALOleh: Nabilah Salwa

Oleh Redaksi Marewai
9 Februari 2024

Jahe merupakan tanaman rimpang yang sudah dikenal lama khasiatnya dalam dunia kuliner maupun dunia medis. Tanaman jahe merupakan tanaman...

Next Post

Fajri Valentino | Belajar Dari Dampak Bidang Struktural Indonesia Pasca Pandemi Covid 19

Sastra Klasik: Hikayat Laksamana Hang Tuah

Sastra Klasik: Hikayat Laksamana Hang Tuah

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In