Film pendek “SIA?” akan segera rilis, catat jadwal tayang perdananya.
Trailer:
Pemeran
Leman : Zera Permana
Saripah : Ardanela
Samsudin : Chalvin Pratama
Salewa : Riska Atika
Siti : Anjali Sabna
Mak Datuak : Budi Irwandi
Supir Datuak : Harry Ngik
Saipul : Hanifega Satria
Lintono : Rizki Aprima
Kepala Kampung : Risnandar Tjia
Tim Produksi
Produser: Badril HS
Sutradara: Rori Aroka
Ast Sutradara: Harry Ngik
Artistik : Arif P. Putra
Konsumsi: M. Fajri Aji
DOP: Rimba Satu Awan & Rian FS
Editor: Mahameru Project
Music: Harry Ngik & Ferri Irawan
Komunitas Serikat Budaya Marewai merupakan kelompok yang saat ini konsen berkegiatan tentang kebudayaan. Komunitas independen ini terus berupaya menciptakan berbagai kegitan-kegiatan mulai dari pengarsipan, media dan riset. Di tahun 2021 mereka mulai mencoba konten visual, awalnya berangkat dari konten-konten sederhana berisikan obrolan, narasi, visualisasi dan foto story. Konten tersebut diputar sedemikian suka cita di youtube Marewai TV.
Selanjutnya mereka produksi film dokumenter pertama. Lewat kanal lain (Marewai N’Co) yang diperpanjang daya kreatifnya oleh seorang fotografer cum videographer, Rimba Satu Awan a.k.a Badril HS. Darinya mereka menghasilkan sebuah video dokumenter berjudul “Tulak Bala: Manjagoan Kisa). Mengambil sisi lain dari prosesi tradisi masyarakat tradisional di Sungai Pinang, Kawasan Wisata Mandeh, Pesisir Selatan. Dengan bermodalkan semangat, stok lelucon, dunsanak, dan semangat, mereka merampungkan film tersebut akhir tahun 2021. Kemudian dipublikasikan secara umum 2023 lalu lewat Pekan Kebudayaan Nasional.
Lalu pertengahan tahun 2023. Setelah bertahan beberapa tahun tanpa mencoba sebuah proyek/program apapun, akhirnya mereka mencoba mengirim proposal ke sebuah lembaga yang mengurus menyoal pelestarian kebudayaan di wilayah Sumatra Barat. Berbekal data yang sudah lama mereka kumpulkan, proposal itupun di acc. Setelahnya film kedua dari Komunitas yang kerap dianggap sebagai Perserikatan leha-leha ini menghasilkan sebuah film dokumenter berjudul “Silek Langgai: Lahia Ba Batin” yang pengambilan gambar seluruhnya di daerah Langgai, Ganting Mudik Utara Surantih, Kec. Sutera, Pesisir Selatan. Film yang begitu membahagiakan.
Tak berhenti di sana, komunitas yang sebelumnya begitu konsen terhadap arsip manuskrip dan tradisi di Minangkabau (khususnya Pesisir Selatan) ini nyaris tidak bisa ditahan untuk terus berkarya. Bahkan tidak pernah mengeluh darimana dana operasional kegiatan. Tapi, tentu saja itu agak berlebihan. Lagi. Lewat tangan hangat Rori Aroka yang juga berperan penting dalam Komunitas Serikat Budaya Marewai memutar idenya, berbagai macam upaya ia lakukan untuk dapat merealisasikan keinginan untuk memproduksi sebuah film fiksi. Ini bahkan tidak tercatat di bagan alur Komunitas Serikat Budaya Marewai untuk jangka pendek tahun 2022-2023. Akhirnya kawan-kawan di Marewai sepakat untuk mengeksekusi film fiksi tersebut dengan–tanpa perdebatan.
Film yang bercerita tentang tualang seorang pendekar silat. Berlatar tahun 80-90an, film ini hadir seolah mengobati dahaga pecinta film-film drama aksi pendekar jaman dulu; Jaka Sembung, Si Buta dari Goa Hantu, dan sejenisnya. Leman yang diperankan Zera Permana pun andil langsung dalam konsep aksi laga. Bersama dengan Chalvin Pratama sebagai Samsudin (seorang intel) yang menjadi lawan mainnya, mereka cukup sulit saat itu menentukan bagian mana saja dari gerakan silat yang patut dimasukan. Karena sejatinya silat yang mereka pelajari bukan silat laga, melainkan silat tuo. Tapi, akhirnya dapat jalan tengah dan adegan laga pun agak dipanjangkan supaya mendapatkan babak yang apik.
Cerita yang ditulis oleh Rori Aroka ini merupakan hasil dari bacaan dan risetnya terhadap perkembangan silat di Minangkabau. Tentang perjalanan seorang pandeka pada masa lampau kemudian ia racik menjadi sebuah cerita yang biopik, bahkan terkesan misterius. Dengan berbagai pertimbangan, film fiksi pertama itu diberi judul “SIA?”. Judul ini bisa menjadi multitafsir, tergantung sudut pandang siapa dan mengapa.
Perjalanan seorang pandeka yang hendak mencari ilmu kaji yang sebenar-benarnya, biasa disebut juga sebagai “mamutui kaji/putus kaji/putui kaji”. Artinya pencarian seseorang tentang ujung dari ilmu yang ia pelajari, sehingga harus diselesaikan hingga tuntas. Namun, Rori sebagai penulis serta sutradara langsung menyiratkan lain pula dalam film ini. Ia malah menghadirkan titik balik kehidupan sang pandeka yang punya masa lalu kelam dan kejam itu. Dari sanalah kisah “SIA?” berangkat, kemudian disambungkan alurnya oleh tokoh utama dalam film ini, yaitu, Samsudin. Alur, latar, plot, sudut pandang, nyaris rapat dibuat penulis naskah. Rentetan yang tak dikebat erat seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu yang dalam, tapi sepintas tragis. Terlihat lucu, tapi terdengar ironis. Nampak hilang, tapi masih terasa ada. Kadang nampak buru-buru, tapi tidak cepat. Kadang patah sepatah-patahnya, namun tidak lepas.
Dengan bangga serta bahagia, film ini akhirnya kami publikasi, kami perlihatkan ke banyak teman-teman. Kami pujipuji bagaimana soundtrack yang juga serius digarap dengan musikalitas tinggi beserta detail musik yang dihadirkan sekelas musisi dunia. Film dan lagu menyatu, lirik yang dalam seakan masuk menyentuh dasar relung pendengar. Ditambah kisah-kisah yang berkelindan, “biarkan saja yang di sana tetap di sana, jangan kau tarik-tarik bila akan kau buang”. Waw.
Akankah pencarian Samsudin membuahkan hasil yang diharapkan ketika bertemu Leman sang pandeka itu. Begitu juga Samsudin, seorang intel pemerintah yang sedang mengincar pengakuan bahwa selain intel ia adalah seorang pandeka yang berhasil mengalahkan pandeka Leman sang legenda itu. Apakah pertemuan mereka berakhir tragis, atau malah sebaliknya. Duet guru dan murid (Zera dan Chalvin) ini akan menambah warna lain, hitam dan putih, air dan api, surga dan neraka, dua orang yang nyaris bersebrangan. Bagaimana mereka bertemu dalam cerita “SIA?”
Mari kita tunggu film pendek ini rilis, akan kita saksikan berbagai warna adegan demi adegan dalam durasi film pendek “SIA?”. Tragis, komedi, dan misteri akan dirangkum sedemikiannya rupa. Mantap.
- Ketuklah Pintu Itu, 2025, Kami Menunggu dan Siap Melanjutkan - 1 Januari 2025
- Tim Kenal Adat: Progress Awal dalam Mengimplementasikan Project Sociopreneurship Innovillage 2024 di Perkampungan Adat Sijunjung - 14 Desember 2024
- Cakap Pilem: Vedaa, 2024 | Kasta Dalit dan Potret Kehidupan Nyata Perempuan India – Arif P. Putra - 7 November 2024
Discussion about this post