• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Rabu, Oktober 15, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

AJI MANTROLOT: Kabau Gang (Bagian II) – Dewang Kara Sutowano

Dewang Kara Sutowano Oleh Dewang Kara Sutowano
19 Juni 2025
in Aji Mantrolot
1k 10
0
Home Aji Mantrolot
BagikanBagikanBagikanBagikan
  • About
  • Latest Posts
Dewang Kara Sutowano
Dewang Kara Sutowano
Dian Ihkwan S.IP, dengan nama pena Dewang Kara Sutowano, seorang penikmat sejarah Minangkabau. Hadirnya serial Cerita Pendek yang berbalut sejarah ini semata-mata bertujuan untuk melihat Maharaja Adityavarman dari sudut pandang yang berbeda, agar ada perimbangan sejarah yang adil atas sosok Raja Malayu tersebut.
Dewang Kara Sutowano
Latest posts by Dewang Kara Sutowano (see all)
  • AJI MANTROLOT: Kabau Gang (Bagian II) – Dewang Kara Sutowano - 19 Juni 2025
  • Aji Mantrolot – Dewan Kara Sutowano: Kabau Gadang (Bagian I) - 12 Juni 2025
  • Aji Mantrolot – Penggalan II: MADA - 5 Juni 2025

Penggalan IV

KABAU GADANG (Bagian II)

Oleh: Dewang Kara Sutowano

Dua hari sudah berlalu…

Para Petinggi Kedatuan Pasumayam Koto Batu sedang berkumpul di Balairong Sari di Jorong Tabek. Semenjak sidang dibuka oleh “Tampuak Tangkai”, suasana sudah memanas dan berkelindan dalam penyataan-pernyataan menantang rencana kehadiran “Anggang Dari Lawuik” ke Pariangan.

Tiba tiba….

“Praaakkk…!!”

Hempasan tinju Datuak Katumanggungan dilantai Balairong Sari menggetarkan seluruh lantai Balairong dari ujung timur ke ujung barat.

“Dia datang jelas membawa maksud tertentu! Tuangku-tuangku sekalian pikir Rajo Palokamo dari Nagari Suravaca itu datang melenggak-lenggok ke Pariangan ini hanya untuk menunjukkan badan kosongnya saja?!, jelas tidak!!”, ucapan Datuak Ketemanggungan menggelegar di seantero ruangan sidang di Balaerong Sari Pariangan.

Tak ada peserta sidang yang berani menatap wajah Pemimpin Kedatuan Pasumayam Koto Batu tersebut. Semua hening sambil memandang jamuan bajamba yang belum disentuh sedari tadi di tengah Balairong Sari.

“Tapi Kanda…!”, sergah Datuak Perpatih Nan Sabatang kepada Datuak Ketemanggungan yang mukanya memerah. “Hamba tau dia datang untuk apa, hamba sudah panjang lebar membahasnya dengan Angku Datuak Suri Dirajo tempo hari sebelum kita mengadakan rapat besar ini.”

“Tidak bisa tuan Patih, tidak bisa!”, Datuak Katumanggungan kembali menyergah ucapan Datuak Parpatiah Nan Sabatang. “Orang Malayu Minangkabau tidak akan tunduk dengan sistem beraja ala urang bagak baladiang seperti itu, konsep koto Piliang itu Tuahnya di daulat, mulianya di partuanan, gadangnyo malelokan titah dari Rajo, Rajo barasa dari Kato Pilihan…!!

Berabad-abad lamanya di Alam Luak Nan Tigo ini berlaku pemerintahan Kedatuan, setiap pemimpin itu dipilih diurai dulu Buku Talinya, di telisik Ranji jo Salisilah, dikaji Alua Jo Patuik. Nah, sekarang, seenaknya saja kemudian dia, keturunan yang mengaku punya darah Rajendra berwangsa Mauli tiba-tiba memaksakan dirinya datang ketempat kita lalu mau merubah sistem kita menjadi beraja-raja dan berkerajaan tanpa mekanisme Kato Nan Bapiliah, jelas saya tidak bisa menerima!”.

“Hamba selaku Pucuak Bulek Urek Tunggang Kelarasan Koto Piliang alam Minangkabau tidak bisa menerima sama sekali cara Basimaharajo Lelo ala Rajo Palokamo dari Suravaca, tak bisa dia bawa cara-cara Jawa-nya ke tanah Malayu!”, Datuak Katumanggungan kembali menegaskan ketidaksukaannya dengan Rajo Palokamo.

Suasana Balairong Sari mendadak riuh. Utamanya nya dari sisi pendukung beliau dari kalangan Datuak Penghulu dari Nagari Sungai Tarab dan Nagari Batipuh serta beberapa Nagari/Kedatuan sekitar Luhak Tanah Datar yang memakai adat Koto Piliang. Terdengar gumaman kecil dari peserta sidang, “betul itu…!”.

Datuak Bandaro Putih dari Kedatuan Bungo Satangkai sekonyong-konyong menyambung ucapan Datuak Katumanggungan, “Kami siap mati demi membela adat kita, Raja Suravaca memakai cara-cara bar bar, kami juga siap! benar angku-angku sekalian?!”

“Betul…!”, balas para peserta sidang yang lainnya.

Keresahan menghinggapi pendukung Kelarasan Bodi Chaniago.

Sementara para penghulu yang berasal dari Kedatuan Pasumayam Koto Batu yang berlaraskan Nan Panjang hanya diam dan terus mendengarkan.

“Tuan-tuan yang terhormat, saya mohon agar tuan-tuan menanggapi persoalan kita saat ini dengan cara yang lebih tenang dan bijaksana”, ujar Datuak Bandaro Kayo selaku Tampuak Tangkai Alam Minangkabau yang memimpin sidang di Balairong Panjang. Dia menunggu kegaduhan reda lalu kemudian melanjutkan.

“Kita sudah mendengar paparan dan uraian Datuak Ketemanggungan, namun saya belum melihat Datuak Perpatih Nan Sabatang menyampaikan pandangannya, dipersilakan kepada angku datuak berbicara jika ada yang akan diuraikan”, ucap Datuak Bandaro Kayo sambil memandang serius kearah Datuak Parpatih Nan Sabatang.

“Ijin tuanku Bandaro Kayo, bukan sekedar memberi pernyataan, saya justru ingin bertanya kepada forum ini, khususnya kepada Daulat Kedatuan Pasumayam Koto Batu Datuak Katumanggungan, apakah Angku Datuak mengetahui peristiwa yang terjadi dua minggu yang lalu di Kedatuan Dusun Tuo tepatnya di Rumah Gadang Datuak Bandaro Kuniang di Nagari V Kaum?”, Datuak Parpatih lantas menghentikan ucapannya sambil menunggu tanggapan dari Datuak Katumanggungan.

Datuak Katumanggungan kebingungan dengan pertanyaan Datuak Parpatih Nan Sabatang. “Peristiwa apa yang tuan Patih maksud? Saya tidak memahami pertanyaan tuan Patih…”, jawabnya sambil kebingungan.

“Nah, sebelum kita mengaji panjang lebar urusan praduga tuan Tumangguang tadi soal maksud kedatangan Aji Mantrolot Rajo Palokamo dari Nagari Suravaca ke Nagari Pariangan Padang Panjang yang tiba-tiba dan banyaknya pasukan beliau yang bermarkas di Kampuang Mandahiliang, saya sarankan Tuan Tumangguang mendengar dulu paparan dari Datuak Bandaro Kuniang, Pucuak Bulek Nagari V Kaum Kedatuan Dusun Tuo soal apa yang terjadi dijanjang Rumah Gadang beliau beberapa minggu yang lalu..”, tandas Datuak Perpatih Nan Sabatang. “Saya minta Datuak Bandaro Kayo selaku Pimpinan Sidang di Balairong Panjang meminta keterangan soal ini kehadapan Datuak Bandaro Kuniang langsung, biarkan beliau langsung yang memaparkan”.

Datuak Bandaro Kayo Pariangan ikut kebingungan, apapula urusannya pertemuan ini dengan kejadian di Rumah Gadang Datuak Bandaro Kuniang di V Kaum. Tanpa berpikir panjang beliau memanggil Datuak Bandaro Kuniang untuk berbicara.

“Datuak Bandaro Kuniang dari Nagari V Kaum…?”

“Hamba yang mulia angku Datuak…!”, jawab Datuak Bandaro Kuniang yang duduk di tengah Balairong.

“Mohon dijelaskan, apa maksud dari pernyataan Datuak Parpatih Nan Sabatang, Pucuak Bulek Urek Tunggang Kelarasan Bodi Chaniago, barusan terhadap diri tuan Datuak”, ucap Datuak Bandaro Kayo.

Datuak Bandaro Kuniang yang sedari tadi hanya duduk diam di dalam barisan, sekonyong-konyong lantas berdiri lalu memandang sebentar ke halaman Balairong mencari seseorang di dalam barisan dubalang yang menjaga jalannya rapat di Balairong Sari Jorong Tabek Nagari Pariangan. Kemudian beliau berbicara setengah berteriak kepada barisan para dubalang “Siapapun diantara kalian Dubalang yang merasa sedang memegang Tombak Buluah Jonggi , saya minta agar dubalang tersebut segera menyerahkan tombak tersebut sekarang juga kepada saya!”.

Semua peserta sidang terkejut memandang tingkah aneh Datuak Bandaro Kuniang barusan. Namun tak ada yang bersuara, hanya memandang apa yang akan dilakukan oleh Datuak Bandaro Kuniang selanjutnya.

Sejurus kemudian, salah seorang Dubalang Balairong Sari yang berasal dari Nagari V Kaum membalikkan badannya lantas berjalan menuju tempat berdirinya Datuak Bandaro Kuniang sambil membawa sebuah tombak panjang, terbuat dari kayu buluh ukuran sebesar jempol orang dewasa, berpisau cukup panjang bermata satu, tombak tersebut berhiaskan bulu-bulu hewan berwarna warni diikatan pisaunya.

Setelah diserahkan, Datuak Bandaro Kuniang memandang bilah pisau dari tombak tersebut, ada bercak-bercak darah yang mengering, sepertinya darah yang sempat membasahi pisau tombak tersebut tidak dicuci maupun dihapus dan dibiarkan mengering. Lalu setelah menghela nafas panjang Datuak Bandaro Kuniang berkata, “ijin Angku Datuak Bandaro Kayo, Datuak Katumanggungan, Datuak Parpatih Nan Sabatang, Datuak Bandaro Kuniang serta seluruh Panghulu yang hadir dalam sidang Balairong Sari. Jikalaupun ada yang menjadi pemicu utama dari rencana kedatangan Rajo Palokamo Nagari Saruaso ke Pariangan, maka Tombak ini lah yang menjadi alasan kedatangan beliau”, ujar Datuak Bandaro Kuniang singkat.

Semua peserta sidang saling memandang kebingungan. Tuan Gadang dari Batipuah, Panglima Paramiliter Alam Minangkabau yang secara struktural membawahi seluruh Dubalang di Minangkabau lantas angkat bicara, “Mohon diperjelas tuan Datuak, apa hubungannya kedatangan Aji Mantrolot ke Pariangan dengan Tombak Buluah Jonggi itu?”.

Tanpa berpikir panjang Datuak Bandaro Kuniang lantas menjawab, “Karena Tombak inilah yang membunuh Tuan Suravaca, Rajo Akarendrawarman, Mamak dari Rajo Palokamo, dalam peristiwa di jenjang Rumah Gadang kami suku Chaniago di V Kaum kedatuan Dusun Tuo! Keyakinan kami, Rajo Palokamo berniat datang ke Pariangan untuk menuntut kematian Mamak-nya”.

“Apa…?!”, Datuak Bandaro Kayo berteriak.

Datuak Ketemanggungan membelalakkan matanya.

Datuak Parpatih Nan Sabatang dan Datuak Suri Dirajo menundukkan kepalanya ke arah lantai Balairong Sari.

“Saya sudah katakan tadi, bahwa urusan ini tidak sesederhana yang angku datuak Katumanggungan pikirkan….”, ucap Datuak Parpatih Nan Sabatang kemudian sambil memandang wajah pucat Datuak Katumanggungan.

BERSAMBUNG

——————————-

Tags: aji mantrolotPelesiranSastra

Related Posts

Aji Mantrolot: Kabau Gadang (Bagai III) | Dewang Kara Sutowano

Aji Mantrolot: Kabau Gadang (Bagai III) | Dewang Kara Sutowano

Oleh Redaksi Marewai
27 Juni 2025

AJI MANTROLOT (Sebuah Cerita Panjang Yang Sengaja Dicerai-berai) Penggalan V: KABAU GADANG (Bagian III) Oleh: Dewang Kara Sutowano ---...

Aji Mantrolot – Dewan Kara Sutowano: Kabau Gadang (Bagian I)

Aji Mantrolot – Dewan Kara Sutowano: Kabau Gadang (Bagian I)

Oleh Dewang Kara Sutowano
12 Juni 2025

AJI MANTROLOT(Sebuah cerita panjang yang sengaja dicerai berai) Penggalan III:KABAU GADANG (Bagian I)Oleh: Dewang Kara Sutowano Malam itu Datuak...

Aji Mantrolot – Penggalan II: MADA

Aji Mantrolot – Penggalan II: MADA

Oleh Dewang Kara Sutowano
5 Juni 2025

PENGGALAN II: MADA…! Oleh: Dewang Kara Sutowano "Yuang…", suara ringkih perempuan tua yang berasal dari bilik dapur memecah lamunan...

Aji Mantrolot – Penggalan I: Dua Dara yang Saling Menggenggam Tangan

Aji Mantrolot – Penggalan I: Dua Dara yang Saling Menggenggam Tangan

Oleh Dewang Kara Sutowano
29 Mei 2025

 (Sebuah Cerita Panjang Yang Sengaja Dicerai Berai) PENGGALAN I: DUA DARA YANG SALING MENGGENGGAM TANGAN Oleh: Dewang Kara Sutowano...

Next Post
KOMUNITAS SENI NAN TUMPAH ADAKAN TIGA SERI TERAKHIR DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH

KOMUNITAS SENI NAN TUMPAH ADAKAN TIGA SERI TERAKHIR DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH

Festival Lengger Bicara Gelar Art Camp Internasional 2025: Buka Pintu Kesenian Lokal untuk Dunia, Menjaga Warisan Lewat Regenerasi dan Adaptasi

Festival Lengger Bicara Gelar Art Camp Internasional 2025: Buka Pintu Kesenian Lokal untuk Dunia, Menjaga Warisan Lewat Regenerasi dan Adaptasi

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In