
Padang, Marewai – Nama Hasbunallah Haris mulai dikenal publik sejak ia menjadi salah satu pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2023 lalu. Keberhasilan itu makin bertambah sebab usianya yang masih sangat muda dengan prestasi yang gemilang. Pemuda yang kerap disapa Haris itu memenangkan sayembara novel DKJ di usianya yang baru menginjak 22 tahun dengan naskah novel yang terbilang tebal, 443 halaman A4.
Dari pernyataan dewan juri, diketahui bahwa ada sedikit perdebatan untuk menetapkan pemenang sayembara kala itu. Sedangkan naskah yang ditulis Haris, berjudul Leiden (2020-1920) unggul di dalam aspek genre, yaitu fiksi sejarah dengan gaya penceritaan detektif.
“Riset yang cukup mendalam dan ketelitian yang dilakukan penulis mampu diceritakan dengan alur yang hidup dan tetap mempertahankan aspek misteri yang ada di dalamnya,” ujar salah satu dewan juri di malam anugerah, Dhianita Kusuma Pertiwi.
Selain itu, dari hasil wawancara kami bersama Haris, ia mengaku mengerjakan project naskah tersebut selama lebih kurang empat hingga lima bulan saja. Uniknya, naskah tersebut pada mulanya tidak diniatkan untuk diikutsertakan dalam sayembara manapun, murni hanya ingin menulis saja.

“Saya sengaja mengambil genre fiksi sejarah untuk memberikan pengalaman membaca sejarah lewat sebuah novel. Karena, selama ini saya di sekolah kurang mendapatkan pengalaman belajar sejarah yang asik atau kadang sejarah diajarkan secara kaku. Selain itu, juga ingin mengambil genre yang tak banyak orang lain garap karena mungkin saja dianggap berat, hanya sedikit novel bergenre sejarah yang saya temukan, dan saya ingin mengisi ruang kosong tersebut,” kata Haris. Sabtu (13/09).
Setelah mengalami masa pengeditan naskah, Leiden (2020-1920) akhirnya diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) dan akan launching dalam agenda Ubud Writers & Readers Festival 2025 di Oktober mendatang. Haris mengaku senang sekali mendapatkan kesempatan yang sangat luar biasa tersebut. UWRF adalah festival internasional dan launching novel di sana adalah kesempatan emas yang dia dapatkan.
“Pada mulanya saya sangat tertekan sekali dengan editing naskah yang sangat tebal, tapi editor saya berkali-kali menekankan pentingnya usaha pengeditan yang maksimal, sehingga saya harus berkutat dua tahun lamanya untuk pengeditan naskah. Sementara UWRF dan yang lainnya adalah keberkahan lain yang saya dapatkan. Sama sekali tak pernah saya bayangkan akan launching novel si sana,” lanjut Haris.

Haris juga menjelaskan novel tersebut adalah salah satu kecintaannya terhadap tanah Minangkabau, alurnya mengisahkan pencarian sebuah manuskrip kuno yang ada di Sawahlunto, Solok Selatan, Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, hingga Kerinci. Perjalanan Filologi tersebut akan membawa pembaca ke banyak tempat-tempat bersejarah yang hingga hari ini masih ada dan dapat ditelusuri.
“Untuk PO kemungkinan di akhir bulan September ini, dan launching di Ubud akhir Oktober, semoga tidak ada halangan dan mohon doa kelancarannya,” tutup Haris yang kini masih menjadi mahasiswa tersebut.
- Cerpen: Matikau Elian – Ingik - 25 Oktober 2025
- MUSIK: Andip, musisi Indie dari Padang Luncurkan Lagu Terbaru berjudul ‘BERTARUH’ untuk Orang-orang yang Dibuang oleh Pasangannya. - 24 Oktober 2025
- Puisi: Gelanggang – Nico Farentinno - 18 Oktober 2025






Discussion about this post