Sungsang dalam pengertiannya adakah sesuatu hal yang posisinya tidak normal, misalnya pada posisi bayi dalam kandungan; ketika posisi kepala bayi ada di atas dan kaki diarahkan ke jalan lahir. Ini jelas berbeda dengan kehamilan normal yang menunjukan posisi kepala ada di bawah atau dekat jalan lahir.
Di indonesia mitos yang tersebar dikalangan masyarakat terutama masyarakat tradisional bahwa bayi sungsang memiliki banyak keberkahan. Alasannya, karena kelahiran bayi sungsang sangat jarang sekali, sehingga sebagai orang berpendapat bahwa bayi yang lahir sungsang merupakan bayi pilihan/memiliki kelebihan. Mitos bayi sungsang juga banyak diperbincangkan oleh orang-orang yang berasal dari Jawa dan Sunda. Baik masyarakat Jawa maupun Sunda percaya bahwa ada kelebihan bayi yang memiliki kondisi sungsang, yakni memiliki indera keenam alias bisa melihat alam gaib dan makhluk halus. Kepercayaan tersebut juga dialami banyak daerah di Pulau Jawa ataupun daerah lainnya di Indonesia, namun tidak dipungkiri pula dipercayai sebagai sebuah mitos belaka.
Nah, di Sumatra Barat juga memiliki kepercayaan akan mitos anak sungsang ini. Misalnya di kabupaten Pesisir Selatan, masyarakat di Pesisir Selatan hampir merata memercayai bahwa anak yang lahir sungsang kelak akan pandai dalam pengobatan, memijit/mengurut orang. Selain itu, memang sebagian masyarakat juga memercayai bahwa mereka yang lahir sungsang memiliki kelebihan lain, yaitu dapat melihat halhal gaib.
Mitos tersebut bukan lagi menjadi rahasia dikalangan masyarakat di Pesisir Selatan, pun tidak lagi dianggap sebagai mitos yang utuh. Hanya saja, tidak banyak memang anak yang lahir sungsang menjadi seorang tukang pijit/urut. Mitos lainnya adalah anak sungsang hanya mau memijitkan orang yang terpilih, atau hanya menurut keinginan hatinya saja. Selain itu, dipercayai bahwa setelah melakukan proses pengobatan/memijit, mereka mengalami efek yang sangat melelahkan kurun waktu semalam; muntah-muntah dan pusing. Kalau orang kampung bilang, penyakit yang dialami penderita beralih kepadanya, “tamakan panyakik urang”.
Adapun untuk menghindari kejadian tersebut, si penderita atau orang yang dipijit/diobati oleh anak sungsang sebaiknya memberikan upah/imbalan sebagai ganti tenaganya selama pengobatan/memijit. Karena juga dipercayai dapat mengurangi lelah/sakit yang dirasakan.
Terlepas dari kepercayaan yang beredar tersebut, pada akhirnya kita hanya kembali kepada keyakinan masing-masing. Tapi bukan ranah yang bebas pula untuk menyatakan secara mutlak–menilai hal tersebut salah. Faktanya, tidak semua anak yang lahir sungsang bisa memijit dan seterusnya. Semuanya kadangkala berbanding terbalik dari mitos yang beredar. Dan sebaliknya, tak jarang pula pada kenyataannya memang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kesembuhan tersebut. Manusia hanya sebagai perantara semata. Kebiasaan ini merupakan sebuah tradisi/tindak tutur yang bersifat turun-temurun, sehingga meninggalkan persepsi yang dipercayai masyarakat; boleh percaya atau tidak.
- Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra - 8 Juni 2024
- Pameran Poto Fatris MF Bertajuk “Di Bawah Kuasa Naga”: Melihat Potret Komodo dan Kemurungan lainnya - 25 April 2024
- Festival Qasidah Rabbana: Menyaru Masa Kanak-kanak di Sungai Liku Ranah Pesisir - 15 April 2024
Discussion about this post