Ketika di Pulau Simundam Sati mengadakan pesta besar, Raja Dipatuan Hitam menujuk Putri Sari Silinduang Bulan menggantikan dirinya menjadi raja di Pulau Simundam Sati. Keputusan itu telah di sepakati oleh Rindang Bumi dan disetujui pula oleh ibundanya Puti Rimbun Jani, serta seluruh pembesar kerajaan. Dalam proses pemberian kebesaran (tahta dan istana) itu kepada Puti Sari Silinduang Bulan dipertahruhkan seekor ayam jantan bernama Ayam Kinatan dan seekor Kucing Sabun untuk menemani Putri Sari Silinduang di Bulan Pulau Simundam Sati. Akan tetapi sebelum Dipertuan Hitam dan seluruh pembesar kerajaan Pulau Simundam Sati pergi meninggalkan pulau, Dipatuan Hitam terlebih dulu menikahkan Puti Sari Silinduang Bulan dengan seorang anak Raja Bayang Kubang Ula yang bernama Binu Alim Gelar Sutan Junjungan.
Di Kualo Bungo Pasang datang seorang ulama besar penyebar Agama Islam yang bernama Syaikh Nan Bajubah Putieh, masyarakat Kualo Bungo Pasang lebih suka memanggilnya dengan sebutan Angku Nan Sagalo Putiah. Ulama ini di Kualo Bungo Pasang membuka Surau-surau kecil di sepanjang Kualo Bungo Pasang untuk “basurah” mengurai, dan menjabarkan kaji. Kehadiran Syaikh Nan Bajubah Putiah di Kualo Bungo Pasang dalam penyebaran Agama Islam dan memperkokoh pemahaman mengenai agama. Banyaklah orang-orang yang datang untuk berlajar ilmu agama kepadanya. Baik Ilmu Mantik, Ilmu Fiqih, Ilmu Tauhid, dan Ilmu Mengenai Keruhanian ilmu Ihsan. Sehingga banyak masyarakat di Kualo Bungo Pasang menjadi orang siak, orang yang taat beragama.
Mendengar kehadiran seorang ulama besar itu, ikut belajar pula Binu Alim berserta istrinya Puti Sari Silinduang Bulan Raja Putri Pulau Simundam Sati. Akan tetapi selama Puti Sari Silunduang Bulan belajar ilmu agama selalu membawa seekor kucing sabunnya, kucing itu hilang dan lari ke bawah surau tempat belajarnya itu. Di saat puti belajar di dalam Surau Puti sering berkata kepada orang-orang yang belajar “mana kucingku, mana kucingku, kucingku, kucingku”. Maka di berinama oleh orang-orang Kualo Bungo Pasang Puti Cingku, dan Pulau Simundam Sati tempat kediaman Puti Sari Silinduang Bulan diberi nama pula Pulau Puti Cingku. Sehingga dalam kebiasaan masyarakat menyebut Pulau Cingku berubah menjadi Pulau Cingkuek. Dari situlah pangkalnya kemudian hari Pulau Simundam Sati disebut dengan nama Pulau Cingkuek.
Sedangkan dimasa ini Negeri Taluek Sinyalai Tambang Papan terjadi perperangan besar melawan Bajak Laut Rupik dan Kaum Garagasi Hitam. Raja Taluek Sinyalai Tabang Papan yang telah kualahan menghadang serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Panglima Sonsang Lawik. Memutuskan untuk mundur dan menyelamatkan diri dibantu oleh saudaranya Dipatuan Rajo Mudo Raja Kualo Banda Mua datang bersama raja dari Taluek Andam Puro, menyingkir ke tempat asalnya Kualo Aie Batu Negeri Rimbo Panjang Sungai Pinang Lamo.
Disaat Raja Nan Sati dapat lolos menyelamatkan diri yang dibantu oleh saudaranya membuat kaum perompak mapeh mareh (kesal) dan marah, karena tidak dapat membunuh Raja Taluek Sinyalai Tambang Papan. Kemudian Taluek Sinyalai Tambang Papan di jadikan basis dan kedudukan Panglima Sonsang Lawik mengendalikan monopoli perdagangan seluruh pelabuhan-pelabuhan di sekitar Taluak Sinyalai Tambang Papan yang juga dalam misi penaklukan oleh Raja Sonsang Lawik.
- Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 11 Februari 2024
- Kembalinya Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana - 21 Januari 2024
- Seri Punago Rimbun: Datuk Parapatiah Nan Sabatang Tokoh Besar Minangkabau dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 14 Januari 2024
Discussion about this post