DI TAMAN KEHIDUPAN, AKU TANAM LARIK KATA
aku tanam larik kata
lewat bibir ditelan masa
dan berjalan dimakan waktu
serta menjelujur di batas pisah dan temu
sembari berdansa aku hirup aroma kata lain
semilir pancarkan irama disitu
ditandu keluhuran hamba
merunut kata, hingga senja beranjak pulang
biarkanlah larik kata
waktu senja berdebar untuk saling abadi
pun saat hujan dengan tanah basah
samar-samar aroma kata bercampur
penuh warna dalam makna
menyeruak tak pernah hilang
meski dengan sebab yang berbeda
sepintas indah pelangi hadir
penebus telusur rindu aksara
yang tenggelam dalam cawan wahyu
suluhkan lepas disitu dalam kehidupan
berikanlah larik kata
ruang semerbak rindu untuk saling berbagi
kulihat kupu-kupu menikmati waktu
terbang diiringi ayat-ayat kebaikan
berkelana sederhana di benakku
dengan eloknya masih disana
serta tersenyum manis,
dan esok akan kucari jawaban manisnya !
sesekali terdengar percakapan burung
sedingin bercerita merimba harapan
meramu bijak petuah kembara
dan kata pun tak bertitik
berjalan dan pulang
kicauan larik kata menikam sapa;
hingga mengungkapkan ‘apapun yang datang pasti akan pergi’
(sebuah taman kehidupan)
#2022
TELUR MATA SAPI
di balik tudung tersaji
seakan menyapa
“lihatlah aku sekarang”
siap menghilangkan lapar
kabarmu masih kutanyakan
;sapi siapa ?
masih ada kamu disini
;mata tak pernah berkedip
dalam lahap, ada yang bergumam
“apa yang kau tanya belum tentu sesungguhnya ada jawaban”
sebelum mendapatkan jawaban,
menyimpan seribu heran
meretas sudah pertanyaan lain
: jalan lapar pun sirna
itu yang tidak ternilai !
#2022
MERETAS LARIK KENANGAN
Kita adalah kenangan
bernaung dari masa lalu
keriputnya adalah pikiran
atas pertemuan atau tidak,
sebelum kau berubah jadi kenangan
telah kumaafkan dirimu
atas kebersamaan atau tidak,
sebelum bahagia itu menghilang
telah kusimpan senyummu
Kita tidak pernah tahu,
sampai kapan mampu menangguhkan hari
Menjaga tatapan waktu,
meski sejuta misteri
Sampai akhirnya berhenti,
jadi cerita atau saksi
; selalu teraduk pagi dan sore
maka simpan larik ini
dan ambillah waktumu !
#2022
BALAK PELUKAN
:episode satu
meski pelukan ini singkat
namun, kenangannya tidak sesaat
karena nyatanya pelukan itu sederhana
mencipta laju erat
dari orang kasih terdekat
yang selalu melekat
#2022
BALAK PELUKAN
:episode dua
ada pelukan yang meronta
pilu tak perlu dikenang
semua tumbuh dalam serenata
bersemayam pesan panjang
merekah hingga tua
pelukan di ujung waktu
;dan kita hanyalah jiwa yang diberi akal
tak terhenti namun harus kembali kelak
#2022
SULTAN MUSA berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Seperti Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021). Antologi Puisi “Cakerawala Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan –Malaysia (2022), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan – Jazirah ( 2019,2020,2021,2022) dan HOMAGI – International Literary Magazine. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Karya tunggalnya bertajuk “TITIK KOMA” (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Adapun IG : @sultanmusa97
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post