Mereka menganggapnya perang suci
Langkahku terhenti
Melihat luka di sekujur tubuh
Seperti baju terkena paku
Di mataku adalah kesengajaan bukan tidak
Tempat ini terlalu diimpikan
Hingga darah bertebaran
Sementara para dewa menonton saja
Dan porak – poranda meniup angin keraguan
Kita diamkah Atau dibutakan ?
Kau bayangkan
Pada matanya yang mungil
Terdapat gelagat bocah kecil yang ingin terbang
Menjala kemegahan
Segalanya tampak asing
Di dunia yang bising
Demikian bila kekuatan berada di kegelapan
Segalanya tampak malam di rimba
Tuli dan bisu
Agustus 2023
Bangkai bunga
Bulan bercucuran darah
Menerangi jalan penuh mayat
Bangkai bunga di atas kuburan
Berserakan di hempas angin
kedamaian yang mereka rancang begitu mengerikan
Barangkali musim hujan
Tidak sepenuhnya membawa kehidupan
Mereka akan bersandar
Pada nisan itu
Yang abadi di luar ruang dan waktu
Ada yang pura – pura buta dan tuli
Di antara kepergian – kepergian
Masjid bernasib carut
Keajaiban yang ditertawakan
Hari – hari menggigil
Menelan debu bangunan
Juni 2023
Dalam kamus malaikat
Rupa – rupanya
Namamu adalah doa dalam hariku
Tanganmu adalah sejuk angin musim semi
Di antara panas api
Dalam hatimu aku adalah jantung gunung
Yang diambil dari kesunyian
Yang hidup dan mendekap di cahaya
Kasih sayangmu beterbangan
Membuka celah – celah langit
Memintakan keselamatan dan kedamaian
Sering kali engkau melupakan
Tentang cuaca buruk yang tak jarang lewat di halaman
Betapa engkau adalah mata air
Di tengah Padang gurun
Sumber kehidupan
Yang membelah takdir tuhan
Agar aku menjadi air, mata air kehidupan
2023 Agustus
Menjelang malam
Menjelang malam kudapati kasih ibu bermekaran
Meniup hari yang berdiang ditubuh ini
Menjelang malam
Ku dapati lampu – lampu terang kembali
Menerangi orang – orang gedung
Yang datang dari kelelahan
Suara air berkecipak
Suara kecil berteriak
Suara panggilan dari toak
Perlahan jalan menjadi parau
Menjelang malam
Kudapati mentari memerah dalam sembunyi
2023 Agustus
Gadis kacamata di angkringan
Di antara baju – baju yang kau pakai
Aku ingin jadi baju yang senantiasa menghangatkan tubuh indahmu
Dari angin nakal perkotaan
Aku ingin jadi kacamatamu
Tempat segala pandangan tertuju
Agar engkau dapat memilah
Mana yang berupa kenyamanan dan kesetiaan
Dari lorong – lorong gelap yang berbisik di sekitarmu
Dan bila tiap engkau hendak ke mana
Aku ingin jadi bedak dan lipstikmu
Yang senantiasa mempercantik dirimu
Menjelma taman bunga bak Belanda
Agustus 2023
*Alumni Pondok Pesantren Annuqayah. Berasal dari desa Guluk – Guluk barat, Sumenep madura. Lahir di Pamekasan, dan tumbuh di Sumenep. Penyuka sastra yang sedang belajar berkarya. Puisi – puisinya tersiar di beberapa media online maupun cetak *.
Discussion about this post