Tepi Sungai
Sekat-sekat dan ketiadaan cinta kemarin, mampukah menebus luka hari ini?
Kerinduan menjulang meninggi di tepi sungai
Bila angin kencang diterbangkan langit, kami menahan suara dan tangisan hati
Kata-kata tak berdaya, kaku menjemput akhir diri
Kepada malam-malam yang abu, kami menyimpan ringisan dan pinta
Tak lama setelah tulisan ini ada
Sungai-sungai akan keruh, rumah-rumah dalam genangan duka
Desa kami diambang bencana
Pasaman, 2023
Persembunyian
Aroma tanah andesit menguar dan selinap kepada mereka
Iming-iming dunia dan kekayaan lainnya membelah dada
Mereka kemudian dipulangkan pada keserakahan dan pongah jiwa
Mereka bersepakat dan susun rencana
Mereka siap didebat, tapi tak rela menaungi para bakal tunawisma
Angin membelok lalu meniup rambut pria topi kuning merona
Matanya, tangannya, kakinya, semua mencium andesit berkali-kali hingga senja
Besok, dia datang lanjutkan kembara
Besok, kami serang dia
Besok, kami dipecah oleh dia
Besok, bendungan berdiri, tanah-Nya diobrak-abrik sesuka dia
Pasaman, 2023
Ziarah
Sekali aku pulang, genteng rumah tak utuh lagi
Tempat pemakaman umum telah bersih pertanda ramadhan tiba, tanah berunduk ramai dikunjungi
Ziarah katanya sambil mematut menangisi
Wangi sekali tanah ini
Bila benar akan dialih fungsi, adakah bisa berkunjung kemudian hari?
Menjenguk tanah warisan, kuburan, atau kembali turut merayakan tradisi
Pasaman, 2023
Dari dalam Tanah
Sungkan aku memandang matahari setelah mereka menggedor dan menabur janji
Mata jernihku terasa disadap dalam peti mati
Tak terbayang jika benar wacana itu tertancap di sini
Aku mengirimkan surat pada curah rinai Senin pagi
Entah sampai ke rimba paling tepi
Entah semuanya berubah kala mengendap dalam sepi
Kudengar ayahmu diundang ke televisi
Pucat pasi
Pucat pasi para berdasi
Yang kita lihat dari layar adalah kejernihan nurani
Nurani ayahmu-sang pewaris sejati
Pasaman, 2023
Masa Kecil Santi
Santi tak bisa menulis cerita yang kutanya setelah 2030
Pada lembaran foto ayah, Santi hanya mengenal kakeknya sebagai pahlawan
Tak bisa dia ceritakan keasrian desa, suasana keakraban, bahkan warga dengan keramahtamahan
Santi, dia anakku yang punya paras menawan
Santi, ternyata ini sekadar mimpi
Setelah lebaran, meski air keruh disusul banjir bandang, aku tetap melangsungkan pernikahan
Datanglah menempuh jalan dan ruas-ruasnya yang masih bertahan
Pasaman, 2023
Tentang saya
Fitri Wijaya seorang guru di sekolah swasta dekat dari kampung halamannya. Sesekali ia menuliskan sajak juga cerpen. Sesekali pula karyanya dimuat. Ia aktif menulis di akun ig @diarihidupkita.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post