
Tinggal di Bulan
aku akan tinggal di bulan
lari dari bunyi
dan segala yang bergerak dan punya mulut
bermain bersama sunyi
bertukar teka-teki dengan diri sendiri
jika di sana ada malam
aku tak perlu melihat ke atas
sebab orang-orang melihat ke arahku
sementara aku menginjak-injak bulan
Blencong, 26 September 2021
Orang Bangsal
segaris putih pada bidang
biru yang luas
hijau gradasi pada putih yang bias
mana nyata mana mimpi sentosa
pada awan-awan empuk
memberat jadi hujan
di kelopak jendela
ia pandangi diri pada kaca
yang menangis
di pelupuk hanya
di seberang
melewati laut yang sebentar
tempat para manusia putih
dari benua biru
menghitung mimpinya
atau bukan mimpinya
Blencong, 21 November 2021
Celah Jeruji
di celah jeruji beranda kamarku
mencuat kubah sebuah rumah ibadah
padahal tak selalu malam
tapi selalu ada bulan bintang di atasnya
siapa butuh diterangi dan diberi harapan sesiang ini?
bangun siang di hari senin adalah kemewahan
sedang mereka yang pergi sejak tadi pagi
berdoa untuk cepat sampai rumah
Blencong, 6 November 2021
Ingatan
sebuah ingatan
melaju mendahuluiku
menuju masa depan
meninggalkanku
di belakangnya
aku memanggilnya
untuk mundur ke belakang
dia menghampiriku
mencekik batang leher
hingga diriku tumbang
Dasan Agung, 13 November 2021
Di Luar Jendela
menyusun ulang kembali
pemandangan di luar jendela
dengan cara melepasnya satu-satu
dalam pikiran
yang bercabang
susun-lepas
pada aneka
soal
dalam seluruh hidup
terbentang
seperti pemandangan
di luar jendela
Blencong, 27 November 2021
Cacing-Cacing dan Ular-ular
ia sisir retak piring
dengan ibu jari
berharap ibunya menumpahkan
nasi di atasnya
bibir bawahnya maju
perutnya busung
cacing-cacing di dalamnya
sepikir dengannya
memang masih ada nasi
di dalam panci
tapi si ibu sedang sibuk
dengan itu ini
dan ular-ular
yang tak serasa dengannya
menyisir dengan rapi
Blencong, 14 November 2021
Titik
seharusnya ketika menjadi titik
aku tak melanjutkan cerita
diam saja di situ tak dikenal siapa-siapa
larut bersama kotoran
tanpa beban kesucian
tapi cerita berlanjut
ada koma, ada ragu
ada seru, ada pengetahuan
ada penderitaan pada semakin banyak pertanyaan
kotor karena pernyataan-pernyataan
tak boleh lagi ada titik
sumber cerita
berhenti di aku
Blencong, 6 November 2021
Pesan Duka Cita
bulir air menggantung di kabel
telepon
mengirim pesan duka cita pada
pakaian hitam setengah kering
yang lupa diangkat
siapa hendak mengutuk siapa siang ini
dering telepon tak memilih
siapa yang mengangkat
Blencong, 20 November 2021
Bulan Nurguna, lahir di Mataram, Lombok, 4 Juni 1990. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Kini ia bergiat di Komunitas Akarpohon, sembari mengelola kedai buku Klandestin dan Berlian Library. Kumpulan cerpennya berjudul Satu Keluarga Telah Lengkap (Basabasi, 2022).
- Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
- Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
- Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023
Discussion about this post