
Pesisir Selatan, Marewai– Tak ada habiskan alam Pesisir Selatan menyajikan keindahan, mengundang decak kagum untuk mengulang kembali ke sana. Hamparan pasir putih halus di sepanjang pesisir pantai Sungai Pinang tidak akan membuat mata bosan memandang, air laut yang jernih menambah keelokan pantai-pantai di sepanjang kawasan wisata mandeh. Kami tim marewai beberapa waktu lalu bermalam di Olo Cigin atau sehari-hari disebut Eroang Gadang oleh masyarakat Sungai Pinang. Tenda-tenda kami berdiri kokoh di pantai Eroang Gadang, angin selatan malam itu sedang baik dan bersahabat. Seorang sahabat kecil kami, Ahmad Nefri, dia lebih suka dipanggil Bajang, karena itu panggilan sehari-harinya di Sungai Pinang.

Anak umur 11 tahun yang gagah berani menantang ombak, mengajak kami memancing ikan di Teluk, berdekatan dengan pulau Pamutusan. Anak yang seumur Bajang sudah banyak tahu tentang laut, dan sangat ramah dengan orang-orang baru yang datang ke kampungnya.
Semalam suntuk kami tim marewai berdiskusi santai dengan tema-teman di Sungai Pinang, mereka bercerita banyak tentang kampung Pesisir Selatan paling ujung di kawasan Mandeh Tarusan itu kepada kami. Selain Bajanh, kami juga ditemani oleh Rafles, seorang pemuda Sungai Pinang yang menjadi pemegang kendali boat hari itu. Ia menceritakan tentang kekayaan laut mereka yang sudah mulai berkurang, karena keserakahan beberapa oknum masyarakat yang menangkap ikan memakai peledak, ini juga merusak terumbu karang yang tersebar di laut Sungai Pinang. Betapa kesederhanaan mereka tidak butuh kemewahan yang berlimpah, hanya inginkan laut mereka damai.

Semakin larut, udara malam kian dingin. Diskusi kami di iringi irama ombak yang mendentum ke badan batu besar, batu itu berdiri kokoh di tengah teluk dan dikelilingi oleh pulau dan daratan. Masyarakat di Sungai Pinang menyebutnya “Batu Dandang”. Batu besar itu menimbulkan bunyi seperti gendang, disebabkan terpaan air ke batu (entahlah, mungkin lebih dari itu). Bebunyian batu itu membuat malam kami tidak sunyi lagi, walaupun sebenarnya kami mendirikan tenda di kaki bukit batu yang jauh dari pemukiman warga.
Sementara itu, Rafles menceritakan banyak pantangan kepada kami, pantangan berada di pulau, berada di lautan atau saat memancing. Kami tau, sebagian masyarakat di Sungai Pinang masih memercayai mitos-mitos yang di wariskan oleh orang terdahulu mereka.
Kearifan lokal yang masih terjaga di sini, walaupun bahaya modrenisasi tetap mengancam kearifan lokal yang mereka jaga. Kalau handai taulan ada waktu senggang dan ingin berlibur dengan suasana pantai bersih dengan pasir yang halus, datanglah. Sungai Pinang akan menunggu handai taulan dengan keramahan masyarakatnya. Mantap!

Jarak lokasi ini dari kota Padang sekitar 2 jam kurang, lewat jalan baru dari Bungus Teluk Kabung. Sungai Pinang, Tarusan merupakan daerah batas Kab. Pesisir Selatan dengan Padang. Kalian tidak akan rugi datang ke kawasan ini, karena masih banyak lagi keindahan pesona alam Pesisir Selatan menanti. –Tim Marewai.
- AYIA ANGEK : WISATA SEHAT NAGARI MUARO PAITI - 30 Maret 2021
- Nagari Sungai Pinang : Bermalam Di Eroang Gadang, Menikmati Dentuman Batu Dandang - 24 Februari 2021
- Yuang Sewai: Takuik di Swab | Rori Aroka Roesdji - 13 Januari 2021
Discussion about this post