Seri Punago Rimbun
Puto Balun bergelar Datuk Perpatih Nan Sebatang adalah anak pertama dari pernikahan Puti Reno Indojuito/Puti Indrajuita dengan Datuk Cati Bilang Pandai, dan mempunyai beberapa orang adik yaitu: Puti Reno Sudah, Cumatang Sikalap Dunie, Puti Reno Sudi, Puti Reno Mandi, Puti Reno Jalito. Adapun Puto Balun Bergelar Datuk Parpatih Nan Sabatang jika Si Buyung Puto Cumatang Datuk Sri Maharaja Nan Barnego-Nego terbilang. Ia mewarisi kecerdasan dan pengembaraan dari ayahnya, banyak melihat ketimpangan dari hukum dan undang-undang yang masih berlaku di Kerajaan Gunung Marapi atau Kerajaan Pariangan. Ia banyak mendengar bagaimana pelaksanaannya dari Tuanku Raja Tua, yakni Raja Tiku Pariaman: kerajaan yang berada dalam lingkungan rantau Kerajaan Pariangan. Datuk Perpatih Nan Sebatang yang telah pergi mengembara ke negeri lain ingin melihat Kerajaan Pariangan atau kerajaan pulau Perca juga tersusun seperti kerajaan di negeri lain itu.
Di kerajaan Gunung Marapi dipimpin Sultan Maharaja Basar yang berlaku adalah Undang-Undang Tarik Balas, yakni siapa yang membunuh harus dibunuh pula. Dilukai badan, maka badan yang melukai harus dilukai pula. Berlaku ketentuan, siapa berhutang itu membayar, siapa menikam dibayar tikam, siapa menampar dibayar tampar. Sedangkan hidup bermasyarakat belumlah tersusun rapi. Setiap lelaki belum ada ketentuan dengan pihak-pihak mana saja dia boleh menikahi perempuan. Namun kita tinjau dulu Siapa Datuk Maharaja Besar yang ada di Alam Minangkabau yang bergelar Datuk Katumanggungan.
Datuk Katumanggungan
Datuk Katumanggungan, Koto Piliang nama kelarasan, itulah Raja Dipartuan, biang tabuak ke Partuanan adalah Datuk Maharaja Basar yang bernama kecil Puto Basa. Ia adalah putra dari Sri Maharaja Diraja dengan Puti Indrajuita. Ketika Puto Panduka Besar masih kecil ayahnya jatuh sakit, hingga sakitnya tidak bisa diobati, susah dan rusuh hati Puti Indrajuita, dan cemas pula Datuk Suri diraja. Setelah dicarikan obat dipanggail segala dukun, namun usah obat yang membawa sembuh sakit bertambah melarat juga. Maka ajal sudah bilangan sampai berpulang Sri Maharaja Diraja berpulang keramatullah.
Berpulang Raja Sangsita
Anak yang kecil menjadi raja
Puto Panduka Besar namanya
Sri Maharaja Besar gelarnya
Disini remuk hati Puti Indrajuieta, dikarenakan anak kecil ditinggalkan, si buyung tidak lagi berbapak, nenek pergi bapak pun pergi. Kemanalah anak kandung untuk mengadu. Maka menangis Puti Indrajuita, menangis berurai air mata berkata beandai andai hingga melulung meraung-raung panjang, tangisnya menghilir ibaratkan anak sungai. Dengan mengucapkan kata-kata, “sakit kepada siapa mintak obat, rusuh pada siapa hendak mengadu, tipak kepada anak kandung”. Melihat tingkah Puti Indrajuita membuat rusuh hati Datuk Suri Diraja, membuat orang yang banyak mejadi cemas karena dia ditenangkan tidak mau, dibujuk tidak mau dibujuk, putuslah habis pembicaraan.
Maka berumbuk seluruh cerdik pandai, berkumpul orang-orang besar untuk mencari jalan keluar melihat kondisi Puti Indrajuita, untuk mencarikan suami untuknya supaya anak yang kecil bisa mamanggil bapak. Namun keputusan itu berpulang kepada Datuk Suri Diraja yang seorang Pemangku Raja dan mamak akan Puto Basa. Namun pertumbuah Puto Basa sudah bertambah besar dan pandai berlari-lari. Namun Puti Indrajuita tetap berkata berbuah-buah, berandai andai “ooi anak kandung sibirang tulang, untung bak macam iko anak kandung, untung malang yang menimpa, kamu kecil ditinggalkan bapak, kok nyampang anak besar mau bertanya siapa bapak kandung bunda tidak dapat menunjukan”.
Melihat situasi dan kondisi Puti Indrajuita, maka keputuskan Datuk Suri Diraja, keputusan dari saran-saran yang diberikan oleh para cerdik pandai dan orang-orang besar. Memutuskan untuk menemui Sibuyuang Indrajati yang bergelar Datuk Dingalau, lalu menerangkan dan membentangkan peristiwa yang menimpa Puti Indrajuita untuk membujuk serta menasehati Putri Indrajuita. Maka oleh Sibuyung Indrajati bergelar Datuk Dingalau biasa dipanggil Datuk Cati Bilang Pandai, ditemui Puti Indrajuita dan dinasehati dengan kata-kata “duhai Raja Putri Indrajuita, kamu tidak boleh lemah dan tak boleh menentang takdir yang ditetapkan Tuhan, karena semuanya itu kuasa bagi Tuhan, kita hanya menerima. Kamu harus kuat sebagai Puti Pariangan, untuk mendidik dan membesarkan anakmu Puto Paduka Besar”.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post